Mohon tunggu...
Ghassani Zatil Iman
Ghassani Zatil Iman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Just a girl who loves to write about everything

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Greta Gerwig dan Womanhood

3 Oktober 2023   10:34 Diperbarui: 3 Oktober 2023   10:40 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lady Bird (https://filmdaze.net/lady-bird/)

"Women, they have minds, and they have souls, as well as just hearts. And they've got ambition, and they've got talent, as well as just beauty. I'm so sick of people saying that love is all a woman is fit for."

Siapa yang tidak tahu quotes terkenal yang dilontarkan oleh karakter utama dalam film Little Women (2019) ini? Little Women sendiri adalah film yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Louisa May Alcott yang diterbitkan pada tahun 1868 dan 1869, bercerita mengenai Jo March serta ketiga saudara perempuan lainnya dalam menjalani kehidupan sebagai perempuan di era 1800-an.

Baik Jo, Meg, Amy maupun Beth sama-sama memiliki pandangan berbeda dalam menjalani cita-cita mereka. Jo adalah seorang fighter. Ia tidak akan menukar cita-citanya untuk apapun itu, termasuk untuk cinta ataupun pandangan publik, ia berbeda dari orang disekitarnya dan ia tidak masalah dengan semua hal itu. Berlawanan dari Jo, Meg adalah seorang romantic, memiliki sebuah keluarga, tinggal bersama orang yang dicintai dan menjadi seorang ibu adalah hidup yang ingin ia miliki.

Sementara itu, Beth adalah seorang dreamer, dibekali dengan bakatnya dalam bermain piano, Beth adalah anak keluarga March yang tidak pernah membuat ulah. Ia selalu mendengarkan perkataan ibunya dengan baik dan menjadi anak yang baik. Terakhir adalah Amy, sebagai anak terakhir, Amy digambarkan menjadi sosok yang paling bebas dan sering bertindak semuanya, namun dibalik itu semua Amy adalah seorang realist, yang kerap berpikir realistis demi mencapai yang diinginkannya.

Setiap anak keluarga March memang memiliki sifatnya masing-masing, namun perjuangan mereka dalam menjalani kehidupan sebagai perempuan terlebih di era 1800-an, semuanya patut untuk diapresiasi. Mereka semua memiliki cita-cita yang berbeda, mereka semua memiliki jalur hidupnya masing-masing. Namun apakah itu berarti impian salah satu dari mereka lebih baik dibanding impian yang lainnya? Tentu saja tidak. Seperti apa yang dikatakan oleh sang kakak paling tua, Meg "Just because my dreams are different than yours doesn't make them unimportant".

Kita sebagai seorang wanita maupun sebagai manusia tidak memiliki kewajiban untuk mempunyai cita-cita yang tinggi ataupun berbeda dari orang lain. Entah itu ingin menjadi penulis tersohor, menjadi ibu, menjadi seorang pemain piano berbakat atau menjalani kehidupan sebagai orang kaya. Apapun jalan yang dipilih oleh seseorang adalah penting. Bagaimana seseorang menjalani kehidupannya semuanya adalah penting.

Lady Bird (https://filmdaze.net/lady-bird/)
Lady Bird (https://filmdaze.net/lady-bird/)

Namun jika membicarakan Little Women rasanya lebih cocok jika kita juga membahas film Greta Gerwig lainnya yaitu Lady Bird. Lady Bird merupakan film tahun 2017 yang menceritakan mengenai Christine "Lady Bird" McPherson dalam perjalanannya menuju kedewasaan. Jika Little Women menceritakan mengenai proses mencari jati diri dan menempatkan posisi kita dalam hidup, Lady Bird menitikberatkan pada proses pendewasaan Christine. Bagaimana sulitnya Christine menjalani hari-hari ditengah ketidakharmonisan keluarganya, berusaha menjadi murid popular, kisah cinta yang penuh drama hingga perjalanan mencari universitas yang tepat.

Menjadi seorang remaja SMA adalah proses yang melelahkan. Seperti ucapan yang dilontarkan oleh karakter Leah dalam series The Wilds (2020) "Being a teenage girl in normalized America, that was the real living hell". Menjadi seorang remaja berarti harus siap menjadi sasaran empuk cemoohan teman-teman. Menjadi seorang remaja berarti harus siap menjadi dewasa, namun disaat yang bersamaan kita belum siap untuk melepas masa kanak-kanak. Menjadi seorang remaja berarti harus menjadi sosok yang sempurna, disaat yang kita inginkan hanyalah menjadi diri sendiri.

Kisah Christine selama proses coming of age atau proses pendewasaan ini rasanya sangat relatable bagi para remaja. Melalui kisah hidup Christine selama duduk di bangku senior SMA, kita sebagai penonton dipertunjukkan bahwa proses pendewasaan merupakan fase pertama dalam hidup yang harus ditaklukkan oleh seluruh manusia tanpa adanya bantuan dari orang lain. Proses menuju pendewasaan pun dapat menjadi mengerikan, namun ketahuilah bahwa sesungguhnya keluarga kita akan selalu mendukung kita apapun yang terjadi dan bahwa menjadi popular di bangku SMA tidaklah sebanding dibandingkan dengan kehilangan sahabat yang juga akan selalu mendukung kita.

Barbie (https://bangka.tribunnews.com/2023/07/20/sinopsis-film-barbie-2023-yang-trending-dan-tayang-di-bioskop-petualangan-barbie-di-dunia-nyata)
Barbie (https://bangka.tribunnews.com/2023/07/20/sinopsis-film-barbie-2023-yang-trending-dan-tayang-di-bioskop-petualangan-barbie-di-dunia-nyata)

Proses menuju pendewasaan yang digali lewat Lady Bird dan penempatan diri dalam kehidupan yang digali oleh Little Women, semua tema itu ditutup dengan film ketiga Greta Gerwig yang juga menceritakan mengenai perjalanan kehidupan seorang wanita, yaitu Barbie (2023). Jangan salah mengira bahwa film ini hanyalah mengenai mainan atau dunia fantasi belaka, Barbie menceritakan mengenai patriarki sosial, toxic masculinity, mental health hingga existential crisis. 

 

Existential crisis adalah kondisi saat seseorang bertanya-tanya terkait keberadaan mereka dalam hidup, mereka bertanya-tanya apakah penting bagi diri mereka untuk berada dalam kehidupan ini, mereka tidak ingin bunuh diri namun mereka tidak ingin ada di dunia ini. Existential crisis juga merupakan konflik batin yang ditandai dengan kesan bahwa hidup kurang bermakna atau kebingungan mengenai identitas pribadi. Existential crisis bisa dialami oleh siapapun, namun paling umum dialami oleh usia dewasa.

Existential crisis biasanya dibarengi dengan perasaan cemas dan stress, bahkan hingga ke depresi. Berbagai aspek yang terkait dengan existential crisis terkadang dibagi menjadi komponen emosional, kognitif, dan perilaku. Komponen emosional berkaitan dengan perasaan, seperti rasa sakit emosional, keputusasaan, ketidakberdayaan, rasa bersalah, kecemasan, dan kesepian. Komponen kognitif meliputi ketidakbermaknaan dan hilangnya nilai-nilai pribadi. Secara perilaku, existential crisis sering kali terwujud dalam bentuk kecanduan, perilaku anti-sosial, dan kompulsif.

Kecemasan Barbie akan dirinya dan lingkungan di sekitarnya yang tiba-tiba berubah serta segala tekanan yang diberikan oleh publik kepada wanita menyebabkan dirinya mulai mempertanyakan, siapakah dirinya sebetulnya? Apakah fungsi dari adanya kehidupan? Dan mengapa dirinya masih ada hingga kini. Seperti kata-kata yang dilontarkan oleh karakter Gloria.

"It is literally impossible to be a woman. You are so beautiful, and so smart, and it kills me that you don't think you're good enough. Like, we have to always be extraordinary, but somehow we're always doing it wrong."

"You have to be thin, but not too thin. And you can never say you want to be thin. You have to say you want to be healthy, but also you have to be thin. You have to have money, but you can't ask for money because that's crass. You have to be a boss, but you can't be mean. You have to lead, but you can't squash other people's ideas. You're supposed to love being a mother, but don't talk about your kids all the damn time. You have to be a career woman, but also always be looking out for other people. You have to answer for men's bad behavior, which is insane, but if you point that out, you're accused of complaining."

"You're supposed to stay pretty for men, but not so pretty that you tempt them too much or that you threaten other women because you're supposed to be a part of the sisterhood. But always stand out and always be grateful. But never forget that the system is rigged. So find a way to acknowledge that but also always be grateful. You have to never get old, never be rude, never show off, never be selfish, never fall down, never fail, never show fear, never get out of line. It's too hard! It's too contradictory and nobody gives you a medal or says thank you! And it turns out in fact that not only are you doing everything wrong, but also everything is your fault."

"I'm just so tired of watching myself and every single other woman tie herself into knots so that people will like us. And if all of that is also true for a doll just representing women, then I don't even know."

Sebagai wanita kita dituntut untuk menjadi sosok yang sempurna. Sosok yang harus lembut, namun juga harus kuat pada saat yang bersamaan. Sosok yang pintar, namun juga harus tahu bagaimana cara menempatkan diri di saat yang bersamaan. Sosok yang cantik, namun juga tidak boleh membuat perempuan lain menjadi rendah diri terhadap kita. Namun pada akhirnya Barbie pun menyadari bahwa manusia tidak harus menjadi sempurna untuk ada di dunia ini. Semua orang setara. Dan kita sebagai wanita pun tidak harus menjadi sosok yang sempurna untuk dapat menginspirasi orang lain. Semua orang, termasuk wanita didalamnya, memiliki perannya masing-masing dalam hidup.

Greta Gerwig (https://apnews.com/article/greta-gerwig-interview-barbie-ed61b918097f2fc43e024f4872a7225e)
Greta Gerwig (https://apnews.com/article/greta-gerwig-interview-barbie-ed61b918097f2fc43e024f4872a7225e)

Terlepas dari Litte Women, Lady Bird dan Barbie. Tidak hanya dari film-film yang digarap olehnya saja, namun kisah Greta Gerwig sendiri sebagai seorang aktris dan sutradara pun banyak memberikan inspirasi terhadap wanita lainnya. Ia memulai karir sebagai aktris pada tahun 2006 melalui film LOL dan banyak yang menyukai performanya ketika ia tampil di Hannah Takes The Stairs (2007). Ia pun akhirnya mulai dikenal ketika bermain dalam film Greenberg (2010). Hingga akhirnya ia pun memulai debut directorial dan menjadi solo writer di film Lady Bird (2017).

Perjalanan Greta Gerwig dari impiannya untuk belajar musical theatre hingga menjadi aktris dan akhirnya menjadi salah satu sutradara wanita paling sukses dalam sejarah memberikan kita pelajaran, bahwasanya semua wanita pun bisa menggapai apapun yang mereka inginkan, asalkan mereka tetap bekerja keras. Dan kalaupun cita-cita kita tidak tercapai, toh menjadi sosok yang teguh dalam menjalani kehidupan sehari-hari saja sudah sangat hebat dan apapun jalan hidup yang kita jalani akan sangat berarti, asalkan kita tetap percaya dan mencintai diri sendiri apapun jalannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun