Programer komputer, peneliti, bahkan menteri itulah yang menjadi cita-cita saya dulu. Segudang mimpi-mimpi telah mewarnai dan sekaligus menjadi pemandu jalan hidup saya.
Tapi entah kenapa profesi guru bukan termasuk dalam sederet mimpi-mimpi saya itu. Maaf bukan berarti menjadi guru itu tidak baik, hanya saja saya tidak menginginkan itu. Dalam pikiran saya sewaktu masih kuliah, profesi guru terlalu ribet dan tidak menantang. Apalagi saya yang jurusan MIPA murni tidak pernah dibekali keahlian menjadi guru.
Waktu demi waktu, ternyata takdir berkehendak lain. Saya menjadi seorang guru! Yang Maha Kuasa membukakan jalan dan kemudahan menjadi seorang guru SD disalah satu sekolah swasta yang cukup terkenal. Pada awalnya saya merasa bimbang. Nyatanya nama besar dan gaji yang ditawarkan sekolah tersebut tidak membuat saya mencintai profesi guru. Menjadi guru tidak ada dalam kamus impian-impian saya.
Beberapa bulan berlalu, ada sesuatu hal yang saya pelajari. Tidak seperti pekerjaan-pekerjaan lain yang pernah saya geluti, ternyata profesi guru sama sekali tidak membosankan. Bahkan penuh tantangan. Menjadi guru itu berarti menjadi panutan, menjadi guru itu berarti menjadi sosok yang dikagumi anak, menjadi guru itu berarti menjaga sikap dan tabiat buruk, dan menjadi guru itu berarti belajar tentang kehidupan.
Tawa dan canda yang murni dari siswa-siswi itu menggugah kesadaran saya akan indahnya dunia. Anak-anak itu tidak pernah berbohong dalam setiap ekspresi wajah mereka. Yang mungkin ‘ekspresi’ itu tidak akan pernah ditemui dipekerjaan yang lain. Disaat para orang dewasa sibuk dengan urusan dan kesibukan mencari uang, siswa-siswi ini tetap dalam ekspresi wajah polos dan gembira.
Saya menyadari satu hal, menjadi guru itu bukan profesi, menjadi guru itu adalah belajar tentang kehidupan yang ideal. Saya merasa justru sayalah yang belajar pada anak-anak hebat ini. Yang bisa mengekspresikan diri tanpa kebohongan, yang mungkin orang dewasa susah melakukannya.
Mungkin jika saya sekarang menjadi programer komputer, menjadi peneliti, ataupun menteri, saya akan rela melepaskannya demi menjadi seorang pendidik, menjadi seorang panutan, dan menjadi teladan anak yang merekasebut dengan “guru”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H