Ranieri with Inter Milan 2011. Sumber : Reddit.com
Pameo "Bola itu Bundar" mungkin sudah terlalu kuno walaupun masih akan terus dipakai untuk menggambarkan bahwa dalam sepakbola apapun bisa terjadi. Kejutan akan selalu terjadi entah itu dalam skala pertandingan seperti Atau dalam level liga atau turnamen.
Di level liga domestik heboh dengan pencapaian yang bagi penulis masih sulit dipercaya. “The Foxes” Liecester City y Juara Premier League 2015/2016 ?!!. Sempat dihambat klub tersukses Premier League Manchester United untuk menunda pesta juara Liecester yang hanya berlaku 1 hari. Dukungan Liecester City untuk juara sepertinya direstui oleh Chelsea dengan mindset “Musuh dari musuhku adalah temanku”, asal bukan tim sekota juara tidak apalah. Sebelumnya beberapa liga di Eropa sudah pernah muncul kejutan yang penulis masih ingat seperti Kaiserslautern di Jerman (tim promosi yang langsung juara Bundesliga tahun 1998) bersama pelatih Otto Rehagel, yang bersangkutan kembali membawa magisnya bersama Yunani juara Eropa 2004. Atau kejadian lain seperti klub Montpellier mantan klub Oliver Giroud juara League One Prancis tahun 2012 padahal ada klub kaya raya PSG, Bordeux, atau klub legendaris Marseille. Namun bagi penulis kejutan The Foxes benar yang sulit dipercaya, kalau bahasa teknologi, fenomena Liecester kejutan paling "canggih" dari yang dibuat 2 klub tersebut, mengapa?
1. Klub Ecek-ecek
Kita semua tahu musim lalu bukan tim papan atas apalagi papan tengah seperti Southampton atau West Ham. The Foxes nyaris degradasi hingga pekan 31 di juru kunci, lebih dari setengah kompetisi mereka lalui dengan banyak kekalahan. Mungkin sudah terlintas dipikiran para pemain Liecester waktu itu mereka hanya numpang lewat musim ini. Nilai transfer yang mereka belanjakan pun jadi gambaran bagaimana level Leicester dibanding duo Manchester musim ini.
2. Rekam Jejak Pemain
Siapa dari anda yang sering mendengar nama Riyad Mahrez, Jamie Vardie, Wes Morgan, Kante dibahas oleh media musim lalu. Jika dibandingkan pemain Liecester lainnya nama besar Esteban Cambiasso, mereka masih kalah tenar musim lalu. Jamie Vardy sendiri kalah kontribusi golnya dibanding rekannya Leonardo Ulloa tapi musim ini jadi top skor tim malahan melewati rekor Ruud Van Nistelrooj mencetak gol beruntun di 10 pertandingan Liga Inggris.
3. Pelatih Spesialis Runner Up
Manager Claudio Ranieri, ah.. manajer satu ini memang lebih cocok menukangi tim-tim papan tengah. Prestasi Ranieri masih kalah mentereng dibanding Italiano lainnya seperti Marcello Lippi, atau Fabio Cappelo. "The Tingker" Claudio Ranieri dianggap kurang berkarakter, lebih cupu bagi Bos Roman Abrahamovic sehingga harus diganti oleh The Special One Jose Mourinho. Pindah ke Juventus Ranieri punya misi mengembalikan nyonya tua menjadi tim besar setelah kasus Calciopoli hasilnya nihil tanpa gelar. Di AS Roma mirip walaupun sempat memberi harapan palsu kepada Romanisti untuk bersaing dengan Inter Milan yang berakhir sebagai Runner Up. Bahkan saat Inter Milan sempat mengambil Ranieri untuk menggantikan Gasperini yang dipecat ditahun 2011 penulis yang Milanisti sangat bersyukur Inter hanya dapat pelatih "sekelas" Ranieri.
4. This Is English Premier League
The Last but not least, harus diakui ini kompetisi paling mewah, kompetitif dan menarik di dunia, meski wakil-wakilnya sedang megap-megap bersaing di level eropa namun tetap bursa transfer di kompetisi ini selalu ramai dan mewah, dan cara klub-klub inggris dalam bermain cepat dan direct membuat justifikasi penonton ball position ala Manchester United sangat membosankan. Jajaran "Big Four" lawas (Liverpool, Man-U, Arsenal, Chelsea) ditambah Manchester City, Totenham Hotspurs, membuat perburuan tiket liga Champhions selalu sesak tiap musimnya, belum lagi gangguan tim papan tengah yang sering merepotkan Southampton, West Ham, Everton. Juga Premier League kompestisi yang lebih menguras tenaga dibanding liga lain, sudah tanpa musim dingin, stamina pemainya juga terkuras oleh jadwal Piala FA, dan Piala Liga. Hal ini yang jadi kambing hitam Ex pelatih timnas Inggris Fabio Capello mengapa Inggris loyo dilevel negara.
Fakta itulah mengapa fenomena kejutan Liecester City terasa lebih "canggih" dibanding kejutan Kaiserslautern di Jerman tahun 1998, Montpellier tahun 2012 di Perancis. Bagaimana dengan musim depan? , sudah lah nikmati saja dulu Ranieri kesulitan hari ini cukuplah untuk hari ini, meski kita tahu nasib Kaiserslautern dan Montpellier kini, istilah dalam karya musik mereka masuk jajaran "one hit wonder".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H