Hari ini ada banyak sekali motivasi kenapa seseorang mengambil gambar, salah satu alasannya yang paling kekinian adalah Instagrammable, mengabadikan sesuatu yang dianggap bagus, lucu, menarik, dan punya nilai seni tinggi, lalu 'dipoles' kemudian unggah di sosial media besutan Kevin Systrom dan Mike Krieger pada tahun 2010 ini, kalau menurut urban dictionary; cute enough to put on instagram. Sejatinya semua kegiatan diatas adalah fotografi, dan jika ditanyakan apa itu  fotografi saya yakin semua bisa menjawab, melukis dengan cahaya.
Sejatinya, setiap aspek fotografi bergantung pada cahaya: cahaya adalah apa yang ditangkap oleh media rekam, film ketika analog, dan sensor ketika digital.
Cahaya memantul dari sumber cahaya dan mengenai objek yang berbeda sehingga membuatnya terlihat dan menciptakan warna seperti pada postingan sebelumnya. Nah, kemudian yang menjadi pertanyaan adalah ketika tidak ada cahaya atau hanya sedikit apa yang akan terjadi?
Tidak ada cahaya (dokpri)
Pada awal-awal sejarah fotografi, satu-satunya cahaya yang tersedia adalah matahari, dan ketika saat satu-satunya sumber cahaya ini tidak tersedia ataupun tidak mencukupi menimbulkan kegelisahan, tidak ada lagi foto yang bisa dihasilkan.Â
Sama seperti penemuan-penemuan dalam bidang apapun, kegelisahan karena kurangnya cahaya ini akhirnya mendorong percobaan-percobaan bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut, so hasilnya adalah dengan cara  mencoba menciptakan cahaya buatan yang bisa diandalkan. Pada saat itu, tentu saja cahaya buatan dalam hal penerangan sudah dipakai.
Sejarah mencatat 400.000 SM manusia membuat/menciptakan sendiri api(yang bisa dikontrol), 3000 SMÂ rush light, 1500 SM oil lamp, 100 M lilin, 1730 hollow wick, 1792 gas lighting, 1802 arc lamp, dan 1853 kerosene lamp, akan tetapi tidak ada satupun cahaya buatan ini yang bisa diandalkan untuk menciptakan cahaya buatan bagi fotografi.Â
Setelah beberapa penemuan, barulah Adolf Miethe dan Johannes Gaedicke tahun 1887 menciptakan Blitzlicht atau flash powder, percampuran dari magnesium powder dan potassium chlorate.Â
Sebenarnya kedua bahan ini adalah bahan berbahaya ketika dicampur dapat menyebabkan ledakan, memang korban kemudian muncul dari para fotografer yang tidak hati-hati ketika mencampur atau saat menyalakannya. Kebayang kan jika tidak ada penemuan berikutnya, mungkin hari ini para fotografer yang membutuhkan cahaya buatan dengan magnesium powder dan potassium chlorate bisa dikejar-kejar densus 88.
Singkat cerita, ketika GE(general Electric) menemukan sashalite dan Philips menemukan photoflux, disempurnakan oleh flashcube, dan magicube oleh Kodak, semuanya menjadi lebih indah. Cahaya dan pencahayaan kemudian menjadi pelajaran yang aman dan menarik.
Gambar sederhana ini tercipta ketika cahaya dan pencahayaan hadir, dan sering kali gambar sederhana ini menjadi sangat begitu rumit ketika dipelajari, dikarenakan penuh dengan istilah(mungkin sangat asing) dan aturan-aturan, sehingga memerlukan banyak latihan untuk bisa menguasai
Gambar sederhana ini memuat 2
exposure, pertama lampu kamar dan kedua adalah speedlight. Lampu kamar kemudian disebut
ambient, dan
speedlight disebut
incident light. Walaupun ada 2
exposure, pada kenyataannya terlihat seperti hanya ada satu, karena intensitas cahaya dari
speedlight lebih tinggi dari lampu kamar, sehingga lampu kamar tidak terasa(tampak) sama sekali. Apakah
ambient-nya tidak perlu? Kita butuh
ambient light untuk menentukan fokus pada obyek.Â
Jika tidak ada
speedlight dan lampu kamar jadi satu-satunya sumber cahaya maka polanya akan seperti ini, lampu kamar sebagai
 incident light(sinar datang) mengenai permukaan bola, dan
 reflected light(sinar pantul) akan terekam kamera melalu lensa. Dengan adanya
reflected light yang masuk, kita juga bisa melihat/mengukur nilai
exposure-nya melalui
light meter yang ada dalam kamera.Â
Karakteristik cahaya (dokpri)
Balik lagi ke hasil foto, jika ditarik dalam karakteristik cahaya,
incident light ini akan masuk dalam
direct light(cahaya langsung), sebagian lagi akan menjadi(
indirect/redirect light) dimana cahaya
flash akan memantul pada kertas kemudian mengenai bola(bagian bawah).
Sisanya akan menjadi info karakteristik cahaya dalam pencahayaan(tata kelola cahaya), seperti arah cahaya, intensitas,
quality of light,
quantity of light,
light color dan sebagainya.
Karakteristik cahaya terhadap obyek (dokpri)
Apakah wajib mengetahui dan menguasai pencahayaan? IMHO, ya penting banget.
Seperti gambar diatas ini, seperti sederhana namun sebenarnya rumit, karena ada 3 sumber cahaya, ada sinar bulan purnama, ada sinar lampu jalan, dan ada sinar lampu rumah. Bagaimana kita mengatasinya jika kemudian daun yang seharusnya berwarna hijau menjadi belang-belang hijau dan coklat.Â
Ingin available light ataupun artificial light menurut saya sama sama membutuhkan pengelolaan tata cahaya yang baik.
artificial light (dokpri)
Terus dari mana awalnya? Pelajari karakteristik cahaya, seperti bagaimana
soft light dan
hard light itu bisa tercipta? Dalam fotografi, soft light bisa dihasilkan dari sumber cahaya yang lebih besar(secara fisik) dari obyek, untuk itu biasanya ada cara mengakali demi mencapai
soft light tersebut. Â
2 hal yang biasa dilakukan untuk memperbesar sumber cahaya tersebut adalah, satu dengan cara mendekatkan, kedua dengan cara menyebarkan. Ini hanya misalnya, untuk itu bila ingin mengetahui lebih lanjut, kita bisa mencari informasi melalui buku, atau internet.
Mendekatkan salah satu, obyek/sumber cahaya (dokpri)
sumber cahaya lebih besar (dokpri)
Obyek PencahayaanBiasanya akan ada pembahasaan tentang obyek dalam hal pencahayaan, ada tiga jenis permukaan; reflektif, transparan dan netral. Reflektif karena sifat permukaan obyek yang cenderung memantulkan kembali sinar datang secara seluruh atau sebagian besar, seperti cermin, benda benda metalik. Transparan adalah sifat untuk semua obyek yang tembus pandang, seperti botol, gelas, kaca jendela, dan lain sebagainya.Â
Sedangkan netral adalah segala obyek yang tidak memiliki sifat reflektif ataupun transparan, seperti kulit manusia, pohon, dan lain sebagainya. Kenapa mempelajari jenis obyek? Karena pencahayaannya tergantung dari jenis obyek tersebut, pendekatan masing masing akan berbeda satu dengan yang lainnya.
Transparan obyek (dokpri)
Benda netral, ini yang paling mudah di kontrol karena sifatnya, yang tidak terlalu memantulkan cahaya, ataupun tidak rumit seperti obyek transparan
Benda reflektif, kalo kata teman saya harus pintar-pintar memilih angle. Penjelasan sederhananya karena benda ini akan memantulkan kembali seluruh cahaya yang datang dan bayangan akan muncul rentan bocor. Pertama kali saya bingung akan penjelasan seperti itu, kemudian pelan-pelan paham setelah mencoba sendiri beberapa saat bisa memahaminya, walaupun belum bisa membahasakannya kembali.
Gambar diatas adalah contoh bagaimana sifat suatu obyek yang sangat reflektif, seberapapun intensitas cahaya yang kita berikan untuk menerangi obyek, akan dipantulkan kembali seluruhnya, seperti foto kaca bagian kiri atas, saat pinggir cermin hampir
over exposure kelebihan cahaya, permukaan cerminnya tetap hitam.Â
Sebenarnya penjelasan yang paling mudah dipahami ketika membaca hukum fisika, sinar datang sudutnya sama besar dengan sinar pantul. Berarti kita tinggal mengeser kamera/sumber cahaya agar dapat sudut yang sama(foto cermin kanan).
Benda transparan, untuk ini biasanya kita harus menempatkan cahaya utama(main light) berada pada belakang obyek, selebihnya sumber cahaya lainnya sebagai fill light.
Itu semua hanya teori semata, untuk bisa mencapai
'next level' kita harus mencoba sesuatu yang kemudian bisa diabadikan. Karena teori, dan kenyataan mungkin berada situasi yang berbeda 180 derajat, bagaikan bumi langit. Misalnya  menonton teknik fotografi di youtube tentang pencahayaan produk yang ideal membutuhkan 3 titik dengan
modifier octabox, butuh
macro lens dan
full frame kamera. Maka kita terpaksa harus memutar otak karena yang kita miliki hanya
crop kamera, lensa plastik, dan
flash non TTL.
Karena itu kita harus rajin berlatih, melatih fungsi otak untuk menyusun cahaya dan pencahayaan, serta melatih mata untuk melihat cahaya.
Ilustasi foto ini saya buat untuk
fireball malware sebenarnya, BTSnya simpel banget.
Satu flash tutup dengan tumblr warna oranye (dokpri)
Walaupun
flash itu katanya membekukan gerak, kita juga wajib memutuskan saat yang tepat untuk menekan tombol
shutter.
Ada kalanya kita juga ingin mempertahankan
 ambient light.
to much love will kill you (dokpri)
Keep ambient light (dokpri)
Atau kita ingin mempertahankan detail dengan
back light.
Dan menyadari kenyataan bahwa sering kali obyek itu terdiri dari gabungan netral, reflektif dan transparan yang harus kita akali hanya dengan satu sumber cahaya buatan atau  dicampur cahaya apa adanya/adanya apa(
avalaible light).
Tutup mereknya dulu (dokpri)
Sabun muka, one light (dokpri)
Sudut yang mengubah mood (dokpri)
Sangat reflektif (dokpri)
Beda sudut akan berbeda (dokpri)
Akhirnya tes shot
Sayangnya tidak ada jalan singkat untuk mempelajari ini, mau tidak mau memang kita harus banyak berlatih.
Hampir ketinggalan, alat ini mungkin bisa menyelamatkan hari kita, saat cahaya tidak lagi bisa dikontrol, jatuhnya cahaya bisa kita eliminasi dengan filter ini.
Biar tidak terlalu bosen, kadang kala kita butuh sesuatu yang ringan.
Berenang sejenak (dokpri)
Diluar semua ini, masih ada banyak faktor bagaimana foto kita menjadi indah, karena diluar cahaya dan warna masih ada elemen pembentuk gambar lainnya. Inti dari hasil foto kita hanya pada titik, '
how tell our story'
Jangan sampai kita salah menceritakan sesuatu seperti foto ini, anda dapat membaca tulisan candi Pawon, tapi yang terlihat hanya pohon talok(kersen) dan atap rumah penduduk.
Salam jepret.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Hobby Selengkapnya