Mohon tunggu...
Gusty Fahik
Gusty Fahik Mohon Tunggu... Administrasi - Ayah dan pekerja. Menulis untuk tetap melangkah.

I'm not who I am I'm who I am not (Sartre)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Selepas Subuh

26 Januari 2019   22:25 Diperbarui: 27 Januari 2019   22:15 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas subuh ia tinggalkan rumah
pada mata saudarinya semata wayang,
gadis kecil yang melepas perginya di beranda
ia titip ingatan-ingatan yang gagal dihalaunya semalam
tentang ladang  yang terbakar kemarau,
janji ayah yang tak pernah sampai dari rantau,
dan mimpi yang kandas di bangku sekolah menengah

Di halaman, bunga-bunga gugur.
sayup ia dengar tangis ibunya pecah di hening dapur
air mata yang membasuh segala sesal,
doa yang membalut segala harap,
cinta yang mengampuni segala lampau

Tenanglah ibu, hapuslah air mata itu
Simpan saja untuk kesedihan yang lain
Aku tetap anak lelakimu
Yang kini menantang dunia

Kupang, 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun