Mohon tunggu...
Geyonk
Geyonk Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga 62

Photomood, Saya dan kopi hitam .:: IG::.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kisah di Panggung Trimurti

24 Juni 2016   11:52 Diperbarui: 25 Juni 2016   02:54 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam sudah datang, hadir pula bulatan putih besar utuh sempurna menemaninya, sinarnya yang lembut menghalau jauh gelap yang  hanya berani mendekat di belakang tubuh lalu jatuh memanjang ke tanah. Di kejauhan sana tiga bangunan besar juga bermandikan cahaya lampu, tampak megah menjulang.

Saat saya tebarkan pandangan pada bangku penonton sudah hampir penuh, ini pengalaman pertama hadir ditempat megah ini, panggung terbuka Trimurti. Sambil menunggu sendratari dimulai pikiran ini melayang lalu mendarat pada puluhan tahun silam, terbayang kamar tidur kala kecil dulu, lalu ayah hadir mendongeng kisah ini setiap malam jelang terlelap.

Penonton
Penonton
Lampu penerang padam, lampu panggung mulai menyala dan cerita karya Walmiki, Sendratari Ramayana dimulai.

Dimulai
Dimulai
Adegan pertama dibuka ketika prabu Janaka dari Kerajaan Mantili mengadakan sayembara, barang siapa bisa menarik gendewa cinta akan mendapatkan putri sang prabu, Dewi Sinta. Bisa ketebak bukan siapa yang sanggup? Jangankan menarik gendewa, Ramawijaya bahkan membuat gendewa itu patah menjadi dua.

Rama menarik Gendewa
Rama menarik Gendewa
Sedikit loncat adegan berikutnya. Rama, Sinta dan Laksmana diusir dari kerajaan Ayodya, dan dalam pengasingan mereka, tiba-tiba hadir seekor kijang kencana, kemudian menghilang di kerapatan hutan. Sinta yang kebosanan hanya bermain kupu-kupu sepanjang waktu minta kepada Rama agar kijang tersebut ditangkap agar bisa menjadi temannya bermain. Demi cintanya kepada Sinta, maka tanpa pikir panjang Rama pun menyanggupi permintaan Sinta. Setelah ditunggu sekian waktu, Rama tidak juga kembali maka Sinta meminta Laksmana untuk menyusul Rama karena khawatir terjadi sesuatu. Laksmana menolak karena tidak ada yang menemani dan melindungi Sinta, lagipula Laksmana yakin bahwa di hutan itu tidak akan ada yang bisa melukai kakaknya. Sinta bersikeras bahwa Laksmana harus menyusul Sinta, Sinta bahkan menuduh Laksmana menginginkan dirinya bila terjadi sesuatu dengan diri Rama. Akhirnya Laksmana bersedia menyusul Rama dengan satu kondisi bahwa Sinta tidak boleh keluar dari lingkaran yang akan dibuatnya. Lingkaran itu akan melindungi Sinta dari segala bahaya yang mengancam selama, dirinya pergi menyusul sang kakak. 

Laksmana melindungi Sinta dalam lingkaran
Laksmana melindungi Sinta dalam lingkaran
Rama yang tidak sabar menangkap kijang kencana yang terlalu lincah akhirnya menarik busurnya dan melepaskannya kepada kijang itu dengan maksud bila tidak berhasil menangkap hidup-hidup, maka kulit kijang kencana itu bisa sebagai penghangat tubuh Sinta. Namun terkejutlah dia, saat panah itu menyentuh kijang tiba-tiba berubah menjadi raksasa, Kala Marica namanya, salah satu tangan kanan Rahwana. Terjadilah perkelahian yang tidak seimbang, Kala Marica mati ditangan Rama, Laksmana lalu datang.

Kijang Kencana yang berubah menjadi Kala Marica
Kijang Kencana yang berubah menjadi Kala Marica
Sepeninggal Laksmana, Sinta diam dalam lingkaran. Tiba-tiba ada petapa tua yang datang menghampiri, dan berupaya menyentuh Sinta. Namun lingkaran yang dibuat Laksmana membuatnya terpental, tipu daya kemudian hadir, membujuk Sinta agar keluar dari lingkaran dengan berpura-pura meminta air karena haus. Sinta yang tidak sadar melangkah keluar hendak mengambilkan air di pondok namun begitu Sinta keluar lingkaran petapa tua itu berubah menjadi sosok mengerikan Rahwana, disambarnya Sinta dan dibawa pergi, beruntung datang burung raksasa Jatayu mencoba menolong Sinta, Jatayu merupakan kawan Prabu Dasarata mertua Sinta. Namun Jatayu bukan lawan tanding Rahwana, dalam waktu singkat Jatayu menjadi bulan-bulanan Rahwana.

Jatayu melawan Rahwana
Jatayu melawan Rahwana
Rama dan Laksmana buru-buru kembali ke pondok mereka, khawatir akan Sinta. Dalam perjalanan pulang mereka bertemu dengan Jatayu yang dalam kondisi mengenaskan, dalam nafasnya yang terakhir, Jatayu memberitahukan bahwa Sinta telah diculik oleh Rahwana.

Jatayu, Rama, dan Laksmana
Jatayu, Rama, dan Laksmana
Gelap, lalu ada banyak kera berkeliaran, di panggung jauh sana ada kera yang memakai busana raja. Seharusnya dia Subali, raja para kera di gua Kiskenda. Benar dugaanku, kemudian dari panggung kiri muncul Rama, Laksmana dan seekor kera mirip dengan Subali, mungkin itu Sugriwa. Subali dan Sugriwa adalah saudara kembar, karena salah paham saat melawan raja sapi Maesasura lalu muncul perselisihan diantara mereka. Rama membantu Sugriwa menuntut keadilan, dan Subali pulang keilahiannya karena terkena panah Guwawijaya sang Rama.

Subali dan Sugriwa tanding
Subali dan Sugriwa tanding
Adegan lalu berubah di panggung taman Argasoka, tempat Sinta disekap di Alengka. Bersama dengannya ada Trijata, putri dari Gunawan Wibisana, adik Rahwana. 

ramayana-5-576cada6917e6104277fe1e1.jpg
ramayana-5-576cada6917e6104277fe1e1.jpg
Rahwana yang tidak sabar selalu berkunjung ke taman Argasoka, namun Trijata berkali-kali berhasil menghalangi pamannya menyentuh Sinta. Tiba-tiba Anoman muncul di taman itu, hendak membawa Sinta pergi. Sinta menolak dibawa pergi Anoman, dia mengatakan bahwa tidak akan ada lelaki yang menyentuhnya selain Rama, maka Sinta berkata kepada Anoman agar pulang menyampaikan pesan bahwa Rama sendiri datang menjemputnya. Anoman diberi Sinta kekuatan yang tidak ada tandingnya, agar Anoman bisa selamat keluar dari Alengka. Aji Wundri nama kekuatan itu, kekuatan yang melambangkan ibu yang mencintai anaknya lewat air susu, air kehidupan yang menghidupi setiap insan manusia, kekuatannya memiliki daya dobrak seperti seribu gajah.

Anoman menerima ajian Aji Wundri
Anoman menerima ajian Aji Wundri
Setelah pamit kepada Sinta, Anoman berniat mengacau di Alengka, memberi pelajaran pada negeri yang haus darah. Kesaktian Anoman tentu bukan tandingan prajurit-prajurit Alengka, hingga Indrajit putra Rahwana yang terpaksa turun tangan, dilepaskannya panah Nagapasa yang akhirnya bisa membelit dan membelenggu Anoman.

Lalu istrirahat sejenak sekitar sepuluh menit, lumayan buat mulut yang dari tadi sudah kecut ingin menghisap sesuatu, juga melepaskan sesuatu yang sedari tadi tertahan, akibatnya dinginnya angin malam yang berhembus kencang.

Acara kembali dimulai, tentu saja adegan setelah Anoman ditangkap adalah dihukum dengan cara dibakar, jadilah adegan Anoman obong.

Anoman dihukum dengan dibakar
Anoman dihukum dengan dibakar
Anoman lepas dan membakar Alengka
Anoman lepas dan membakar Alengka
Adegan berikutnya, Kumbakarna gugur. Kumbakarna yang adik Rahwana gugur sebagai pahlawan perang membela negaranya, bukan membela kakaknya yang angkara murka.

Kumbakarna Gugur
Kumbakarna Gugur
Dilanjutkan dengan adegan perang antara bala tentara kera melawan para raksasa, disusul dengan munculnya Rahwana. Perang tanding antara Rahwana dan Rama tidak terelakkan lagi, sekali lagi kebenaran akan menang atas diri kejahatan, panah Guwawijaya yang dilepaskan Rama membuat nyali Rahwana menjadi ciut, panah tepat mengenai Rahwana dan membuat dia roboh ketanah, dengan secepat kilat Anoman datang dengan membawa puncak Maliawan dan dilemparkannya ke arah Rahwana, dengan terkuburnya Rahwana dengan puncak Maliwan, maka ajian Pancasona yang dicurinya dari Subali tidak bisa berfungsi. 

Rama dan Rahwana berhadapan
Rama dan Rahwana berhadapan
Anoman menimpakan puncak Maliawan
Anoman menimpakan puncak Maliawan
Rama kemudian menjemput Sinta di taman Argasoka, pertemuan dua pasangan cinta ini disaksikan oleh bala tentara kera. Namun keberadaan Sinta di tanah Alengka membuat Rama tidak yakin akan kesucian belahan jiwanya ini. Maka demi membuktikan kesuciannya, Sinta rela dibakar hidup-hidup.

Sinta dijemput Rama
Sinta dijemput Rama
Sinta Obong
Sinta Obong
Dalam penderitaanpun Sinta tersenyum manis
Dalam penderitaanpun Sinta tersenyum manis
Selesai, kemudian semua penari muncul dipanggung.

Selesai
Selesai
Ketika dalam perjalan pulang ke Yogya, ada yang menggelitik. Ini tentang rasa, ini tentang jalan hidup, ini tentang ketetapan, ini tentang perasaan, ini  tentang cinta. Cerita Dewi Sukesi, cerita dan kisah tiga dewi, Sukasalya, Kekayi dan Sumitra, kisah tentang Dewi Windradi, kisah tentang Retna Anjani, ini kisah Dewi Tara, Dewi Sinta, dan Trijata, ini kisah Sarpakenaka, bertemu dengan jalan Prabu Danareja, jalan Begawan Wisrawa, jalan Prabu Dasarata, jalan Begawan Gotama, Guwarsa, Guwarsi yang kemudian dikenal dengan Sugriwa dan Subali, ini jalan Anoman, ini jalan Ramawijaya, ini jalan Barata dan Saudaranya Laksmana, jalan Kumbakarna dan adiknya Wibisana, jalan para wanara, kapi Menda, dan kapi Jembawan sang abdi yang setia, Anila, Anggada, Trigangga, jalan prajineman saudara empat(halus) Anoman, Diyta Kilatmeja, Ditya Ramadaya dan kembarannya Ditya nDayapati, Ditya Kala Garba Ludira, dan Diya Pulasio, ini juga tentang para dewata yang menjaga dan merestui, Dewa Bayu, Dewa Surya, Dewa Baruna, Dewa Narada, Dewa Wisnu, Dewi Uma, dan Batara Guru. Kesemuanya hanya menjalankan titah, menurut ketetapan ilahi. 

Pertanyaan saya yang kedua, apakah Rama pantas menyandang titisan Wisnu sang penjaga keharmonisan dunia bila dia adil hanya terhadap angkara murka tapi lalai terhadap belahan jiwanya, Sinta dan bahkan terhadap anak kembarnya Lawa dan Kusya. Mulai dari pati obong, pembuangan Sinta hingga hampir melepaskan panah sakti Guwawijaya kepada dua anaknya. Liontin Sinta hanya hanya menyala redup saat dikenakan Rama, sangat kontras dengan cincin yang dia berikan kepada Sinta melalui anoman saat ditawan di taman Argasoka, nyala batu cincinnya begitu kemilau bahkan menyilaukan Trijata dan Anoman yang melihat. Pantaskah Rama sebagai titisan Wisnu, saat melepaskan Guwawijaya ke samudra karena kalut tidak dapat menyebrang ke Alengka, hingga di tegur Dewa Baruna, kemudian kali kedua saat kalut melepaskan panah Guwawijaya ke bumi, ketika pertiwi memeluk erat Dewi Sinta karena pembuangannya di hutan hingga Dewa Siwa turun menegur Rama, karena tugas pelebur adalah Siwa bukan Wisnu. Ini hanya gelitikan pikiran saya sebagai manusia. Ah ternyata sudah sampai di rumah. 

Rama dan Sinta, bagi saya lebih indah kisahnya dari Romeo dan Juliet
Rama dan Sinta, bagi saya lebih indah kisahnya dari Romeo dan Juliet

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun