Mohon tunggu...
Gusty Fahik
Gusty Fahik Mohon Tunggu... Administrasi - Ayah dan pekerja. Menulis untuk tetap melangkah.

I'm not who I am I'm who I am not (Sartre)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Amien Rais dan Tanda dari Langit

16 Januari 2019   10:48 Diperbarui: 17 Januari 2019   08:11 1954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenai silsilah, kita ingat Prabowo sering dihubung-hubungkan dengan Pangeran Diponegoro. Penghubungan semacam ini bukan tanpa maksud. Ini perlu dilihat sebagai bagian dari upaya menunjukkan bahwa dalam nadi Prabowo mengalir darah pahlawan besar yang pernah menentang Belanda.

Pada sisi yang lain, Jokowi sering sekali dikaitkan dengan PKI. Bahkan ada yang dengan terbuka menyebarkan kebohongan bahwa Jokowi adalah turunan PKI. Di sini kita lihat bagaimana kontestasi soal silsilah dan asal-usul seorang  (calon) pemimpin dimainkan untuk menunjukkan siapa yang lebih berhak memegang tampuk kekuasaan berdasarkan tradisi dan kepercayaan masyarakat, terutama di Jawa.

Foto: Agung Pambudhy/detik.com
Foto: Agung Pambudhy/detik.com
Bila kita melihat sedikit lebih jauh, Prabowo bukan saja menunjukkan dirinya sebagai keturunan Diponegoro. Ia bahkan tampil seperti Diponegoro dengan menunggang kuda dan mengenakan keris di pinggangnya ketika menjumpai para pendukungnya di Gelora Bung Karno, Agustus 2014 silam.

Ia berusaha membangkitkan ingatan orang tentang Diponegoro dan Sukarno sekaligus. Ia berpakaian layaknya Sukarno, tetapi dengan menyelipkan keris dan menunggang kuda layaknya Diponegoro.

Menarik bahwa pada tahun 2014 itu, kala Prabowo menunjukkan diri sebagai keturunan dan berpenampilan layaknya sosok-sosok pahlawan, Jokowi justru membangun narasi sebagai bagian dari rakyat kebanyakan. Jokowi menandingi narasi Prabowo dengan menampilkan kesederhanaan yang membuatnya diterima rakyat. Orang-orang kebanyakan menganggap Jokowi sebagai bagian lain dari diri mereka.

Jokowi adalah salah satu dari rakyat kebanyakan yang tidak memerlukan legitimasi dari kayangan untuk naik ke tampuk kekuasaan. Saya ingat slogan yang gencar dikampanyekan waktu itu ialah: Jokowi adalah kita. Dengan itu Jokowi menunjukkan bahwa kekuasaan bisa dikonstruksi dari bawah. Kekuasaan tidak melulu datang dari atas. Tidak perlu mengklaim diri sebagai titisan dewata untuk bisa menjadi pemimpin.

Kembali ke soal Amien Rais dan tanda yang dilihatnya, kita menanti apakah narasi yang menghubungkan pergantian presiden dengan tanda dari langit itu akan memengaruhi preferensi pemilih dalam pemilu April mendatang. Pada 2014 hal semacam itu terbutki tidak cukup efektif untuk mengalahkan Jokowi.

Kini pertarungan kembali diulang, termasuk narasi-narasi seputar sosok Prabowo pun Jokowi. Apakah narasi yang juga diulang akan melahirkan kemenangan atau akan mengulang kekalahan? Biarlah rakyat yang menentukan, sebab bukankah suara rakyat adalah suara Tuhan?

Sumber 
Amien Rais: Jangan Dianggap Remeh, Saya Sudah Melihat Tanda-tanda dari Langit
Prabowo Keturunan Pangeran Diponegoro

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun