Berbeda dari Ralph, Jack, Piggy dan karakter-karakter lainnya dalam Lord of The Flies, anak-anak Nuku'alofa tersebut setuju untuk bekerja dan membagi tugas dalam berkebun, membuat makanan dan berjaga. Kadang-kadang mereka juga bertengkar, tetapi setiap kali itu terjadi mereka menyelesaikannya dengan memberlakukan time-out. Hari-hari mereka dimulai dan diakhiri dengan nyanyian dan do'a. Hal ini membuktikan bahwa hal terbaik dalam memecahkan masalah adalah dengan demokrasi.
Point penting baik dari eksperimen Channel 4 diatas maupun cerita asli anak-anak Nuku'alofa bukanlah bertujuan untuk memperlihatkan adanya perbedaan pada anak laki-laki dan perempuan. Namun justru untuk memberikan pengertian bahwasanya seluruh anak harus diajarkan bagaimana caranya untuk membuat keputusan yang baik, bagaimana menjaga diri mereka sendiri dan menunjukkan bahwa semua anak memilik potensi untuk menjadi pemimpin. Dan sekali lagi bahwa hal terbaik dalam memecahkan masalah adalah dengan demokrasi, layaknya kelompok Ralph.Â
Pada akhir cerita Lord of The Flies sendiri, meskipun bala bantuan datang namun banyak hal mengerikan yang terjadi pada pulau tak bernama tersebut. Hilangnya sifat kepolosan hingga hilangnya nyawa sebagian dari mereka. Merekapun sebagai karakter dan kita sebagai seorang pembaca mempelajari satu hal: bahwasanya seluruh manusia, tak terkecuali dari usia yang sangat muda pun sudah memiliki kemampuan untuk memberikan keputusan. Dan sifat dasar manusia sebagai makhluk demokrasi dan diktator ada pada diri masing-masing sejak awal, dan apabila tidak diarahkan secara baik maka keputusan yang akan mereka ambil pun dapat berdampak buruk bagi mereka sendiri. Serta bahwa diri kita sendirilah satu-satunya yang bisa mengontrol sifat manakah yang lebih baik untuk diri kita maupun untuk lingkungan sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H