Mohon tunggu...
M. Ghaniey Al Rasyid
M. Ghaniey Al Rasyid Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda yang mencoba untuk menggiati kepenulisan

Orang yang hebat yaitu orang yang mampu untuk mempertahankan prinsip mereka dari beberapa kontradiktif

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Meningkatkan Fokus Diri dengan Paradigma Stoic

11 Agustus 2020   16:23 Diperbarui: 9 Desember 2020   20:35 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Dailystoic.com

Menyatu dengan alam adalah aspek dasar orang-orang stoisis untuk menjalani dunia. Orang stoisis lebih berada pada jiwa yang tenang dikarenakan mereka sangat tenang terhadap segala bentuk kehidupan yang kadang membuat gusar. Mereka tidak membuat pusing segala bentuk tekanan ataupun hasil final yang kurang sesuai dengan ekspektasi yang mereka buat.

 Mereka lebih menitikberatkan kepada sebuah perjuangan individu untuk hidup dan menciptakan sebuah target tertentu dalam berkehidupan. Apabila ekspektasi mereka tidak tercapai disinilah peranan kebijaksanaan orang-orang stoisis, mereka akan tetap tenang dan merasakan apa yang alam berikan tanpa ada rasa membenci sekalipun.

Hukum alam menurut kaum stois sendiri sebagai ruang dan waktu yang mempengaruhi manusia dalam menjalani kehidupan. Hukum alam memberikan sebuah penetrasi dalam kehidupan manusia yang kadang memberikan tujuan tertentu berbeda jauh dengan ekpestasi yang kita sengaja buat. Kondisi ini sebagai bentuk implementasi dari filsafat yang disampaikan oleh demokritus bahwa alam semesta merupakan sebuah satu kesatuan yang saling memiliki keterkaitan. 

Alam akan mempengaruhi beberapa individu terkait dengan apa yang telah mereka kontruksikan. Alam akan mempunyai dampak yang berupa dukungan maupun pertentangan. Subyek selaku indivud seharusya sudah katam dalam mengamati realitas ini, apabila tidak rentan terjadi sebuah penyakit hati yang dapat menrunkan kualitas diri Individu ataupun kelompok tertentu.

Kehidupan yang sangat kompleks ini dan kental sekali dengan kebudayaan yang masuk menghujam kebudayaan pribumi, sering membuat bimbang individu selaku cerminana dalam kebudayaan. Penempatan stoisis sebagai bius untuk tetap berfikir positif dalam mengamati realitas sosial yang ada, menenangkan diri dan tetap melakukan yang terbaik, bisa kita adopsi dari para kaum stois yang mempunyai idelisme tinggi dalam menjalani kehidupan yang fana ini.

Iri dengan prestasi salah satu individu merupak sesuatu yang sia-sia, lebih baiknya bergerak dan memfokuskan diri kepada apa yang kita miliki untuk membangun karir dan masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun