Mohon tunggu...
Ghassani Zatil Iman
Ghassani Zatil Iman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Just a girl who loves to write about everything

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Mengenal Fregoli Syndrome melalui "Anomalisa"

31 Oktober 2021   21:10 Diperbarui: 3 November 2021   00:45 1404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anomalisa (2015), film animasi yang penuh makna (www.indiewire.com)

Sang pasien juga selain mengalami gejala delusi, juga sangat mungkin mengalami gejala psikosis seperti gangguan halusinasi dan waham. Fregoli Syndrome dapat diobati dengan psikoterapi kognitif, hingga antipsikotik jika pasien juga mengalami gejala psikotik.

Meskipun Fregoli Syndrome merupakan topik utama dalam pembahasan Anomalisa, namun sepertinya ada banyak hal yang juga dapat digali dalam film satu ini. 

Contoh saja adegan saat Michael merasa wajahnya merupakan topeng yang dapat dilepas dan ia merasa bahwa didalam dirinya ada sebuah mesin, bahwa tak lain ia adalah seorang robot, hal ini menyimbolkan bahwa akibat dari Fregoli Syndrome-nya, 

Michael juga mengalami depresi dan menganggap bahwa dirinya tidak lain dan tak bukan juga sama tidak spesialnya seperti orang-orang lain, hanyalah seorang mesin yang berselimutkan kulit manusia.

Selain itu juga fakta bahwa Michael secara tak sadar memilih Lisa, seorang gadis yang penuh rasa malu dan tak percaya diri sebagai 'anomali' dalam sindrom yang dideritanya.

Serta, quotes akhir film pada surat yang ditulis Lisa bahwa Anomalisa dalam bahasa Jepang berarti 'Goddess of Heaven' menyimbolkan bahwa Michael bahwasanya membutuhkan seseorang yang dapat dijadikan tempat sandaran oleh dirinya.

Walaupun ditutup dengan scene yang membuat penonton tidak puas lantaran Michael tetap terkekang oleh Fregoli Syndrome yang dideritanya. 

Namun, hal ini menjadikan pelajaran bahwasanya Fregoli Syndrome maupun depresi ada di sekitar kita dan tidak dapat dengan mudah dihilangkan. Charlie Kaufman sekali lagi membuat penonton terpukau melalui cara berpikirnya yang tidak biasa, unik serta penuh rasa imajinasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun