Mohon tunggu...
ggpaasuu
ggpaasuu Mohon Tunggu... -

ggpaasuu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Membela" Tulisan Afi tentang Agama Warisan

27 Mei 2017   16:49 Diperbarui: 27 Mei 2017   16:53 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat yang lalu telah viral sebuah tulisan "kritis" dari seorang pelajar SMU tentang "warisan".Alhamdulillah beberapa saat yang lalu Allah takdirkan saya tuk membaca 'habis" tulisan ini.Kemarin saya emang sempat sekilas membaca tulisan beliau beserta bantahan dari seorang facebooker Jepang yang saya sdh lupa siapa namanya, dan pagi ini saya sempat juga membaca bantahan dari seorang Felix Siauw. Setelah membaca bantahan dari dua orang "senior" nya Afi tsb, membuat hati tergelitik dan ingin membuat tulisan yang "membela" pemikiran Afi.Tapi tulisan saya ini hanye menyoroti pemikiran adik kita ini ttg agama warisan.

Baiklah, kita sudahin dulu intronya ya, kita langsung bahas tulisan Afi tsb.

Afi : 

Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Swedia atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tidak.

Saya tidak bisa memilih dari mana saya akan lahir dan di mana saya akan tinggal setelah dilahirkan.
Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan, dan agama saya juga warisan.

komentar saya : 

Benar sekali adik Afi, semua bayi yang lahir tdk pernah bisa memilih apa yang memang sudah ditakdirkan kepadanya, dia tidak akan bisa memilih siapa yang akan menjadi ayah dan  ibunya, tidak bisa memilih di negara mana dia akan di lahirkan,tdk bisa memilih suku,dan etnisnya. Tapi... dia bisa memilih dia mau hidup dengan memakai petunjuk hidup (agama) apa dan dia mati akan membawa keyakinan apa. Manusia itu bukan hewan yang hidup di dunia hanya dengan naluri, Manusia adalah mahluk yang berakal yang di bekali "freewill", btw tulisan adik Afi sangat kritis, tapi mungkin karena "kedewasaan" adik masih belum matang, jadi adik melupakan atau bahkan mungkin adik Afi belum sempat mempelajari apa itu "freewill".

Sebagai mahluk yang dibebani "syariat" Alloh menanugerahkan kepada bayi tsb sebuah freewill atau kehendak bebas.Tanpa free will Tuhan tidak bisa begitu saja  memberi "reward" manusia berupa Surga, dan Tuhan tidak berhak memberikan Neraka sbg "Punishment".Tanpa freewill apa beda kita dengan malaikat?? Malaikat adalah makhluk yang selalu taat kenapa??? Karena mereka diciptakan tanpa 'punya kehendak bebas".Dengan "kehendak bebas " tsb manusia bisa memilih dia akan melakukan kebajikan atau dia akan cenderung pada kejahatan. Dengan freewill dan akal pikiran anugerah Tuhan, manusia juga bisa memilih agama yang sesuai dengan "standar" kebenaran hatinya sendiri. Jadi pemikiran adik Afi bhw agama yang adik anut itu warisan orang tua adalah tidak sepenuhnya benar.Ketika adik masih  kecil memang benar adik akan mengikuti ajaran orangtua, tapi ketika adik sudah dewasa tentu tidak benar dan tdk kritis  jika adik Afi masih tetap menjalankan ritual agama hanya sekedar dari warisan.

Jika semua agama adalah warisan orang tua, tentu Rasullullah sbg manusia dan bhkan makhluk terbaik di alam raya ini akan tetap memeluk agama pagan arabisme.Bahkan menurut Sirah Nabawiyah, semenjak kecil tidak sekalipun Rasulloh Shallallahu alahiwassalam menyembah patung sbg agama "Warisan " orang tua dan kaum nya. Yang namanya warisan itu tdk dapat ditolak, tp agama itu beda, adik kelak bisa saja menjadi pemeluk agama hindu, kristen , budha atau bahkan menjadi seorang "atheis". kapan itu terjadi ??? Itu bisa saja terjadi jika kelak adik menemukan "kebenaran sejati dalam standar anda sendiri " dalam keyakinan keyakinan tsb. Jika semua agama adalah warisan, maka tdk akan ada ceritanya ada ustadz yg bernama "felix siauw" tak akan ada kisah ttg Umar bahkan Abu bakar. Karena mereka semua itu mahsyur dan terkena setelah menjadi mualaf.

Memeluk agama dan keyakinan adalah salah satu bentuk "freewill" itu sendiri.Jika kebebasan memeluk agama adalah warisan alias sekedar takdir sj , tentu orang ornag kafir itu akan menggugat Alloh kelak jika di neraka.Tapi taukah adik Afi bhwa tidak ada satupun ayat al qur an yang menyebutkan bantahan orang kafir kpd Alloh ketika mereka di siksa di  akhirat??? Trus apa yang al Qur an tulis ttg mereka ini ???

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin [as-Sajdah/32:12]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun