Akumlasi primitif yang pernah disampaiakan oleh marx, sebagai satu lahan kontemplasi bagi gerakan kapitalisme dipenjuru dunia. Pemilik modal yang mempunyai kepiawaian dalam hisap menghisap akan dengan mudah membeli dan menguasai lahan masyrakat. Mereka sengaja untuk membeli lahan demi menciptakan suatu pertanian industri.
Kapitalisme tidak datang dari sektor industri yang terkenal dengan eksploitasi kaum buruh dengan diperkerjakan ditempat yang penuh dengan oli dan bising suara mesin. Pertanian juga bisa menjadi objek terciptanya kapitalisme yang berujung kepada penggunaan akumulasi primitif.Â
Semula kegiatan tanam menanama adalah hal yang wajar sebagai buah manifestasi untuk penggunaan lahan denga baik. Akan tetapi hal tersebut berubah kepada jurang eksploitas baru yang berujujung kapitalisme dalam sektor desa atau pertanian.Â
Sangat menarik sekali untuk kita bincangkan kembali karena sektor desa sangat rentan terjadi sebuah eksplotasi. Kehidupan yang masih tradisional akan memandang hal yang bersifat matrealistis lebih diutamakan dibandingkan dengan perihal yang lebih esesnsial.
Warna kulit dan gaya hidup yang luar biasa, akan mempengaruhi mindset masyarakat bahwa orang-orang yang seperti ciri diatas adalah insan yang kaya dan lebih maju.Â
Petani yang kesehariaannya bergelut dengan cangkul dan sering terkontaminasi oleh butiran debu dan kotornya situasi tempat, merasa dirinya berasa kotor dibandingkan dengan mereka yang memakai pakaian bersih dan hidup dengan penuh keharuman.
Daerah yang minim akan sumber daya manusia adalah target dari para investor untuk bisa menanamkan modalnya untuk mendapatkan komoditas yang berguna bagi diri mereka sendiri.Â
Pemilik modal akan dengan mudah untuk membeli tanah dengan murah apalagi digunakan sejalan dengan fungsi pertanian itu sendiri, seperti yang terjadi pada studi kasus di daerah Lampung. Dimana investasi tidak melulu dimanifestasikan kepada bentuk bangunan atau industri, bisa menjelma seperti musuh didalam selimut. Mereka serupa dengan pekerjaan yang ada disekitar desa berubah dengan bengisnya kapitalisme.
Dengan menakar kembali sistem ekonomi dan politik terkini, para pakar yang didukung oleh masyarakat agar bisa saling bahu-membahu untuk mempelajari dan menghadapi efek negatif yang ditimbulkan dari kapitalisme.Â
Tidak selamanya hidup di desa penuh dengan kedamaian ataupun dengan kestabilan dalam berkehidupan. Malah kondisi tersebut rentan terjadi beberapa ciri-ciri penindasan dan monopoli pasar atau bahkan terjerat oleh bengisnya tengkulak yang telah menjamur di beberapa pelosok daerah. Pencerdasan kepada masyarakat pedesaan sekitar merupakan hal  yang wajib untuk membentengi dari tindak bengis eksploitasi desa.
Sumber:
- Basundoro, P. (2001). Industrialisasi, Perkembangan Kota Dan Respon Masyarakat: Studi Kasus Kota Gresik. Humanora, XIII, 133--140.
- Chodijah, R. (2010). Suatu Paradoks Dalam Pembangunan Ekonomi Terhadap Penganggguran Dan Kemiskinan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 8(2), 80--88. https://doi.org/10.29259/jep.v8i2.4887
- Sadewo Ary Putut Et Al. (2014). DINAMIKA KONFLIK AGRARIA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT SENDANGAYU DAN SURABAYA KECAMATAN PADANGRATU1. (1).
- Bernstein,Henry.2019. Dinamika Kelas Dalam Perubahan Agraria. INSISTpress: Kabupaten Sleman, D.I.Yogyakarta.