Mohon tunggu...
Geyonk
Geyonk Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga 62

Photomood, Saya dan kopi hitam .:: IG::.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Literasi Visual dan Membaca Gambar

30 Mei 2017   18:47 Diperbarui: 18 November 2017   04:31 4595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fiksi sederhana di atas ini adalah sebuah cerita yang dibangun berdasarkan serial foto, ada beberapa foto yang dipilih kemudian dirangkai sehingga dapat bercerita. Ada dua macam serial foto yang dikenal, pertama adalah serial foto yang dibangun berdasarkan suatu waktu dan tempat yang sama secara berurutan yang biasa kita dapat temukan dimanapun, 

seperti foto pekan ini harian Kompas, atau pada majalah NG yang mengupas suatu tema khusus. Kedua, foto serial yang tidak berurutan secara waktu, dan juga mungkin foto yang diambil tidak satu tempat, seperti contoh diatas, foto-foto yang diambil merupakan koleksi acak yang hidup dalam keping keras dalam PC.

Literasi Visual

Membangun sebuah cerita berdasarkan foto serial ataupun satu buah foto ada satu hal mutlak yang wajib dikuasai terlebih dahulu agar pesan dari cerita tersebut akan sama bagi siapa saja yang melihatnya seperti yang ingin kita sampaikan. Sama halnya seperti teks, sebelum kita mampu menulis, kita wajib bisa membaca mulai dari huruf, kemudian kata, kalimat, dan seterusnya.

Literasi
Literasi
Kegiatan membaca visual dan menuliskannya sudah terjadi sejak berabad-abad silam, ketika nenek moyang kita mulai melukis gambar pada dinding gua, memahat pada batu, dilanjutkan dengan piktograf. 

Kalpataru pada dinding candi Pawon
Kalpataru pada dinding candi Pawon
Hari ini kembali keadaan membaca gambar untuk mendapatkan informasi mulai penting kembali, ditandai dengan penyampaian informasi tidak lagi pada berparagraf teks banyaknya, melainkan penyampaiannya didominasi gambar dan ikon, kita kemudian menyebutnya infografik.

Hari ini ketika kita mampu memaknai setiap lawan bicara dan mampu memahami sebuah tulisan, bagaimana dengan gambar? Apakah cara kita memaknai sebuah teks bisa digunakan untuk bisa membaca dan paham akan sebuah makna dari foto?

Membaca karya visual memang tidak segampang mengerti bahasa tulisan setidaknya bagi saya pribadi, dikarenakan untuk mengerti suatu karya visual maka kita perlu menginterpretasi banyak gambar  dan perlu mengetahui gambar-gambar lain sebagai referensi, sebagai kosakata visual. 

Sebagai contoh, bila kita melihat patung Pieta, apakah sebuah kebetulan bila kemudian  para pemenang worpress dari masa ke masa mempunyai foto seperti Maria memangku jasad Yesus karya Michelangelo tersebut? Sebut saja, foto TomokoUemura in Her Bath karya W. Eugene Smith, foto A boy experiencing severe pain from TB meningitis is comforted by his mother at SvayRieng Provincial Hospital, SvayRieng, Cambodia karya James Nachtwey, foto A woman holding a wounded relative during protests against president Saleh in Sanaa karya Samuel Aranda, dan yang terbaru di tahun 2017 ada foto The Silent Victims of a Forgotten War karya Paula Bronstein. Kebetulan semata atau saya baper?

Itu yang saya sebutkan diatas kenapa sulit bagi otak bebal saya, karena visual lietrasi menuntut wawasan tentang sejarah, politik, hingga antropologi bila ingin berkembang. Namun jika kita telah mampu membaca gambar dan mampu menuliskannya. Kesimpulan akhir bagi siapapun yang melihat hanya ada satu kata yang akan keluar. "I know what you mean".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun