Mohon tunggu...
Ghefira Nur Fatimah
Ghefira Nur Fatimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga (FIKKIA.Banyuwangi)

Halo, saya seorang mahasiswi Kedokteran Hewan yang tertarik dengan sejarah. Apabila ada diskusi, saya sangat terbuka mengenai apapun terutama dalam bidang keilmuan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korelasi Kilah di Balik Peristiwa Holocaust Oleh Hitler dengan Genosida di Palestina

29 Desember 2024   13:12 Diperbarui: 29 Desember 2024   16:16 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejarah manusia dipenuhi oleh tragedi kemanusiaan, termasuk Holocaust,  yang terjadi selama Perang Dunia II di bawah kepemimpinan Adolf Hitler dan rezim Nazi. Peristiwa kelam ini berlangsung dari tahun 1933 hingga 1945, bertepatan dengan tahun kemerdekaan Indonesia. Nazi tidak hanya melakukan diskriminasi, tetapi juga pembantaian massal terhadap umat Yahudi, yang mereka anggap sebagai ancaman serius. Melalui propaganda, mereka membentuk opini publik untuk membenarkan tindakan kekerasan ini.

 Hitler mengklaim bahwa kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I disebabkan oleh pengkhianatan yang dilakukan oleh orang Yahudi. Dalam buku yang telah dilarang untuk beredar "The Protocols of the Elders of Zion," terdapat narasi tentang gerakan bawah tanah Yahudi dan dugaan bahwa beberapa di antara mereka bekerja sama dengan Nazi untuk menyelamatkan diri. Buku ini juga mencerminkan pandangan Hitler yang menyatakan bahwa Yahudi mengincar dominasi dunia, meskipun ini hanyalah asumsi tanpa dasar.

Pandangan ini berhubungan dengan kisah-kisah dalam Islam mengenai Bani Israel, yang sering kali dianggap sebagai kaum yang suka membuat onar. Yahudi, yang mayoritas berdarah murni, jarang berasimilasi dengan ras lain karena syarat agama mereka. Dalam konteks ini, Hitler pernah menyatakan dalam pidatonya bahwa ia memusnahkan "mereka" sebagai bentuk pembersihan untuk menunjukkan kebusukan yang akan mereka lakukan.

Kalimat dalam Pidato terbukti ketika Yahudi telah merdeka, mereka membutuhkan negara sebagai wilayah mereka tersendiri. Pembagian mandat untuk menjadikan negara Palestina terbagi menjadi dua negara. Keduanya menolak dengan alasan yang berbanding terbalik. Pimpinan Palestina beralasan pembagian tersebut tidak memberikan kedaulatan penuh atau mengabaikan hak-hak pengungsi Palestina, sedangkan Israel menganggap bahwa Palestina adalah tanah mereka yang diamanatkan berdasarkan kitab suci mereka, serta pembalasan terhadap kejadian anti-semitisme yang terjadi di Eropa. Tetapi, tidak ada catatan yang menyebutkan bahwa negara Palestina pernah terlibat dalam kejadian tersebut.

 Selain itu, kejadian Holocaust terjadi secara sistematis. Yang di mana pembantaian terhadap ras Yahudi dilakukan secara selektif. Mereka memisahkan tawanan Ibu hamil, balita, dan anak-anak dalam kamp konsentrasi yang berbeda. Adapun mereka dijadikan uji coba penelitian sains. Meskipun hal tersebut dilakukan, Holocaust tidak berlangsung lama ketika undang-undang Nuremberg revisi dimunculkan kembali sebagai bukti bahwa Holocaust telah resmi ditiadakan. Sayangnya, peristiwa yang mirip Holocaust terjadi kembali sejak konflik Israel dan Palestina kian memanas dan puncaknya pada tanggal 7 Oktober 2023.  Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, penulis berpendapat bahwa mengapa konflik di Palestina dianggap bentuk genosida, ada letak persamaan antara peristiwa Holocaust dengan Genosida Palestina. Berikut penjelasan letak kemiripan Holocaust dengan Genosida Palestina :

  • Genosida di Palestina: Corak Kekerasan yang Mirip

Di sisi lain, pola kekerasan yang serupa terlihat dalam genosida di Palestina selama meningkatnya konflik antara Israel dan Palestina. Sejak berdirinya negara Israel pada tahun 1948, banyak penduduk Palestina telah mengalami pengusiran yang massal, pembunuhan, dan pelanggaran hak asasi manusia secara sistematis. Dalam situasi terakhir, banyak nyawa, termasuk anak-anak dan perempuan, telah melayang karena serangan militer Israel di Gaza.

Pemimpin Israel sering kali mengaitkan perjuangan mereka dengan pengalaman Holocaust melalui retorika yang mereka gunakan. Contohnya, beberapa pemimpin Israel telah menyamakan tindakan Hamas dengan tindakan Nazi, menciptakan cerita bahwa mereka sedang melawan "kekuatan jahat". Tetapi, sering kali kritik terhadap Israel disangkal dengan tuduhan antisemitisme atau menyangkal Holocaust, yang menciptakan standar ganda dalam penilaian terhadap kekerasan.

  • Kesamaan dalam Mekanisme kekerasan

Sistematis kekerasan terhadap kelompok tertentu sering didukung oleh negara dan institusi seperti yang terlihat dalam Holocaust dan genosida di Palestina. Propaganda digunakan dalam dua situasi tersebut untuk mempertahankan tindakan kekerasan. Di Jerman Nazi, propaganda menunjukkan orang Yahudi sebagai musuh negara; sementara dalam konflik Israel-Palestina, propaganda sering menggambarkan warga Palestina sebagai teroris atau ancaman bagi keamanan nasional.

Kedua insiden ini juga menunjukkan bagaimana dehumanisasi bisa digunakan sebagai sarana untuk memudahkan tindak kekerasan. Selama Holocaust, orang Yahudi dianggap sebagai sub-manusia; begitu juga, warga Palestina sering digambarkan secara merendahkan dalam cerita media tertentu. Ini membuat masyarakat lebih menerima atau bahkan mendukung tindakan kekerasan terhadap mereka.

  • Implikasi Moral dan Etis

Menyamakan Holocaust dengan genosida di Palestina menimbulkan kontroversi. Banyak orang berpendapat bahwa mengaitkan kedua peristiwa ini bisa mengurangi nilai penderitaan yang dialami oleh korban Holocaust. Tetapi, penting untuk disadari bahwa menelaah secara kritis pola-pola kekerasan tersebut dapat membantu mencegah peristiwa serupa di masa depan. Sejarawan dan akademisi seperti Raz Segal menyoroti pentingnya mengaplikasikan pelajaran dari Holocaust secara universal agar dapat memahami dan mencegah genosida di mana pun hal tersebut terjadi.

Genosida telah menginjak satu tahun lebih sejak 7 Oktober 2023 hingga kini masih belum mendapat jalan tengah. Penulis berpendapat, Meskipun telah dilakukan forum untuk menghentikan pembantaian Palestina sebagai bentuk upaya mendamaikan kedua belah pihak. Amerika menggunakan hak vetonya untuk menolak resolusi yang dianggap merugikan Israel, hal ini menyangkut kepentingan Amerika Serikat di dalamnya. Selain itu, masih banyak pertimbangan konflik ini termasuk dalam kategori apa sedangkan nyawa telah banyak yang berjatuhan. Hal ini mengundang kontroversi terhadap kepedulian dan kemanusiaan di berbagai belahan dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun