Hari ini ada banyak sekali motivasi kenapa seseorang mengambil gambar, salah satu alasannya yang paling kekinian adalah Instagrammable, mengabadikan sesuatu yang dianggap bagus, lucu, menarik, dan punya nilai seni tinggi, lalu 'dipoles' kemudian unggah di sosial media besutan Kevin Systrom dan Mike Krieger pada tahun 2010 ini, kalau menurut urban dictionary; cute enough to put on instagram. Sejatinya semua kegiatan diatas adalah fotografi, dan jika ditanyakan apa itu  fotografi saya yakin semua bisa menjawab, melukis dengan cahaya.
Sama seperti penemuan-penemuan dalam bidang apapun, kegelisahan karena kurangnya cahaya ini akhirnya mendorong percobaan-percobaan bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut, so hasilnya adalah dengan cara  mencoba menciptakan cahaya buatan yang bisa diandalkan. Pada saat itu, tentu saja cahaya buatan dalam hal penerangan sudah dipakai.
Sejarah mencatat 400.000 SM manusia membuat/menciptakan sendiri api(yang bisa dikontrol), 3000 SMÂ rush light, 1500 SM oil lamp, 100 M lilin, 1730 hollow wick, 1792 gas lighting, 1802 arc lamp, dan 1853 kerosene lamp, akan tetapi tidak ada satupun cahaya buatan ini yang bisa diandalkan untuk menciptakan cahaya buatan bagi fotografi.Â
Setelah beberapa penemuan, barulah Adolf Miethe dan Johannes Gaedicke tahun 1887 menciptakan Blitzlicht atau flash powder, percampuran dari magnesium powder dan potassium chlorate.Â
Sebenarnya kedua bahan ini adalah bahan berbahaya ketika dicampur dapat menyebabkan ledakan, memang korban kemudian muncul dari para fotografer yang tidak hati-hati ketika mencampur atau saat menyalakannya. Kebayang kan jika tidak ada penemuan berikutnya, mungkin hari ini para fotografer yang membutuhkan cahaya buatan dengan magnesium powder dan potassium chlorate bisa dikejar-kejar densus 88.
Singkat cerita, ketika GE(general Electric) menemukan sashalite dan Philips menemukan photoflux, disempurnakan oleh flashcube, dan magicube oleh Kodak, semuanya menjadi lebih indah. Cahaya dan pencahayaan kemudian menjadi pelajaran yang aman dan menarik.