Santiago adalah seorang eksistensialis, karena ia menciptakan makna hidupnya sendiri melalui pilihan-pilihannya. Ia tidak peduli dengan pendapat atau penilaian orang lain, melainkan hanya mengikuti hati nuraninya.
Ia tidak mengharapkan hadiah atau penghargaan dari orang lain, melainkan hanya mengharapkan kepuasan diri dan kehormatan diri.
Ia tidak takut dengan kematian atau kegagalan, melainkan hanya takut dengan kehilangan martabat atau semangatnya. Ia tidak mengeluh atau menyesali nasibnya, melainkan hanya menerima dan menghadapi kenyataan dengan penuh tanggung jawab.
Ia tidak mencari hiburan atau pelarian dari kesulitan hidupnya, melainkan hanya mencari tantangan dan petualangan yang dapat menguji kemampuan dan karakternya.
Novel The Old Man and The Sea mengajarkan kita tentang eksistensialisme, yaitu tentang bagaimana kita harus hidup dengan bebas, bertanggung jawab, dan bermakna. Novel ini juga menginspirasi kita untuk tidak menyerah dan tetap berjuang dalam menghadapi tantangan dan kesulitan hidup.
Novel ini juga mengingatkan kita untuk menghargai dan mencintai alam dan makhluk hidup lainnya, yang juga memiliki hak dan martabatnya sendiri. Novel ini adalah sebuah karya sastra yang klasik dan abadi, yang dapat memberikan pelajaran dan hikmah bagi setiap pembacanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H