Hari kemenangan sebentar lagi, back to basic (baca: mudik) bertemu dengan orang-orang yang kita kasihi adalah salah satu cara bagi kita untuk merayakannya, tentu ada sekian banyak cara lagi untuk menyambutnya namun hanya ada satu cara untuk membuatnya meninggalkan kesan yang mendalam yaitu mengabadikannya, entah dalam gambar bergerak ataupun dalam gambar diam. Untuk dapat mengabadikan semua momen-momen tersebut kita membutuhkan seperangkat alat yang bernama kamera. Kamera adalah seperangkat alat yang terdiri dari beberapa bagian, dan bagian-bagian tersebut memiliki fungsi masing-masing yang bila semuanya bekerja dengan baik dan benar akan dapat mengabadikan kenangan.
Kita mulai dari bagian terdepan dari sebuah kamera, ujung tombaknya. Bagian inilah yang membawa dunia luar masuk kedalam keabadiannya dalam sekotak kamera, lensa namanya.Â
Agar dapat bekerja maksimal tentu kita harus jaga permukaan lensa agar terhindar dari debu, percikan air serta kotoran. Dust blower, kain micro fiber dan lens pen dapat kita andalkan untuk menjaga permukaan lensa agar tetap bersih.
Kemudian bila kita sudah bisa membaca kode yang tertera, ada yang harus dilakukan agar kita tidak salah persepsi, panjang focal hp saya diatas adalah 4mm, kamera DSLR jenis APS-C saya menggunakan lensa 18-55mm, dan kamera pocket saya mempunyai rentang fokal 4,7-18,8mm, bukan berarti 4mm hp saya = 4mm di DLSR saya. juga bukan berarti ketika saya menggunakan kamera pocket saya zoom pada 18mm =18mm juga pada DSLR saya, dan yang terakhir walaupun saya menggunakan lensa 18mm pada DSLR bukan berarti saya menggunakan 18mm sesungguhnya. Bingung ya? Analogi mudahnya adalah 2 yen tidak sama dengan 2 rupiah dan tidak sama dengan 2 dollar, walaupun memuat sama-sama nilai 2, dan pada kamera yang membuat angka-angka tersebut tidak sama adalah ukuran sensor. Sensor Hp adalah 1/3.06 (5.94 x 4.28 mm), sensor kamera saku adalah 1/2.3 (6.16 x 4.62 mm), dan sensor DSLR aps-c (22.2 x 14.8 mm).
Sekarang kita coba samakan, bila kamera hp tertera 4 mm dengan f/1.8, maka equivalent dengan full frame adalah 24 mm dan f/ 11 berdasarkan nilai ini, pada kamera saku harus memuat nilai; 4.06 mm dan f/ 2 dan kamera DSLR agar mendekati sama adalah, 15 mm dan f/ 7. Untuk lebih jelasnya kita bisa liat pada dua foto dibawah ini
Sebelum momen itu tiba tidak ada salahnya kita mengecek apakah lensa yang kita punyai tidak mempunyai masalah, dan siap untuk 'bertempur'.
Permasalahan
Sebagai produk buatan manusia tentu jauh dari sempurna, ada kalanya lensa mengalami beberapa permasalahan;
1. Focus Hunting: Kondisi dimana kamera tidak bisa menemukan titik focus, dan terus mencari kondisi tertajam. Karena kebanyakan kamera menggunakan sistem focus trap, bila fokus terjadi maka kunci shutter button akan dibuka, maka bila gagal fokus maka kamera akan mengunci shutter button tersebut. Ada beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan kondisi ini terjadi, pertama adalah MFD (Minimum Focusing Distance) atau jarak terdekat dari lensa untuk bisa fokus tidak terpenuhi, untuk mengatasinya tentu kita bisa memundurkan jarak antara kamera dan objek. Kedua, lensa kotor adalah penyebabnya, cara mengatasinya tentu kita harus segera membersihkan permukaan lensa. Ketika, tidak cukup cahaya pada ambient sehingga kamera gagal fokus. Tentu saja mengatasi kondisi ini adalah dengan menambahkan cahaya/menerangi objek dengan cahaya agar kamera bisa fokus. Keempat, pada kamera HP terjadi konflik memori, kondisi ini akan bertahan walaupun kita sudah close and release application, cara mengatasinya bisa dengan restart, soft reset. Bila masih berlanjut periksa aplikasi yang memakai fungsi dari kamera, hapus satu persatu jika masih berlanjut kita bisa hard reset namun bila masih terjadi berarti ada masalah dengan modul kamera hp kita. Pemasalahan pada kamera saku dan DSLR karena kerusakan dari sensor phase dan contrast detect yang berfungsi menyatakan kamera fokus, bila ini yang terjadi mau tidak mau kita harus memeriksakannya pada service center.
2. Fokus yang meleset: Kondisi dimana fokus bisa tercapai akan tetapi bergeser dari titik dimana seharusnya fokus itu terjadi, misalnya kita hendak menjatuhkan fokus pada mata, yang terjadi kemudian fokus jatuh pada hidung, atau fokus bergeser pada kuping. Fokus pada mata yang kemudian bergeser ke hidung dalam fotografi dikenal dalam istilah front focus, dan bila fokus jatuh ke belakang pada area kuping, kita kenal dengan fenomena back focus. Untuk mengatasinya kita bisa melakukan kalibrasi ulang, hanya saja kemampuan untuk melakukan kalibrasi sendiri ini hanya dimiliki oleh DSLR/Mirrorless yang semi pro keatas, selebihnya kita hanya bisa pasrah pada service center untuk dapat melakukan kalibrasi ulang.
Cara mengetahuinya cukup mudah, letakkan beberapa objek yang berdeketan; contoh: gambar diatas, tandai objek yang akan kita tentukan fokusnya. Kemudian ambil foto dan liat hasilnya, bila titik tertajam tepat pada objek yang kita tandai berarti lensa kita masih normal, namun bila fokus telah bergeser kedepan atau kebelakang itu yang wajib kita waspadai.
3. AF mati: Permasalahan ini hanya terjadi pada lensa tukar lepas (interchange lens). AF mati adalah permasalahan yang timbul akibat rusaknya jalur atau terputusnya kabel fleksibel yang berada dalam lensa, sehingga lensa tidak lagi bisa menerima perintah untuk menggerakan motor AF. Kabel fleksibel ini sebenarnya cukup kuat hanya karena pemakaian yang sedikit sembrono, seperti terlalu sering memindah ring zoom yang ekstrem kayak setrikaan, maju mundur cantik terus menerus menyebabkan kabel ini mencapai masa purna tugas lebih cepat dari jadwal.
4. Lens stuck/macet:Â Biasa terjadi pada kamera saku, lensa tiba-tiba berhenti di tempat, tidak mau maju atau mundur. Bahkan ketika kamera dimatikan lensa tidak mau kembali. Permasalahan ini muncul karena ada sesuatu entah itu butiran debu/minyak/atau cairan yang mengandung gula berada pada sela-sela lensa hingga menyebabkan lensa macet. Bisa juga terjadi akibat kamera terjatuh atau terbentur, sehingga jalur lensa rusak. Cara mengatasinya tentu kita bawa ke service center, namun bila enggan atau tidak sempat, kita bisa mencari pada mesin pencari kesayangan, disana banyak cara alternatif untuk dapat membetulkannya.
Permasalahan yang timbul akibat pemakaian dan usia pakai.
5. Coating habis:Â Coating adalah lapisan tipis berwarna pada permukaan lensa, memiliki fungsi untuk mengurangi glare/flare. Tentu sedikit banyak akan mempengaruhi hasil foto bila coating/pelapis ini sudah hilang/habis.
6. Scratch: Tergoresnya optik lensa. Tingkat kedalaman goresan ini bisa kita rasakan dengan menyapukan kuku pada permukaan lensa, bisa kerasa perbedaan permukaan kemungkinan tingkat kedalamannya sudah parah, tentu akan berpengaruh pada hasil foto kita. Bila kita ingin membeli lensa bekas perhatikan satu hal ini, jangan pernah membeli lensa bila lensa belakang yang tergores, pada lensa bagian depan bila tergores masih belum dalam tidak akan berpengaruh ke foto.
7. Debu dan jamur:Â Karena debu ada dimana-mana tentu tidak bisa dihindarkan bisa ada sebagian mampu menyusup ke dalam lensa, dalam jumlah sedikit tidak akan berpengaruh pada hasil foto. Jamur, adalah kondisi lensa yang berada pada ruangan dengan tingkat kelembaban yang tinggi dalam waktu yang lama. Jamur ini menyerupai serat-serat seperti akar pada lensa, dalam jumlah yang sedikit tidak akan mempengaruhi hasil foto. Cara mengatahuinya, bukalah lensa dan arahkan pada cahaya, bisa lampu atau senter. Jika ingin mengetes pada hasil foto, set kamera dengan menggunakan bukaan kecil, arahkan pada langit/monitor komputer saat backgroundnya didominasi putih, set manual fokus cari kondisi blur, ambil foto. Debu akan berbentuk titik-titik berwarna gelap, dan jamur akan berwarna putih memanjang. Bila sudah tampak, berarti bisa kita anggap menggangu.
8. Fog: Kondisi dimana lensa diliputi seperi kabut putih. Ini kondisi yang sudah sangat menggangu. Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali melakukan slab/menggosok habis permukaan lensa. Karena digosok habis maka sudah pasti coating akan hilang, dan resiko lensa akan pecah atau 'gempil'.
Permasalahan yang timbul akibat sejak lahir, bad copy dan 'melawan hukum fisika'.Â
9. Chromatic Aberration:Â Penyimpangan akibat gagalnya warna jatuh tepat pada titik api yang sama pada bidang sensor. Setiap warna memiliki panjang gelombang yang berbeda, dan ketidak mampuan lensa membelokan cahaya tepat menyebabkan CA ini dapat terjadi.Â
Ada 2 cara untuk menghindari CA dengan hasil yang menggangu, pada D day ataupun pada post production. D day, pertama, stopping down aperture atau menurunkan bukaan 1-2 stop, contoh: Jika CA parah pada bukaan f/1.8, kita bisa turunkan menjadi f/3.2. Kedua, hindari kontras yang tinggi antara objek dan latar belakang. Ketiga, bila memakai lensa zoom, sebaiknya hindari pada panjang fokal terlebar maupun tersempit, contoh: lensa 70-300 mm, hindari pada 70 mm, dan 300 mm, gunakan 80 mm hingga 270 mm misalnya. Keempat, ini saran yang agak mahil, gantilah dengan lensa-lensa luxury entah itu gelang merah jika C ataupun gelang emas jika N, he he he.
Pada post production, kita bisa menggunakan software manipulasi gambar seperti Photoshop unutk menggenyahkan CA ini.
Bila kita ingin membetulkannya pada photoshop, bisa diakses melalui tab Filter--> Lens Correction (Shift + CTRL + R)
11. Vignette:Â atau vignetting, salah satu yang umum terjadi. Kesalahan pada lensa yaitu terjadinya hasil yang lebih gelap pada sudut-sudut frame. Hasilnya bisa beragam, ada yang samar dan ada yang terlihat jelas. Walaupun ini adalah jenis penyimpangan pada lensa, akan tetapi banyak yang memanfaatkannya, bahkan menambah, tempelkan bentuk yang menyerupai vignette agar menambah kesan dramatis pada foto.
Ada tiga jenis kesalahan yang bisa mengakibatkan timbulnya vignette, pertama adalah optic, pixel pada sensor dan yang terakhir muncul akibat penggunaan aksesoris yang berbeda dari pabrikan lensa, seperti menumpuk filter ataupun hood lensa yang tidak sesuai.
12. Diffraction Limited Aperture; Jika selama sering kita mendengar semakin kecil aperture akan semakin tajam. Bagi yang mendalami ilmu pasti terutama fisika tentu tidak asing dengan hal ini. Bagi kita yang dulu duduk dalam kelas sosial seperti saya mungkin agak bingung. Saya coba berikan penjelasan sederhana, saat aperture ditutup, maka yang terjadi adalah pembiasan, sehingga penyimpangan ini terjadi. Kesimpulannya pada f kecil belum tentu lebih tajam, contoh: f/ 22 belum tentu lebih tajam dari f/ 8. Kita bisa menggunakan chart test diatas untuk melihat hal ini. Atupun mencari sweet spot lensa kita
Demikianlah penjelasan saya tentang lensa dan permasalahannya, semoga bisa memberikan manfaat dan yang paling penting kita menjadi siap untuk mengabadikan momen kemenangan nanti.
Salam Jepret
NB: semua foto ilustrasi milik pribadi