Mohon tunggu...
Ghaisani ShellaAmanda
Ghaisani ShellaAmanda Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Mahasiswa jurusan Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Saya merupakan mahasiswi ilmu gizi yang gemar menulis, terutama tulisan terkait gizi dan kesehatan dengan tujuan dapat memberikan edukasi dan manfaat bagi para pembaca tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pola Makan Nabati sebagai Pola Makan Masa Depan

21 Januari 2024   12:00 Diperbarui: 21 Januari 2024   12:12 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pola makan nabati atau yang kerap disebut dengan istilah vegan atau vegetarian menjadi salah satu diet yang popular dalam kurun waktu terakhir. Hasil survey oleh American Dietetic Assosciation (ADA) menunjukkan bahwa terdapat sekitar 4,9 juta (2,3%) penduduk dewasa di Amerika menjadi vegetarian dan sekitar 1,4% menjadi vegetarian vegan pada tahun 2006. 

Sementara di Indonesia, berdasarkan data dari Indonesian Vegetarian Society (IVS), saat ini, lebih dari 2 juta orang menjalani gaya hidup vegetarian. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan jumlah anggota vegetarian di Indonesia pada tahun 2000, yaitu sebesar 60.000 orang (Junieni, J. et al., 2022; Indonesia Vegetarian Society, 2018). Adanya peningkatan jumlah vegan, membuat diet vegan, termasuk diet nabati menjadi pola makan yang banyak diminati oleh warga Indonesia.

Terdapat banyak sekali alasan yang membuat seseorang memilih untuk menerapkan pola makan nabati. Alasan yang paling umum adalah untuk meningkatkan kesehatan tubuh. 

Banyak orang percaya dan yakin bahwa pola makan nabati dapat meningkatkan kesehatan dan menghindari dari beberapa penyakit kronis seperti diabetes melitus, kanker, penyakit jantung, dan lain sebagainya. 

Berdasarkan data laporan hasil survey yang berjudul "Exploring The Vegetarian Trends in Indonesia" pada tahun 2023 menunjukkan beberapa alasan lain yang menjadikan banyak orang memiliih untuk menerapkan pola makan nabati meliputi untuk meningkatkan metabolisme tubuh (37%), menurunkan berat badan (37%), menghemat uang (32%), membuat kulit menjadi cerah (18%), dan untuk pengalaman pribadi (14%) (Jakpat Survey Report, 2023).

Pada dasarnya, pola makan nabati fokus pada makanan utama dikonsumsi berasal dari tumbuhan seperti buah, sayuran, kacang-kacangan ataupun biji-bijian, tetapi masih bisa tetap mengonsumsi makanan yang berasal dari hewan dengan jumlah yang sedikit seperti ikan, telur, ataupun daging (Gonzalez, M. et al., 2017). 

Tujuan dari pola makan nabati ini adalah untuk memaksimalkan konsumsi makanan nabati dan meminimalkan makanan hewani (Tuso et al., 2013). Seseorang yang melakukan pola makan nabati dapat mendapatkan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh sekaligus mendapatkan kesejahteraan manusia. 

Hal ini karena pola makan nabati juga dinilai sebagai jenis pola makan yang ramah akan lingkungan. Banyak juga peneliian yang menunjukkan benefit yang diterima jika menerapkan pola makan nabati, yaitu dapat memberikan efek menguntungkan pada kontrol berat badan, kesehatan jantung, dan pencegahan serta sebagai terapi diabetes melitus (Viroli, G. et al., 2023).

Selain berdampak dari sisi kesehatan, pola makan nabati juga dapat memberikan dampak benefit pada lingkungan. Produksi protein nabati secara umum memerlukan lebih sedikit lahan, air, dan energi dibandingkaan dengan produksi protein hewani. 

Salah satu permasalahan dunia yang tidak kalah pentingnya adalah jumlah fosfor berkualitas yang ada di dunia semakin menipis karena sering digunakan sebagai bagian dari proses produksi makanan.

Cadangan fosfor akan habis dalam waktu 50 -- 100 tahun jika tren ini terus berlanjut pada tingkat yang sama. Pola makan nabati membutuhkan lebih sedikit fosfor untuk diproduksi daripada pola makan hewani. 

Oleh karena itu, mengubah pola makan berskala luas menjadi lebih sedikit konsumsi daging dapat menjadi strategi penting untuk mengatasi kekurangan fosfor yang dapat ditambang (Lynch, H. et al., 2018).

Pola makan nabati juga berdampak pada penurunan emisi gas rumah kaca. Hal ini karena hampir seluruh proses produksi produk hewani seperti daging dan susu melibatkan gas rumah kaca pada setiap tahapannya. 

Mulai dari mesin yang digunakan, produksi pakan ternak, dan limbah besar yang dihasilkan oleh hewan ternak, semuanya berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. proses memelihara dan membunuh hewan jauh lebih intensif karbon dibandingkan menanam dan memanen tanaman untuk dimakan. 

Oleh karena itu, semakin banyak orang yang menerapkan pola makan nabati, semakin sedikit emisi gas rumah kaca yang kita hasilkan dan semakin kecil kontribusinya terhadap perubahan iklim.

Selain itu, pola makan nabati juga dapat mengurangi konsumsi energi pada lingkungan. Daging sapi dapat diolah dengan jangka waktu yang lama sehingga konsumen biasa menyimpan hampir setengah kilogram daging sapi di lemari es dalam jangka waktu yang lama juga. 

Disisi lain, sumber protein nabati membutuhkan lebih sedikit pengolahan sehingga jauh lebih hemat energi dibandingkan daging. Peralihan ke arah makanan yang lebih hemat energi dapat mengurangi penggunaan energi secara drastis dan menjadikan planet kita berada pada posisi yang lebih baik. 

Pola makan nabati juga dapat menghemat air karena penggunaan air yang lebih sedikit pada proses pengolahan bahan makanan nabati dibandingkan dengan olahan makanan daging.

Pola makan nabati menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan pada gaya hidup kita sehari-hari dibandingkan dengan diet vegan karena pada diet nabati, seseorang masih mengonsumsi produk hewani, tetapi dalam jumlah yang sedikit. 

Hal ini penting karena pada orang yang hanya mengonsumsi nabati atau sayuran akan terjadi kemungkinan orang tersebut mengalami defisiensi zat gizi mikro yang banyak terdapat pada makanan hewani seperti vitamin B12, Fe, kalsium, dan lain-lain sehingga tetap mengonsumsi daging pun juga penting, walaupun dalam jumlah sedikit.

Pola makan nabati memang dinilai efektif dalam mengatasi kondisi global atau bumi saat ini. Akan tetapi, pola makan nabati ini akan jauh lebih efektif jika tetap dibarengi dengan suplementasi zat gizi untuk tetap mencukupi kebutuhan zat gizi mikro dalam tubuh sehari-hari. 

Hal ini tidak lepas dari fakta bahwa beberapa permasalahan gizi yang umum terjadi pada seseorang yang menjalankan diet nabati ini rentan untuk mengalami defisiensi mikronutrien, terutama mikronutrien yang lebih banyak didapatkan dari makanan hewani atau daging. 

Seseorang bisa mengalami defisiensi vitamin B12, Fe, kalsium, atau lainnya. Kurangnya kadar mikronutrien tersebut didalam tubuh tentunya dapat menganggu proses metabolisme zat gizi yang ada didalam tubuh sehingga dapat menimbulkan risiko beberapa penyakit akibat kekurangan mikronutrien tersebut, yaitu seperti penyakit biri-biri, anemia, ataupun masalah tulang dan gigi karena kurangnya kalsium.

Penerapan pola makan nabati pada kehidupan sehari-hari dapat memberikan efek yang besar terhadap kehidupan dari berbagai aspek, yaitu dapat meningkatkan kesehatan tubuh sehingga membantu terhindar dari berbagai penyakit kronis, ramah lingkungan karena dapat mengurangi gas emisi rumah kaca serta hemat air dan energi. 

Oleh karena itu, pola makan nabati dapat menjadi pola makan berkelanjutan yang memberikan manfaat serta benefit untuk masa depan. Hal ini karena beberapa manfaat yang telah disebutkan diatas terhadap kesehatan tubuh manusia, juga terhadap lingkungan.

Pola makan nabati ini juga dapat menjadi pola makan berkelanjutan (Sustainable Diet) karena prosesnya yang aman dan ramah lingkungan, menguntungkan dari berbagai sisi (tumbuhan, hewan, manusia, ataupun bumi) sehingga mampu untuk mendukung masa depan kesehatan lingkungan dunia menjadi yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun