Mohon tunggu...
Ghany Akbar
Ghany Akbar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dukung Penerapan Biopori Dilingkungan Angkringan Toga Kebontunggul

19 Januari 2025   14:04 Diperbarui: 19 Januari 2025   15:05 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PENGEBORAN TANAH (SUMBER:PRIBADI)

Desa Kebontunggul Mojokerto, 18 Januari 2025

Desa Kebontunggul, sebuah desa asri di Kabupaten Mojokerto, menjadi salah satu tempat KKN Mahasiswa UNTAG Surabaya dalam pengelolaan limbah makanan berbasis zero waste melalui pemanfaatan teknologi biopori. UMKM Angkringan Toga yang dikelola oleh masyarakat setempat dan dibantu oleh ide mahasiswa KKN UNTAG Surabaya telah mengambil langkah inovatif dengan mengolah sisa-sisa makanan menjadi pupuk kompos yang bermanfaat untuk pertanian.

Biopori adalah metode sederhana yang digunakan untuk mengolah limbah organik, termasuk sisa makanan, dengan memanfaatkan lubang kecil yang dibuat di dalam tanah. Lubang ini berfungsi sebagai tempat masuknya air dan udara, serta tempat berkembangnya mikroorganisme pengurai. Proses ini menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi dan membantu menjaga kelestarian lingkungan.

"Dengan adanya biopori, pengolahan limbah sampah makanan jadi lebih mudah dan memiliki manfaat dapat menjadi pupuk. Desa Kebontunggul juga mulai bergerak menuju pemanfaatan teknologi yang lebih baik. Ini sangat membantu ekonomi warga karena hasil panen dapat maksimal dan memiliki nilai pengeluaran pupuk yang relatif lebih rendah," ujar Mas Nur.

Langkah-Langkah Pengolahan Limbah dengan Biopori

  1. Pembuatan Lubang Biopori: Angkringan Toga membuat lubang sedalam 50-100 centimeter dengan diameter sekitar 10 cm di area sekitarnya.

  2. Pengisian Limbah Organik: Sisa makanan dari angkringan, seperti nasi, sayuran, dan kulit buah, dimasukkan ke dalam lubang.

  3. Penutupan dan Pemantauan: Setelah terisi, lubang ditutup dengan penutup khusus yang tetap memungkinkan sirkulasi udara. Proses pengomposan berlangsung selama 2-3 minggu.

  4. Pemanfaatan Kompos: Kompos yang dihasilkan digunakan oleh masyarakat untuk menyuburkan tanaman toga (tanaman obat keluarga) yang menjadi ciri khas desa ini.

Manfaat Zero Waste Melalui Biopori

  • Pengurangan Limbah: Limbah makanan yang biasanya berakhir di tempat pembuangan sampah kini diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

  • Peningkatan Kesuburan Tanah: Kompos yang dihasilkan membantu meningkatkan kesuburan tanah di area perkebunan toga.

  • Dukungan Keberlanjutan: Langkah ini mendukung konsep keberlanjutan dengan mengurangi jejak karbon dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah.

  • Peningkatan Ekonomi Lokal: Produk kompos juga memiliki nilai jual, yang memberikan tambahan pendapatan bagi UMKM.

Dengan keberhasilan Angkringan Toga sebagai tempat penanaman biopori, diharapkan UMKM lain di Desa Kebontunggul maupun daerah lain dapat mengadopsi metode ini. Tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan lestari. Mari kita bersama-sama mendukung penerapan zero waste melalui biopori untuk keberlangsungan bumi yang lebih baik

Dibuat Oleh : Muhammad Ghany Akbar (1412100057)

Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Kelompok KKN R-3

DPL: I Gede Shandy Satria

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun