Mohon tunggu...
Ghery Helwinanto
Ghery Helwinanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca memiliki banyak tujuan seperti mencari arah ke tempat tujuan, mencari arti dari suatu kata, mencari penjelasan dari suatu kejadian, dan lain-lain. Membaca juga tidak melulu soal buku, bisa juga koran, majalah, artikel ilmiah, artikel berita, peta, kamus, hingga bibliografi.

Selanjutnya

Tutup

Book

Memahami Genre Dengan Five Leaf Genre Clover Milik Shawn Coyne

13 April 2023   11:24 Diperbarui: 11 September 2023   17:19 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap cerita pasti punya genrenya sendiri. Saat kita menonton romance, kita tahu apa yang akan terjadi pada protagonis. Ketika kita membicarakan soal genre misteri, kita tahu betul apa yang kita bicarakan soal misteri. Pastinya kita bakal kecewa kalau kita membaca cerita yang konon genrenya misteri, tapi kita tidak menemukan protagonis mencari sesuatu petunjuk di dalam ceritanya. Aku ngga bahas apa yang harus ada di dalam sebuah genre secara spesifik di dalam artikel ini. Tapi, aku harap artikel ini dapat membantu kalian untuk memahami genre dengan lebih baik.

Jadi siapa Shawn Coyne itu? Shawn Coyne adalah seorang editor yang berpengalaman dan juga sekaligus penemu dari Story Grid, sebuah metode untuk mengerti sebuah cerita dan mengedit sebuah buku. Genre sebenarnya adalah cara untuk mengatur ekspektasi pembaca atau penonton yang membantu kita untuk tahu, sebelum membaca buku atau menonton film. Dan kita biasanya bisa ditemui di cover buku dan di poster film. Menurut Shawn Coyne, genre terbagi menjadi lima bagian yang disebutnya sebagai Five Leaf Genre Clover. Five Leaf Genre Clover tersebut terdiri atas lima bagian, yaitu Time, Structure, Style, Reality, Content. Berikut penjelasannya:

1. Time

Menurut Shawn, time berfungsi untuk menentukan seberapa lama waktu yang akan dibutuhkan untuk menikmati cerita. Sementara itu, Time pada film menunjukkan seberapa lama kita akan duduk menonton film tersebut atau berapa lama kita akan membaca buku ini. Lama waktu tersebut terbagi antara waktu yang panjang, medium, atau pendek.

2. Structure

Pada Structure, akan ditentukan apakah kita akan melihat perjalanan pahlawan ala Positive Change Arc atau miniplot atau antiplot.

3. Style

Style dibagi menjadi beberapa bagian seperti Drama, Comedy, Literary, Musical, Episolary, Cinematic, Documentary, Cartoons, Dance, dan Theatrical. Style condong terhadap bagaimana gaya penceritaan. Apakah cerita akan dibuat seperti drama, atau memiliki sense of humor, atau memiliki tarian dan nyanyian seperti acara GLEE yang pernah tayang di televisi.

4. Reality

Pernahkah kamu menonton Lord of The Rings atau The Hobbit? Atau kamu menonton film yang menceritakan tentang biografi seseorang? Reality terbagi menjadi Absurdism, Fantasy, Factualism, dan Realism. Film Lord of The Rings pastinya akan masuk ke dalam Fantasy, sementara film biografi pastinya harus berdasarkan pada kehidupan nyata seorang karakter sehingga biografi haruslah bersifat realistik. Perbedaan inilah yang membatasi realitas dan membantu kita menentukan kerealitasan sebuah genre. Oleh sebab itu, tidak aneh seharusnya bila terdapat film Comedy seperti Jojo Rabbit yang dengan tingkah lucu protagonisnya. Sementara itu, film Realism seperti biografi menjadikan film yang mengangkat kisah perjuangan pahlawan nasional menjadi realistik dan tidak memiliki adegan lucu di dalamnya.

5. Content

Pada bagian ini, kita lebih awam mendengarnya lantaran di bagian inilah genre yang kita kenal selama ini. Namun, pada bagian Content ini terbagi menjadi Internal dan Eksternal genre. Internal terbagi menjadi beberapa bagian, seperti Kriminal, Thriller, Love, Horror, Action, Perang. Eksternal genre juga terbagi menjadi Worldview, Status dan Moralitas. Shawn Coyne dalam wawancaranya menjelaskan bahwa di dalam content tidak perlu terdapat keduanya. Faktanya dalam novel kriminal Agatha Christie, kita tidak terlalu peduli apakah karakter utamanya akan berubah secara moral di awal cerita versus di akhir cerita. Kita hanya ingin tahu bagaimana sebuah kasus pembunuhan dijelaskan sehingga tertangkaplah siapa dalang di balik pembunuhan berdarah itu. Tapi terdapat pula cerita lain yang memiliki keduanya, baik internal ataupun eksternal genre.

Pada saat memulai cerita kita perlu tahu secara spesifik genre apa yang sedang kita ceritakan. Terlebih lagi saat kita akan menyetorkan naskah ke penerbit, kita perlu memberitahu genre apa naskah yang kita tulis saat itu kepada penerbit penerima. Artikel ini saya harap dapat membantu penulis naskah novel yang akan mengirimkan naskahnya ke penerbit dan juga bagi siapapun yang akan memulai tulisannya dan tidak tahu tipe genre apa yang akan ditulisnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun