Sang pasien juga selain mengalami gejala delusi, juga sangat mungkin mengalami gejala psikosis seperti gangguan halusinasi dan waham. Fregoli Syndrome dapat diobati dengan psikoterapi kognitif, hingga antipsikotik jika pasien juga mengalami gejala psikotik.
Meskipun Fregoli Syndrome merupakan topik utama dalam pembahasan Anomalisa, namun sepertinya ada banyak hal yang juga dapat digali dalam film satu ini.Â
Contoh saja adegan saat Michael merasa wajahnya merupakan topeng yang dapat dilepas dan ia merasa bahwa didalam dirinya ada sebuah mesin, bahwa tak lain ia adalah seorang robot, hal ini menyimbolkan bahwa akibat dari Fregoli Syndrome-nya,Â
Michael juga mengalami depresi dan menganggap bahwa dirinya tidak lain dan tak bukan juga sama tidak spesialnya seperti orang-orang lain, hanyalah seorang mesin yang berselimutkan kulit manusia.
Selain itu juga fakta bahwa Michael secara tak sadar memilih Lisa, seorang gadis yang penuh rasa malu dan tak percaya diri sebagai 'anomali' dalam sindrom yang dideritanya.
Serta, quotes akhir film pada surat yang ditulis Lisa bahwa Anomalisa dalam bahasa Jepang berarti 'Goddess of Heaven' menyimbolkan bahwa Michael bahwasanya membutuhkan seseorang yang dapat dijadikan tempat sandaran oleh dirinya.
Walaupun ditutup dengan scene yang membuat penonton tidak puas lantaran Michael tetap terkekang oleh Fregoli Syndrome yang dideritanya.Â
Namun, hal ini menjadikan pelajaran bahwasanya Fregoli Syndrome maupun depresi ada di sekitar kita dan tidak dapat dengan mudah dihilangkan. Charlie Kaufman sekali lagi membuat penonton terpukau melalui cara berpikirnya yang tidak biasa, unik serta penuh rasa imajinasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H