Mohon tunggu...
M. Ghaniey Al Rasyid
M. Ghaniey Al Rasyid Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda yang mencoba untuk menggiati kepenulisan

Orang yang hebat yaitu orang yang mampu untuk mempertahankan prinsip mereka dari beberapa kontradiktif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Matinya Prinsip Gandhi di Tanah Kelahirannya

2 Maret 2020   22:15 Diperbarui: 10 Maret 2020   11:38 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini kita digemparkan oleh aksi brutal yang bergejolak di tanah hindustan (India). Tetesan darah, Jeritan, dan sorak-sorak psikopat bergema ditanah India. Hal ini dipicu oleh perasaan etnosentrism pada sektor kebudayaan yang dimana membutakan beberapa masyarakat mayoritas yang bergerak demi kepentingan mereka -darimanapun jalannya.

kejadian bermula ketika pemerintah membuat regulasi baru, terkait dengan pembatasan hak oleh kaum minoritas alias Islam, yang memantik api protes dari berbagai kalangan. Peraturan baru yang dikemas se-elok mungkin menimbulkan beberapa kubu pro dan contra, yang saling memperjuangkan hak-hak mereka. 

Peraturan yang dibuat oleh penguasa Mondi dimana warga negara yang dicantumkan tidak menyantumkan Islam didalamnya, otomatis mengundang beberapa kritik dari pelbagai golongan khususnya orang islam sendiri. 

Konflik yang sangat parah diakhir dekade ini mencoreng nama agung Mahatma Gandhi sebagai patronase dalam gerakan perdamaian dan anti kekerasan di India. Nama gandhi hanya sebatas romantisme semata apabila dibenturkan dengan kejadian yang menyangkut 2 budaya dalam satu negara yang saling melukai.

Cinta untuk seluruh manusia

Salah satu hal yang paling melawan arus dari pemikiran Gandhi, ketika ia mampu untuk menyuarakan dan memangkas beberapa stigma terkait dengan kastanisasi yang menindas. 

Prinsip kastanisasi berdampak kepada pembatasan dan akan berujung kepada cinta yang tidak tulus. Prema (cinta), yang disampaiakan oleh gandhi mempunyai nilai yang sangat bijaksana, untuk mencintasi tanpa padang bulu latar belakang objek yang akan dicintai. 

Konflik di kota delhi sebagai bentuk kritikan pedas, dimana pemahaman tentang prema seharusnya sudah clear, untuk bisa meniru pemikiran Gandhi akan tetapi sangat berbanding terbalik dan malah menorehkan citra layaknya binatang pemangsa di hutan Afrika.

Untuk mencapai Prema manusia harus mencari suatu kebenaran. Nah! hal ini akan memancing beberapa permasalahan yang fatal apabila tidak bisa menyikapi secara epik layaknya Gandhi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun