Mohon tunggu...
GheaRayya
GheaRayya Mohon Tunggu... pegawai diri sendiri -

only hate the road when i'm missin' home

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Serial Lanjutan Mr. Crab dan Paman Gober: Mengisi Kantong Bolong

25 September 2013   17:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:24 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13824078281445296526

[caption id="attachment_286863" align="aligncenter" width="300" caption="uang"][/caption] Capek deh, ngisi kantong bolong kapan penuhnya dong… meski kecepatan pengisian itu tinggi, kalau bolong ya tetep saja sia-sia nungguin penuhnya. Anehnya, semakin dipercepat waktu pengisiannya malah semakin deras kecepatan aliran akibat kebolongan itu. Padahal menurut hukum Fisika (entah hukum yang mana, wis lali aku), bahwa kecepatan berbanding terbalik dengan waktu (v=d/t). Ini artinya kan semakin sedikit waktu yang digunakan, maka semakin tinggi pula kecepatan yang dihasilkan. Seperti balapan pada motoGp itu lho: the fastest lap is the fastest pace during the shortest time. Nah khan… Lha tapi tidak demikian halnya dengan si Mr Crab dan Paman Gober ini. Dua tokoh rekaan yang menyatu dalam satu sosok lagi-lagi membuatku gerah dengan kantong bolongnya. Sudah tak terhitung jari tangan deh frekuensi pengisian kantong bolongnya itu.

Apakah memang daya magnet dari kantong bolong itu begitu kuatnya sampai-sampai tak pernah ada rasa cukup? Selalu saja merasa kurang. Sebuah cerita dari seseorang yang rajin memotivasiku lewat email, menyampaikan tentang kisah seorang yang mati tertimbun bersama ketamakannya karena tidak bisa berkata cukup. Dan email itu pun kembali melemparkanku pada si empunya kantong bolong. Dan rasa ngeri pun menjalar ke alam pikirku. Ngeri rasanya seandainya aku tidak tahu dan tidak bisa memberikan batasan pada sebuah kata cukup. Seperti cuplikan di bawah ini yang kucopas dari email motivatorku:

“Cukup, bukanlah soal berapa jumlahnya.

Cukup, adalah persoalan kepuasan hati.

Cukup, hanya bisa diucapkan oleh orang yg bisa bersyukur.

Tak perlu takut berkata cukup !

Mengucapkan kata cukup, bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.

Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yg ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yg berbahagia...”

Kalau saja, si empunya kantong bolong itu rajin baca kompasiana-ku (ihiir, promosi) dan atau sesekali berseluncur di ruang FB-ku, aku sangat berharap cuplikan di atas bisa tepat menghujam nuraninya, untuk segera menjahit kantong bolongnya, agar tak lagi memakan banyak korban “makan hati” karena nafsu yang tak pernah merasa cukup (hadeh, kejam nian nih pakai kata nafsu, hegheg)….

Kalau saja, si empunya kantong bolong itu berkenan mulai menjahit sedikit saja sisi yang bolong gede banget itu, hingga akhirnya menjadi sedikit bolongnya, kupikir akan berpengaruh signifikan terhadap korban “makan hati”-nya. Paling tidak, buku cerita itu tak lagi menyuguhkan sampul serial Mr Crab atau Paman Gober yang makin menggilai hartanya. Paling tidak, cerita yang beredar akan berganti tokoh utamanya sehingga tidak bosan pula aku menuliskan metafora dirinya.

Semua memang berproses, butuh waktu. Tapi yang penting lagi adalah mau memulai untuk berubah. Proses menjahit sedikit saja bagian yang bolong, itu sudah bagian dari memulai proses itu.. atau kalau dia tidak berkenan, maka aku hanya bisa mengandalkan kekuatan tangan Tuhan untuk menjahitkan kantong bolong itu sesegera mungkin. Bukan hanya untukku, tapi juga untuk kebaikan yang lain…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun