Mohon tunggu...
Ghani Umar Altunayan
Ghani Umar Altunayan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hubungan Internasional di Universitas Jenderal Achmad Yani

Senang menulis suatu hal terkait dunia olahraga, geografi dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Bola

Fenomena Menghilangnya Pemain Kuba di Amerika Serikat

13 Juli 2023   09:51 Diperbarui: 13 Juli 2023   09:57 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak di Kuba bermain sepakbola di jalanan kota Havana, Ibukota Kuba. Sumber: Shutterstock

 Jika merunut faktor geografis, kedua negara yaitu Kuba dan Amerika Serikat terpaut sangat berdekatan, namun keadaan sosio ekonomi lah yang membuat kedua negara tersebut terasa cukup berjauhan. Terhitung jarak antara Havana Ibukota Kuba dan Kota besar terdekatnya di Amerika yaitu Miami, jaraknya hanya berkisar 367 kilometer atau setara jarak antara Bandung dan Kota Semarang. Kedekatan geografis namun ketimpangan ekonomi tersebut menjadi salah satu alasan mengapa perbedaan itu sangat terasa bagi rakyat Kuba. Apalagi untuk para atlet yang sudah terlanjur terjun ke dunia profesional yang mana mereka harus 100% di bidang yang telah digelutinya tersebut.

Jarak antara Havana Ibukota Kuba ke kota besar terdekatnya di Amerika Serikat, Miami. Sumber: distancefromto.net
Jarak antara Havana Ibukota Kuba ke kota besar terdekatnya di Amerika Serikat, Miami. Sumber: distancefromto.net

Faktor politis juga mengawali fenomena 'eksodus' nya olahragawan Kuba ke Amerika. Bermula ketika pada tahun 1995, pemerintah Amerika Serikat menerbitkan kebijakan "wet feet, dry feet", yaitu kebijakan yang mempermudah seluruh masyarakat Kuba untuk menjadi penduduk tetap maupun hak menjadi warga negara Amerika Serikat, barangsiapa yang berhasil masuk dalam artian 'melarikan diri' ke Amerika Serikat melalui perbatasan mana pun (laut atau darat), menyusul adanya eksodus massal pada periode 90-an. Atas dasar keistimewaan itulah warga Kuba terlebih yang memiliki bakat dalam olahraga tak terkecuali sepakbola berbondong-bondong meninggalkan tanah airnya demi menunjang karir di negeri seberang.

Uniknya, kebijakan tersebut segera dimanfaatkan pihak-pihak yang memiliki bisnis terkait agensi olahraga. Agen olahraga Amerika turut serta membantu 'menyelundupkan' para atlet Kuba ke dalam Amerika Serikat demi mendapat klien sebanyak-banyaknya di bisnis olahraga yang sedang dirintis kala itu. Para pemain yang datang dari Kuba berpotensi untuk meraih keuntungan serta menambah daya saing di kompetisi olahraga Amerika. Namun kebijakan tersebut terhenti diakhir masa jabatan Barrack Obama pada tahun 2017.

Sebab lain pun terjadi di politik internal rezim komunis Kuba yang juga sekaligus mengontrol dan mengambil alih seluruh siaran media di negara tersebut, sebelumnya olahraga sepakbola tak mendapat tempat di media Kuba. Otoritas penyiaran Kuba hanya memperbolehkan televisi menyiarkan sepakbola di negara Spanyol (La Liga) karena kedekatannya dengan negeri matador tersebut, sementara melarang siaran sepakbola Amerika (MLS) karena adanya stigma/larangan menyajikan tontonan 'musuh'. Padahal jika melihat secara realiastis justru lebih banyak pemain asal Kuba yang bermain untuk klub di Liga Amerika.

Cerita ketidakberuntungan menjadi pemain Kuba tertuang dalam sebuah wawancara radio Irlandia dengan salah satu mantan pemain timnas Kuba yang 'membelot' ke Amerika pada pertengahan dekade 2000an, yaitu Maykel Galindo. Dalam wawancara nya ia memperhitungkan keputusan krusial dalam hidup untuk karirnya di Amerika. 

"Mereka meninggalkan Kuba untuk membuat sesuatu terhadap kehidupan mereka, mengejar impian sebagai pesepakbola profesional di tempat yang lebih baik. Karena mereka tahu bahwa Kuba tidak menawarkan itu kepada mereka". Tak ada satu pun yang melarang entah dari tim kepelatihan atau sesama pemain, tak ada isu nasionalisme yang dibangun untuk itu. Itu adalah hal yang normal & keadaan tersebut adalah realita yang harus ditempuh akibat kebuntuan hidup di negara yang jauh dari kata sejahtera. 

Galindo mangkir dari tim nasional untuk mencari suaka di Amerika lalu bergabung bersama klub MLS Seattle Sounders tak lama setelah pelariannya. Setelah keputusan itu dibuat ia segera mengabari ibu nya di Kuba melalui saluran telepon, sejenak suasana berubah menjadi haru. "Saya menelpon ibu saya, mengatakan: bu, saya tidak akan pernah kembali ke sana (Kuba) untuk selamanya, saya akan tinggal di sini, berjuang", Ibu saya menangis, "kamu sendirian di sana, berhati-hatilah, kami mendukung apapun keputusanmu, serta dengan semua yang kita lalui di Kuba selama ini".

Hingga hari tulisan ini dimuat, puluhan bahkan ratusan atlet Kuba secara beruntun telah meninggalkan tanah air nya demi mendapat "American Dream" nya masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun