Mohon tunggu...
Geyonk
Geyonk Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga 62

Photomood, Saya dan kopi hitam .:: IG::.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Kebebasan Idealisme dan Kepuasan Fotografi Pribadi

27 Juli 2016   02:30 Diperbarui: 27 Juli 2016   08:02 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah kategori dalam fotografi yang paling mudah, kita bisa pasang idealisme kita setinggi langit. Tidak ada foto yang akan dipancung editor, tidak ada isi kebun binatang yang keluar dari klien, tidak pusing nyela ketika brainstroming karena ide yang ada sangat tidak masuk diakal. Tidak mendadak mual ketika harapan dan kenyataan 180 derajat, dan terakhir tidak akan susah nagih pembayaran saat jatuh tempo.

Semuanya sangat indah terasa, minusnya ya cuma tidak ada yang membayar, menghabiskan banyak tempat di HDD, dan mentok-mentoknya hanya kita unggah pada media sosial yang kita miliki. Namun akan terbayarkan dengan kepuasan hati, ini yang tidak akan ada persamaannya.

Walaupun hanya fotografi pribadi, proses yang kita lewati hampir sama dengan kategori lainnya. Kesemua proses yang tertera seperti gambar dibawah ini membutuhkan satu kata yaitu 'melihat'.

Di sinilah the art of seeing karya Alfred Stieglitz, dan juga Freeman Patterson itu tercipta. Dua karya yang berbeda namun satu intinya, kita diharapkan memulainya dari 'melihat'.

Ini adalah proses
Ini adalah proses
Ide itu datangnya dari melihat (baik di jalanan yang kita lalui, televisi, film, bioskop, rumah, dan sebagainya), komunitas itu cara kita belajar melihat apa yang dikerjakan kawan-kawan, internet itu berarti kita melihat foto-foto yang menarik hati, membaca e-book itu juga melihat, workshop/kelas itu ada proses melihat, gear dan mencoba adalah memasukkan unsur melihat kita. Semuanya tentang melihat bukan?

Setelah melihat, tentu harus ada aksinya, saatnya kita mencoba membuat sebuah foto. Mason Cooley pernah bilang "Art begins in imitation and ends in innovation". Seni itu dimulai dari meniru, mencoba membuat yang sama, hingga pada akhirnya menemukan sesuatu yang baru.

Ini cara pencarian saya dalam fotografi pribadi

Gabungan antara foto satu dan foto lainnya
Gabungan antara foto satu dan foto lainnya
Splash dan drip photography seperti contoh di atas (cara buatnya disini) tentu banyak banget kita lihat, ide saya meniru di sini karena terinpirasi satu hal, seberapa susah sih membuat seperti ini. Ternyata lumayan susah, banyak momen yang tidak pas, entah itu terlalu cepat atau bahkan terlambat menekan shutter.

Belum puas juga, saya coba lagi kali ini dengan medium yang lainnya. Segelas kopi yang memberikan semburan mood booster.

Kopiku tumpah
Kopiku tumpah
Kemudian terinspirasi buku fotografi Dunia tanpa Nyawa, om Fauzi Helmy, saya coba bikin foto genre toy photography. Ini yang saya suka dari toy photography karena menurut saya, TP adalah representasi dari imajinasi, keinginan, serta sebuah fantasi dari masa kecil dulu.

Hari ini setiap orang masih mempunyai sisi anak-anak yang tetap hidup dalam diri masing-masing. Dengan sebuah kamera. semua hal itu akan tertuang dalam 'ruang penciptaan'. Sentuhan liar akan imajinasi serta fantasi akan membuatnya 'hidup'. 

Tantangannya adalah membuat mainan tidak hanya sebuah rupa dari plastik atau logam, akan tetapi memiliki 'nafas kehidupan'. Sayangnya saya masih jauh dari itu.

Gundam RX-78
Gundam RX-78
No nem, ga tau namanya
No nem, ga tau namanya
Mahluk kecil biru karya Peyo
Mahluk kecil biru karya Peyo
Finger board
Finger board
Lagi ngetren bokeh-bokehan, coba ikutan juga.

Batman dan bokeh
Batman dan bokeh
Simpel foto
Simpel foto
BTS (behind the scene)-nya sangat simpel untuk foto di atas ini, saya menggunakan satu buah lampu belajar dengan jenis TL tornado (ulir) dan light shaping (bayangan warna putih memanjang pada bagian kanan lensa) memakai dus ipad.

behind the scene-nya
behind the scene-nya
Kemudian ada hitungan circle of confusion pada depth of field yang bikin pusing
Pensil Warna
Pensil Warna
Little Grashopper
Little Grashopper
Couple photography
Kumbang badak
Kumbang badak
Pacaran gaya burung tekukur
Pacaran gaya burung tekukur
Memelukmu di ujung jalan itu
Memelukmu di ujung jalan itu
Saya kemudian mencoba menggunakan semua sumber cahaya, mulai dari pencahayaan yang sangat simpel yaitu memanfaatkan cahaya matahari yang masuk melalui kaca jendela.
Windows Lit
Windows Lit
Kemudian menggunakan cahaya buatan, 2 buah lampu duduk, yang di balut kertas hvs putih 60 gram, guna melembutkan cahayanya.
Simpel lighting
Simpel lighting

Untuk hasil diatas bisa dilihat di sini

Hingga pencahayaan yang rumit dengan lebih dari satu titik bare flash, tanpa light modifier.

5 titik strobist
5 titik strobist
Idenya adalah memotret kaca, kaca ini gampang-gampang susah untuk di foto apalagi yang transparan, pada kesempatan pertama saya mencoba menjaga tepi kaca pada background yang putih dengan disinari bare flash ini sangat sulit, saya mencoba berpuluh-puluh kali jepretan hanya beberapa yang berhasil tetap terlihat.
Bohlam Transparan
Bohlam Transparan
BTSnya
BTSnya
Kebalikannya kemudian, saya coba menimbulkan tepian kaca pada background hitam, ini juga bikin frustasi.
Gelas kaca
Gelas kaca
BTSnya kira-kira seperti ini
BTSnya kira-kira seperti ini
Setelah puas maenan still, kali ini coba dengan akting dikit, idenya muncul dari grup Anonymous. Sumber cahaya hanya satu, practical light (efek dari cahaya monitor laptop), jika saya benar-benar menggunakan ambient light tentu tidak akan cukup, maka saya tempatkan satu flash disana berfungsi sebagai pengganti cahaya dari monitor.
Hacking
Hacking
Ada alien dateng, begitu kira-kira idenya. Bahan-bahannya, flash satu biji set full power taruh pada light stand, segulung tissue yang sudah dilumuri minyak goreng kemudian diikat pada tali, dibakar ujungnya kemudian dimatian apinya, karena minyak goreng tadi maka akan muncul hanya bara dan ini akan menimbulkan asap yang banyak/pekat, gantung pada light stand dan di putar-putar. Ambil posisi dan selesai.
Alien?
Alien?
Idenya adalah bingung, siapa saya. Simpel foto, one bare flash di belakang saya, kotak putih itu adalah lembaran akrilik utuh.

Who am I
Who am I
Itulah fotografi pribadi ala saya.

Salam jepret

disclaimer: Semua foto milik pribadi, dan tidak ada binatang yang dilukai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun