Mengapa saya menuliskan dengan tanda kutip? Satu dasawarsa silam seorang senior mengajarkan pada saya bahwa pascaproduksi atau postpro (post production/post processing) adalah retouching, sebuah proses 'menyentuh ulang' picture element (pixel) maka dari itu kata mengedit saya kasih tanya kutip, mungkin akan mengudang debat tapi biarlah itu terjadi, ini sikap saya(para wibu bilang) seorang kohai yang menghormati senpai-nya.
Jika saya bertanya pernahkah anda mengedit foto mungkin jawabannya hampir 100% pernah, tentu saja motif yang menyertai mengapa melakukan retouching foto akan ada jutaan alasan, dari yang simpel hingga mengubah sebagian besar struktur foto, dari yang hanya ingin dibilang woow, sampai yang membuah gaduh jagad maya, dari yang positif hingga mempunyai niat yang tidak baik semuanya ada.
seperti contoh foto dibawah ini;
Aslinya yang ini
Pada foto yang sudah dimanipulasi saya kasih watermark, sehingga akan terlihat jelas jika kita menggunakan perangkat image digital forensic model ELA. Jika ini keluar satu tahun silam lalu mungkin akan membuat gaduh.Â
Mengedit sebuah foto bukanlah hal yang baru, sejak foto digital belum ditemukan proses ini sudah terjadi lama, seperti misalnya zona sistem-nya Ansel Adams, atau yang lebih tua dari itu lebih dari seabad silam lampau, anda bisa menemukannya dengan mengetikkan foto General Grant at City Point. Manipulasinya di kenal dengan teknik composite, dan bila proses itu dilakukan pada kamera ada yang istilahnya double exposure. Dunia kemudian bergerak menuju digitalisasi, fotografi pun ikut serta. Dari Jendral Grant kita kemudian diperkenalkan yang oleh banyak orang dijuluki the patron saint of jpegs, Lena Forsen (miss November, tahunnya saya lupa).
Kembali ke hari ini, karena ini bukan tutorial bagaimana mengedit maka saya tidak akan menulis lebih dalam tentang hal itu, karena saya yakin siapapun yang membaca tulisan ini sudah memiliki cara favorit untuk "mengedit" foto, jadi saya seperti mengajari ikan berenang kesannya.
Cara Saya
Ini cara saya bekerja. Jika anda tertarik melihat maka hal pertama yang harus dilakukan pada postpro, memastikan satu hal ini terlebih dahulu
Monitor yang kita gunakan setidaknya mampu 'melihat' atau menampilkan batas antara 3% -4% pada gelap, dan batas antara 98%-91% pada terang.Â
Selanjutnya bila ingin cetak kita juga paham bagaimana warna itu bekerja
Itu hal pertama, kemudian hal kedua adalah ini, kebalikan merah adalah cyan, lawan hijau adalah magenta dan kebalikan dari biru adalah kuning. Warna(hue) bila ditambahkan putih adalah tint, bila diberikan hitam adalah shade, dan bila diberi abu-abu adalah tone.
Jika sudah, ready to go.....Â
ehm, bagaimana jika monitor saya tidak sesuai diatas, namun hanya mampu melihat dibawah itu?
Tentu tidak masalah, kita punya tiga alat bantu untuk postpro, satu alat bantu melihat detil, dua alat bantu melihat gelap terang, dan terakhir alat bantu melihat intensitas warna.
Untuk alat bantu melihat gelap terang ini kita harus menghilangkan sejenak warna, dalam artian kita akan bekerja dalam grayscale, repotnya matematika akan menganggap sama kedua warna diatas, dan persepsi mata manusia akan menggangap kuning lebih terang dari merah.
Seperti yang terlihat diatas, ketika ketika menghilangkan warnanya, kedua warna itu sama nilainya. Maka dari itu kita harus menggunakan cara agar apa yang ditampilkan kemudian sesuai dengan persepsi penglihatan.
maka kemudian kita bisa untuk melakukan retouching pada gelap-terang foto.
Dan terakhir adalah alat bantu untuk melihat intensitas warna.
Itu sekilas alat bantu yang saya gunakan, apa hanya bisa di perangkat lunak tertentu? Teorinya tidak semua bisa dilakukan pada perangkat lunak pengolah gambar apapun asal mendukung fungsi layer,Â
tidak pun bukan jadi masalah, hanya saja kita tidak bisa bekerja, hanya bisa melihat(cek) saja. Misalnya seperti dibawah ini, jika anda memiliki aplikasi snapseed, tinggal arahkan ponsel anda pada QR code ini.
Ide awal kenapa saya menggunakan gamepad adalah sebagai tandem mouse. Saya tidak menggunakan tablet gambar, maka dari itu harus cari alternatif-nya.
Kenapa harus gaming mouse, Pertama untuk mengubah CPI(count per inch) on the fly. CPI adalah seberapa jauh kursor bergerak dalam satu inchi gerakan mouse. Makin rendah nilainya maka kursor akan sangat lambat bergerak, sebaliknya semakin tinggi nilainya maka akan mudah kursor bergerak melintasi layar, maka dari itu saat saya melakukan retouching yang membutuhkan presisi tinggi, maka 200 cpi mutlak. Kedua adalah ada cadangan dua tombol yang bisa kita gunakan, jika telunjuk lelah maka kita bisa gunakan jempol untuk menggantikan sementara.
Awalnya saya menggunakan ini sebagai tandem, walaupun ada touchpad yang membantu mouse bergerak, saya kesulitan untuk menekan hotkey karena terlalu kecil keypadnya.
O'iya kenapa harus tandem, ini untuk mempercepat kerja kita. Mungkin anda pernah melihat surface dial, atau tourbox controller. Prinsip yang sama yang saya ingin gunakan, maka setelah melihat-lihat gamepad-lah yang mungkin saya bisa gunakan.
Gamepad Editing
Saya sengaja tidak menggunakan gamepad khusus PC karena selain mahal, rata-rata terhubung dengan kabel usb. Singkat cerita akhirnya pilihan jatuh pada dualshock3, console controller PS 3. Ada yang menarik saat saat menghubungi penjualnya di marketplace, soalnya harganya murah 80k sudah dengan kabel micro USB-nya
"KW ya bos?"
"asli kok, ini OP bukan KW."
"OP apaan bos?"
"Original Pabrik....."
tetot... emang ada yang bukan original klo dari pabriknya, mungkin maksudnya seperti OEM(Original Equipment Manufacturer) jika istilah elektronik.
Walaupun ketika di install, driver dari SCPToolkit mengenalinya sebagai fake controller.
Langsung saya instal driver, menggunakan SCPToolkit, agar bisa dikenali oleh PC dan bisa dijalankan via bluetooth untuk koneksinya
Setelah bisa bekerja, kita masih membutuhkan satu lagi perangkat lunak yaitu gamepad mapping. Saya menggunakan xpadder
Setelah sukses kita tinggal memasukkan hotkey. Jika anda memakai photoshop, bisa menekan CTRL+ALT+SHIFT+K kemudian summarize bila tidak hapal
Seperti di tampilan atas, kita bisa menggunakan semua tombol pada gamepad untuk hotkey, bahkan jika kurang kita bisa menambahkannya sampai tujuh lagi kombinasi. Yang bikin asik juga adalah dengan ini kita bisa mengaktifkan rumble(getar) pada stick.
Joss, sebagai tes saya gunakan pada netbook jadul yang sudah tidak ada keyboard-nya. Syarat hanya butuh mouse, gamepad dan koneksi internet.
Hasilnya sukses.....
Kenapa butuh internet? Karena di netbook itu tidak ada PS-nya, terus edit pakai software apa? Editing online.
SC diatas ini punya adobe, minimalis banget.
Akhirnya menggunakan dua editor online, yang menggunakan PS engine, semua hotkey sama, kemampuan sama, mampu menjalankan perintah Action(...atn) juga. Hanya saja kelemahannya adalah karena ini basisnya mirip alikasi web(yang butuh 'power' gede), butuh sedikit waktu untuk menjalankan suatu perintah seperti misalnya blur gallery, maklum netbooknya cuma 2GB diambil 500MB buat display.
Seperti ini hasil editnya, sama kemampuannya dengan photoshop asli.
Ok, ini bisa jadikan tandem buat waktu yang lama......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H