Mohon tunggu...
Humaniora

Pendidikan Mencipta Generasi Unggul

11 Maret 2017   00:43 Diperbarui: 11 Maret 2017   10:00 2299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan senantiasa menjadi kawah candradimuka untuk mencetak generasi masa depan yang unggul, berkualitas, dan berakhlak mulia sehingga bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, negara, dan umat manusia secara keseluruhan. Jika pendidikan senantiasa mengarah pada pencapaian tujuan tersebut, niscaya bangsa ini akan maju, sejahtera, dan berakhlak mulia.

Lahirnya generasi masa depan yang unggul tentu menjadi impian kita. Meskipun pemerintah telah bekerja keras menggapai impian tersebut, namun pada kenyataannya masih ada saja yang melihat sektor pendidikan secara pragmatis dan ekonomis. Pendidikan dianggap sebagai pabrik raksasa yang harus menguntungkan secara ekonomi. Pemikiran pragmatis dan ekonomis tersebut tidak lepas dari pengaruh pendidikan Barat yang sekuler. Pendidikan ala Barat hanya akan melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang berorientasi pada penghasilan tinggi. Pendidikan pun akhirnya dipandang sebagai sebuah ‘investasi’ yang harus menghasilkan keuntungan besar. Invetasi itu diaktualisasikan dengan memperoleh gelar tinggi. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidakakan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang beradab dan berakhlak mulia. Lihatlah para koruptor dan pelaku kejahatan lainnya. Mereka bukan orang sembarangan. Mereka adalah orang yang berpendidikan tinggi, memiliki gelar dan jabatan tinggi, tetapi tipis iman sehingga mengalami dekadensi moral.

Pendidikan kita mengalami semacam anomali. Di satu sisi tujuan pendidikan kita mengarah pada pembentukan manusia beradab, berakhlak mulia, dan menjadikan manusia lebih manusiawi. Akan tetapi, di sisi lain realitasnya lebih banyak dipengaruhi pragmatisme dan materialisme yang bersumber dari sistem pendidikan sekuler Barat. Keadaan anomali ini yang dikhawatirkan malah melahirkan generasi yang tanpa arah, tanpa impian, tanpa makna, bahkan cenderung lahir menjadi generasi hang!

Istilah hang dikenal dalam dunia komputer. Hang diartikan no respond sehingga tidak dapat menanggapi segala perintah yang dimasukkan. Pada kondisi hang komputer tidak dapat merespons segala perintah apapun yang diberikan melalui tetikus atau papan ketik. Yang dimaksud generasi hang adalah generasi yang tidak memiliki kemampuan apa-apa sehingga kualitasnya sangat buruk. Bereka tidak memiliki kemampuan apa-apa bukan karena tidak sedang menempuh pendidikan, tetapi sistem pendidikan yang menjadikan mereka unggul karena pendidikan. Apa jadinya kalau pendidikan kita hanya menghasilkan generasi hang? Ada atau tidak ada generasi tersebut menjadi tidak bermakna.

Untuk menjauhkan diri dari konsep pendidikan sekuler ala Barat, kita harus kembali pada pandangan agama tentang pendidikan. Islam sendiri memandang manusia bukan saja terdiri atas komponen fisik dan materi, melainkan juga dari spiritual dan jiwa. Sekolah dan perangkat  institusi pendidikan lainnya perlu mengarahkan anak didik supaya mendisiplinkan akal dan jiwanya, memiliki akalyang pintar dan sifat-sifat jiwa yang baik, melaksanakan perbuatan-perbuatanyang baik dan benar, memiliki pengetahuan yang luas, yang akan menjaganya dari kesalahan-kesalahan, serta memiliki kejujuran, hikmah, dan keadilan. Oleh sebab itu, selayaknya pendidikan bukan saja memproduksi anak didik yang akan memiliki kemakmuran materi, melainkan juga melahirkan individu-individu yang berakhlak mulia sehingga mereka akan menjadi manusia yang manusiawi. 

Tantangan ini sebetulnya yang harus dijawab pemerintah, dalam hal ini Kemdikbud. Mampukah perubahan Kurikulum dan sistem pendidikan yang akan diterapkan mencapai tujuan pendidikan yang diamanatkan UU Sisdiknas sehingga menghasilkan generasi unggul, baik secara moral maupun intelektual? Tantangan bagi guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan pun semakin besar. Gurubukan saja harus melaksanakan aturan main yang diintruksikan, melainkan jugaharus menjadi sosok teladan yang dekat dengan siswa agar mereka menjadi pembelajar yang siap, bertujuan, dan bermimpi besar. Guru harus hadir di tengah-tengah siswa, bahkan pembelajaran dan proses pendidikan pun harus tetap berpusat pada guru. Sebab, guru bukan peran figuran di dalam kelas, tetapi tokoh protagonist yang memiliki peran utama dalam proses pendidikan. Dengan demikian, sekolah akan mampu melahirkan generasi unggul, bukan terjerumus ke dalam pusaran generasi hang! Walahu’alam bisawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun