Mohon tunggu...
M. Ghaniey Al Rasyid
M. Ghaniey Al Rasyid Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda yang mencoba untuk menggiati kepenulisan

Orang yang hebat yaitu orang yang mampu untuk mempertahankan prinsip mereka dari beberapa kontradiktif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bijak Memahami Kapitalisme

14 Februari 2021   10:32 Diperbarui: 14 Februari 2021   12:55 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liberalisasi ekonomi menjadi salah satu aspek mengapa banyak menjamurnya perusahaan dan industrialisasi mencokol di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Kebebasan dalam pasar inilah yang menimbulkan bibit baru untuk menopang dan bersaing untuk mendapakan target pasar masing-masing.

Amartya Sen peraih nobel ekonomi asal India, memberikan gambaran bahwasannya kebebasan dan pembangunan ekonomi memiliki korelasi kuat untuk saling mendukung. Gagasan Sen sendiri sangat dijunjung tinggi oleh beberapa negara yang mengadopsi sistem perekonomian liberal. Walaupun tak sedikit untuk mengkritisi liberalisasi yang lagi-lagi kapitalisme dijadikan sebagai kambing hitamnya.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Menguasai alat produksi hingga kaum buruh menang? Orang-orang kapitalis belajar dari apa yang dilontarkan kaum Marxian misal dengan memberikan CSR kepada buruh dan lingkungan sekitar pabrik. Akan tetapi kadang tak banyak orang-orang pro Marxian untuk belajar apa yang dibutuhkan oleh kapitalis selain akumulasi primitif.

Pembengkakan jumlah penduduk yang semakin hari semakin naik, membutuhkan banyak sekali siklus pasar yang mampu menyediakan lahan basah untuk dijadikan tempat bekerja. Apabila tidak, negara akan terusik stabilitasnya karena problema klasik seperti kemiskinan dan pengangguran yang kemungkinan akan semakin membludak.

Tak lain dan tak bukan target kebutuhan berupa kesejahteraan ekonomi harus segera dibentuk alias jaring pengaman sosial harus segera dibuat. Belum lagi, harapan pendidikan dibutuhkan untuk mencapai ekspektasi pekerjaan yang lebih baik. Ekspektasi kadang tidak sesuai dengan realitas ketika keunggulan pribadi individu tidak bisa dikembangkan dengan baik.

Pencemaran lingkungan, eksploitas sumber daya alam sering memenuhi framing didalam pemberitaan. Kesadaran pada kelestarian sumber daya alam yang menciptakan pola pemikiran sadar ekologi secara radikal mengapa bumi ini semakin hari semakin hilang kelestariannya.

Klasifikasi industrialisasi harus bisa dipahami dengan bijaksana. Pasalnya, tidak semua memiliki sifat destruktif. Harus ada pemahaman dengan kepala dingin dan mempertimbangkan segala kemungkinan baik dan buruk hari ini dan esok dari hasil pengelolaan kapital.

Tentang kapitalisme, konsep pemikirannya telah mengalami perubahan hingga Jurgen Habermas salah satu tokoh mazhab Frankfurt memberikan beberapa solusi konstruktif dengan menguliti dan mengkritis kapitalisme bukan lagi tentang merebut alat produksi, tetapi dengan memperkuat kembali peranan pendidikan dan strategi komunikasi.

Hasil dari penguatan pendidikan dan komunikasi memberikan dorongan nalar kritis individu untuk mempengaruhi kelompok, sehingga terjadi sebuah kesadaran yang realistis. 

Samir Amin dengan teorinya yang mengklasifikasi daerah berdasarkan kemampuan dan keterkaitan secara ekonomi memberi aba-aba untuk membangkitkan ghirah berfikir kritis untuk mengamati kembali keterkaitan negara untuk menanamkan kapitalisme.

Isitilah negara dunia ketiga menurut Andre Guder Frank sebagai The Bondage Of Debt. Negara dunia ketiga sering dijadikan lahan eksploitasi yang kadang harus mengorbankan harkat dan martabat dari sektor sosial, ekonomi dan politik. Kerusakan lingkungan dan peristiwa jual pual riskan terjadi karena ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun