Ikan merupakan sumber protein dan bergizi baik bagi manusia. Jumlah konsumsi terhadapnya sering dikaitkan dengan kualitas pangan masyarakat. Masyarakat dengan kualitas pangan baik, mengkonsumsi daging dan ikan yang cukup.Â
Ketersediaan ikan laut di Mojokerto cukup terbatas, mengingat wilayah Mojokerto yang cukup jauh dari keberadaan nelayan. Karenanya, ikan air tawar lebih sering dijumpai di masyarakat Dlanggu. Salah satu jenis ikan air tawar yang popular di masyarakat adalah lele.Â
Hal tersebut mendasari usaha mas Angga dalam membibitkan ikan lele. Selain ikan lele, beliau juga membibitkan ikan nila dan ikan koi. Ikan koi dimanfaatkan untuk kegemaran dan keindahannya. Jadi selain ikan konsumsi, mas Angga juga mengembangkan ikan hias.
Cara untuk menilai suatu kondisi adalah berdasarkan kualitas dan kuantitas. Kondisi pertanian (termasuk perikanan, peternakan) di Indonesia pada umumnya masih berbicara tentang kuantitas. Artinya jika kita amati, usaha yang bergerak dibidang budidaya pertanian lebih mementingkan kuantitas kemudian kualitas.Â
Kondisi tersebut dapat diasumsikan bahwa ketersediaan pangan masih belum mencukupi secara keseluruhan masyarakat. Hal itu juga berpengaruh terhadap harga pangan. Sesuai dengan hukum ekonomi, kekurangan jumlah barang mengakibatkan harga naik. Kebalikanya, kelebihan jumlah barang mengakibatkan harga turun.
Mas Angga dalam menjalani usahanya mementingkan kedua aspek tersebut yaitu kuantitas dan kualitas. Beliau senantiasa berusaha mencukupi kebutuhan pasar dengan menerapkan metode terbaik dalam pembibitan ikan.Â
Usaha pembibitan saat ini memiliki pasar yang dinamakan pasar bisnis, yaitu pengguna produknya adalah pengusaha, sedangkan pasar konsumen adalah pengguna produknya sebagai konsumen.Â
Hasil dari pembibitan di kolam mas Angga dipasarkan pada pengusaha pembesaran ikan. Selain usaha untuk mencukupi jumlah permintaan bibit ikan, beliau juga mengembangkan kualitas bibitnya dengan memperhatikan sifat indukan.Â
Pengembangan kualitas ikan tampak nyata pada komoditas ikan koi. Ikan koi termasuk ikan hias, dimana pembeli memperhatikan kualitas ikan dan tingkat keindahan berdasarkan subjektifitasnya sendiri.Â
Secara ekonomis, ikan yang lebih mahal adalah ikan yang lebih baik dan indah. Berbeda dengan ikan konsumsi, semakin banyak pendapatan diperoleh dari banyaknya ikan yang dijual. Kegiatan sehari-hari dilakukan secara teliti untuk mendapatkan kualitas usaha yang lebih baik.Â
Pada intinya kualitas adalah cara paling ampuh dalam segala aspek operasional. Jika kualitas produk diperhatikan, maka akan berpengaruh pada aspek lainnya seperti perhatian pakan, kualitas air, penyakit ikan dan akan berpengaruh juga terhadap produktifitas ikan.
Pembibitan ikan konsumsi dan ikan hias di Dlanggu merupakan potensi desa yang sangat baik. Dengan adanya produsen input yaitu bibit yang berkualitas, dapat dikembangkan usaha pembesaran ikan konsumsi maupun hias bagi masyarakat dlanggu.Â
Sector pemasaran juga dapat diperhatikan dan berpeluang cukup baik khususnya pada pemasaran ikan koi dalam ukuran kecil hingga besar, dalam jumlah sedikit atau banyak.Â
Mas Angga membuka peluang untuk Bersama-sama memajukan perikanan di Dlanggu. Beliau memiliki semangat yang tinggi untuk berkembang. Potensi ilmu dan fasilitas yang dimiliki mas Angga kami rasa mampu mengawal perkembangan pangan maupun hiburan.
budidaya ikan air tawar.Â
Dunia perikanan memiliki kebutuhan air sebagai factor utama. Ketersediaan air yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan ikan perlu diperhatikan dalam usahaPentingnya air dalam budidaya tersebut sekaligus menjadikan air sebagai potensi alam yang ada di desa Dlanggu. Air yang dimaksud adalah air tanah. Begitu penjelasan dari mas Angga selaku pengambil manfaat air tanah sebagai media tumbuh ikannya.Â
Beliau mengaku bahwa air tanah di Dlanggu cocok untuk usaha perikanannya. Ketersediaannya juga cukup, sangat jarang terjadi kekurangan air. Pemanfaatan air yang berlebihan juga berdampak buruk magi warga sekitar, oleh karena itu mas Angga menerapkan teknologi filtrasi air untuk meminimalkan pergantian air.Â
Beliau mengaku air dalam 1 kolam koi bisa bertahan hingga 8 bulan tanpa dikuras. Filtrasi air tersebut juga dilakukan demi kualitas koi yang dihasilkan. Berbeda dengan budidaya dan pembenihan lele yang tidak membutuhkan air terlalu bersih dan juga tidak boleh terlalu kotor.Â
Maka pada kolam lele dan nila perlu dilakukan pergantian air secara rutin. Pembuangan air kotor dari kolam mas Angga dialirkan ke sungai yang berada di sebelah kolam tersebut.Â
Meskipun beliau senantiasa menjaga kebersihan kolam, bau tidak sedap sedikit keluar saat proses pembuangan air dasar kolam yang berisi kotoran ikan yang mengumpul.Â
Namun hal tersebut sama sekali tidak mengganggu masyarakat sekitar karena bau tidak begitu menyengat, sebagai akibat dari pakan pilihan dan kebersihan kolam.
Masyarakat sekitar malah senang dengan adanya keberadaan mas Angga karena kecerdasan mas Angga dalam berhubungan social. Beliau tidak lupa membagi rezeki yang beliau dapat dalam usahanya.Â
Beliau memiliki prinsip jika ia berperan baik bagi warga sekitar, maka warga sekitar akan ikut menjaga keamanan. Air pembuangan dari kolam bukan semata-mata dibuang, karena air tersebut mengalir melalui sungai yang nantinya dimanfaatkan pada pengairan sawah. Jadi potensi yang dimiliki usaha perikanan di desa Dlanggu cukup lengkap dan dampak buruknya sangat kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H