Limpa ini kemudian berfungsi sebagai tabung oksigen untuk aliran darah mereka saat sedang berenang di lautan luas. Faktanya,sejak masa kecil anak Suku Bajau dibawa ke laut untuk didoakan agar kelak menjadi pelaut yang hebat. Mereka dikenalkan dengan laut oleh orangtuanya dan semasa bayi sering diayun-ayun agar terbiasa dengan ombak.Â
Laut dan jiwa serta raga mereka bak telah menyatu. Angin kencang yang bertiup,suara deruan ombak mengiringi keseharian mereka. Kehidupan dan karakteristik Suku Bajau ini menginspirasi seorang sutradara di Film Avatar: The Way Of Water. Film tersebut mengisahkan klan Metkayina yang hidup dan berburu di dalam dan sekitar laut.
Kampung Bajo yang menjadi destinasi wisata
Kampung Bajo yang belokasi di Holimombo, Kecamatan Wabula telah menjadi salah satu destinasi wisata yang ada di daerah Buton ini. Keunikan rumah panggung diatas laut dan kehidupan suku bajau menjadi perhatian wisatawan.Â
Kita dapat melihat aktivitas masyarakatnya dalam mengolah hasil laut,salah satunya yaitu bulu babi. Adapun lulur wajah yang dipakai oleh wanita Suku Bajau. Lulur tersebut berasal dari beras yang ditumbuk. Dipakai untuk melindungi wajah dari terik matahari dan menjaga kecantikan kulit.Â
Biasanya para wanita memakai lulur ini saat berada didalam rumah. Walaupun Suku Bajau hidup berdampingan dengan laut,namun mereka tetap menjaga dan melestarikan alam tanpa merusaknya. Nilai kehidupan tersebut seyogyanya kita implementasikan dalam kehidupan sehari hari. Menjaga alam dan bumi,kekayaan pemberian dari Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H