Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Ayo Mulai Revolusi Karakter!

7 April 2017   21:41 Diperbarui: 7 April 2017   21:59 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah revolusi merujuk pada perubahan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada sistem yang sama sekali baru (http://wikipedia.org).

 Secara dialektika, revolusi merupakan suatu usaha perubahan menuju kemaslahatan masyarakat yang ditunjang oleh beragam faktor, baik faktor figur pemimpin, maupun faktor pendukung lainya. Dengan demikian, upaya melakukan revolusi membutuhkan kesiapan, energi, dan modal yang harus diperhitungkan dengan matang.

Saat ini, ketidakseimbangan antara unsur-unsur yang membangun karakter positif mulia semakin kentara. Virus yang merusak keseimbangan itu datang bertubi-tubi, sedangkan kita seperti katak yang dijerang dalam panci sampai mati. Daya jiwa yang terdiri atas rasional, amarah, dan nafsu harus mendapat perhatian serius dalam proses pendidikan karena daya tersebut yang akan membangun kebajikan, yang dalam pandangan Platonik meliputi kebijaksanaan, keberanian, kesederhanaan, dan keadilan. Dalam kondisi seperti inilah diperlukan gerakan revolusioner untuk memusnahkan virus-virus yang merusakkan pondasi akhlak dan karakter bangsa.

Gerakan perubahan tersebut dapat dimulai melalui pendidikan dan kebudayaan. Penanaman nilai-nilai adiluhung yang bersumber dari agama dan budaya harus segera dijadikan senjata gerakan “revolusi karakter bangsa”. Selama ini, kita telah melalaikan nilai-nilai adiluhung yang telah dimiliki sejak dahulu. Kita terlalu silau dengan gemerlap ideologi barat yang ternyata hanya berdasar pada kepuasan jasmani (khalq) saja, sedangkan jiwanya hampa.  

Pendidikan harus segera mengambil tongkat komando gerakan revolusi karakter tersebut. Pemerintah harus memulai dengan kebijakan yang berpihak pada proses penyeimbangan aspek kebajikan jiwa manusia. Sebab, menurut Al-Ghazali (2001: 59) keseimbangan keempat kebajikan tersebut (kebijaksanaan, keberanian, kesederhanaan, dan keadilan) akan melahirkan kebajikan sekunder. Misalnya, jika akal diseimbangkan, ia akan melahirkan kebajikan-kebajikan rasional berupa pemikiran yang matang. 

Akan tetapi, jika tidak diseimbangkan dan lebih banyak pengaruh negatifnya, ia akan menumbulkan kejahatan-kejahatan, seperti sifat licik, dusta, kebodohan, kecerobohan, dan rakus. Pendidikan harus memanusiakan manusia, bukan menjadikan manusia sebagai robot yang bisa dikendalikan. Pendidikan juga bukan untuk mencetak generasi fotokopi yang harus sama dalam segala hal. Dengan demikian, pendidikan akhlak yang dijalankan saat ini haruslah merujuk pada pola-pola pendidikan yang bersumber pada agama dan nilai-nilai adiluhung budaya bangsa.

Sejatinya pendidikan mampu menyentuh watak, jiwa, atau batin peserta didik untuk mendorong perbuatan-perbuatan yang baik sehingga kita terhindar dari keruntuhan akhlak dan hancurnya karakter bangsa.

Penulis adalah pengajar di SMAN 1 Banjaran, pengurus AGUPENA Jabar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun