Aperture adalah sekat/tingkap atau bilah rana yang berada pada lensa untuk mengatur besarnya lubang yang dapat dimasuki cahaya melalui lensa. Makin besar(angka kecil) akan semakin sedikit cahaya yang bisa masuk, sebaliknya semakin kecil(angka besar) akan semakin banyak cahaya yang bisa masuk.
Contoh aperture/bilah rana lensa manual dan automatis
Tiga hal ini akan selalu melekat dan berpengaruh satu ke yang lainnya.
Karena ISO, SS dan
aperture saling berhubungan, maka kita harus hati-hati untuk memahaminya, karena akan berakhir dengan kekecewaan bila salah paham. Jujur, saya saja kadang masih bingung memahaminya.
Contoh kasus under exposure
Seperti foto ini, pada exif tertera f/ 8, SS (
shutter speed) 1/60, dan ISO 800, fl (
focal length) 50mm dan ternyata hasil fotonya masih
under exposure, berarti kemudian kita mau tidak mau harus mengubah nilai salah satu atau gabungan ketiganya bila ingin mendapatkan hasil yang pas, untuk mengubah baik menaikkan ataupun menurunkan nilai agar mendapatkan
exposure yang pas dalam fotografi dikenal istilah
stop.
Kembali ke contoh diatas, agar foto dapat terexpose tengah benar maka kita akan menaikkan 1 stop salah satu atau gabungan ketiganya menjadi, f/ 4, SS 1/60, ISO 800 bila hanya mengubah aperture, f/ 8, SS 1/30, ISO 800 bila mengubah shutter speed, dan f/ 8, SS 1/60, dan ISO 1600 bila ingin mengubah ISOnya saja.Â
Masalahnya kemudian ialah, saya menggunakan pilihan f/ 8 untuk menangkap butir-butir air hujan yang turun di depan subjek, ss 1/60 adalah batas minimal shutter speed yang memungkinkan saya mengambil gambar secara handheld, karena fl lensa memakai 50mm, dan ISO 800 menurut pengalaman adalah batas atas kamera saya untuk bisa menghasilkan foto yang lumayan bersih dari noise. Maka dalam hal ini saya menggunakan gabungan ketiganya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, f/ 7.1, SS 50, dan ISO 1000, naiknya masing-masing 1/3 stop, maka gabungan ketiganya akan tetap menjadi 1 stop, dengan hasil yang masih bisa di terima dengan baik.
Biar ga stress nih saya kasih puisi tentang segitiga exposur ini, jangan diketawain ya.
Setelah segitiga eksposur ini, selanjutnya adalah pemahaman tentang temperatur warna. Bisa baca lagi buku manualnya bagaimana memilih dan mengaktifkannya, dan saya pernah nulis sedikit tentang ini
disini.
Temperatur warna, dan presetnya
Selanjutnya, kita beralih ke ‘tanpa warna’, foto yang kita hasilkan akan menjadi
monochrome atau kebanyakan orang bilang hitam putih. Tanpa menggunakan apikasi manipulasi gambar sebenarnya kamera kita sudah menyediakan filter warna untuk membuat foto ‘hitam putih’ kita semakin menarik. Jaman dulu ketika analog masih jadi raja, filter warna ini berada diujung lensa.
Jadi kita tinggal lihat pada tabel diatas, jika ingin menambah hitam atau membuat putih semakin nyata.
Contoh seperti diatas ini, pada penggunaan filter merah pada foto payung merah dan langit biru, warna merah akan berubah menjadi putih, kebalikannya warna biru akan menjadi gelap/hitam. Kemudian bila kita memakai filter biru, payung merah akan berubah menjadi gelap, sedangkan warna langit akan menjadi terang/putih.
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya