Saya punya teman yang baru-baru ini belajar menulis. Dia bercerita pada saya bahwa sang pembina mencekokinya agar menulis apapun yang tergambar di otaknya. Dia pun menulis cerpen, puisi, arikel ilmiah, esai, puisi dll.
Memang sekilas ia meraih banyak hal. Namun apakah kalian sadar, bahwa tak satupun dari tulisannya layak disebut tulisan. Dalam artian, ketika dia menulis cerpen maka tak layak disebut cerpen. Ketika dia menulis puisi maka tak layak disebut puisi. Ketika dia menulis artikel ilmiah maka tak layak disebut artikel ilmiah. Dan seterusnya.
Kalian tahu apa alasannya? Karena ia tidak fokus pada genre tertentu. Jadi teman saya terlena dengan kata "Asal nulis!". Padahal penulis pemula harus menetapkan target dari awal, genre apa yang ingin didalami.
Misalnya kalian ingin mendalami artikel ilmiah, maka dari sekarang kalian harus fokus munulis artikel ilmiah, jangan yang lain! Begitupun jika kalian ingin mendalami sastra, maka dari sekarang kalian harus fokus menulis sastra, jangan yang lain!Â
Keduanya tidak bisa disatukan, sebab memiliki jalur yang berbeda; sastra lebih mendahulukan seni dengan bahasa yang mendayu-dayu sebagai alat manifestasinya.Â
Sedangkan artikel ilmiah, mengedepankan tulisan yang memuat ide atau gagasan yang muncul dari hasil penelitian yang berhubungan dengan segala kegiatan keilmuan.
Maka saya tak heran jika ada orang yang mengkritiki pedas cerpen pertama saya. Ia berkomentar begini:
"Plotmu itu JELEK PARAH! HANCUR-LEBUR! Kamu tidak menjelaskan, mengapa Aisyah kok tiba-tiba cinta Reza? Mengapa Reza juga mendadak cinta ke Aisyah? Pasti ada penyebabnya, bukan? Inti dari cerpen itu menguraikan setiap sebab-akibat, dengan keindahan sastra, dan singkat! Bukan berisi 13.000 karakter tapi PLOTNYA NGGAK ADA...!"
Jelas saya tahu komentar itu sangat layak dilontarkan pada cerpen yang saya pelajari secara otodidak itu, dengan tajuk, "Perempuan Bercadar Hitam". Sebab saya belum pernah belajar cerpen sebelumnya.Â
Kedua, sebab keahlian saya pada genre ilmiah, bukan sastra. Maka, andaikata saya mengirimkan tulisan ke media yang notabenya memakai tulisan ilmiah, seperti buletin Sidogiri Media, saya sangat yakin tulisan saya akan diterima dengan tangan terbuka.
Nah, jadi jelas kan, bahwa penulis pemula tidak bisa bersikeras untuk menulis setiap genre yang berbeda. Lebih-lebih jika ada genre memiliki ciri khas yang jauh berbeda dengan genre lain, seperti puisi dan artikel ilmiah.
Lantas apa yang harus "saya" lakukan?
Pertama, kalian harus menetapkan dari sekarang genre apa yang ingin kalian dalami; ilmiah ataupun fiksi. Kedua, jika kalian sudah mantap dengan pilihan kalian maka konsistenlah untuk menulis sesuai dengan genre yang kalian pilih tersebut.
Nah, jika kedua hal itu belum kalian lakukan, jangan sesakali mencoba untuk menulis asal-asalan, dalam artian, mencampuar antar genre yang berbeda. Beda halnya jika memang sudah sangat mendalam dalam satu genre, kemudian hendak pindah pada yang lain, itu terserah kalian.
Contoh Tulisan Bergenre Ilmiah dan Fiksi
Berikut contoh tulisan bergenre ilmiah:
Kesalahan Berpikir Ustaz Yazid Jawaz dalam Memahami Maulid Nabi
Berikut contoh tulisan bergenre sastra:
Naluri dan Agama; Mana yang Didahulukan?
Salam Literasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H