Mohon tunggu...
Geyonk
Geyonk Mohon Tunggu... Wiraswasta - Warga 62

Photomood, Saya dan kopi hitam .:: IG::.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kisah di Panggung Trimurti

24 Juni 2016   11:52 Diperbarui: 25 Juni 2016   02:54 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anoman menerima ajian Aji Wundri
Anoman menerima ajian Aji Wundri
Setelah pamit kepada Sinta, Anoman berniat mengacau di Alengka, memberi pelajaran pada negeri yang haus darah. Kesaktian Anoman tentu bukan tandingan prajurit-prajurit Alengka, hingga Indrajit putra Rahwana yang terpaksa turun tangan, dilepaskannya panah Nagapasa yang akhirnya bisa membelit dan membelenggu Anoman.

Lalu istrirahat sejenak sekitar sepuluh menit, lumayan buat mulut yang dari tadi sudah kecut ingin menghisap sesuatu, juga melepaskan sesuatu yang sedari tadi tertahan, akibatnya dinginnya angin malam yang berhembus kencang.

Acara kembali dimulai, tentu saja adegan setelah Anoman ditangkap adalah dihukum dengan cara dibakar, jadilah adegan Anoman obong.

Anoman dihukum dengan dibakar
Anoman dihukum dengan dibakar
Anoman lepas dan membakar Alengka
Anoman lepas dan membakar Alengka
Adegan berikutnya, Kumbakarna gugur. Kumbakarna yang adik Rahwana gugur sebagai pahlawan perang membela negaranya, bukan membela kakaknya yang angkara murka.

Kumbakarna Gugur
Kumbakarna Gugur
Dilanjutkan dengan adegan perang antara bala tentara kera melawan para raksasa, disusul dengan munculnya Rahwana. Perang tanding antara Rahwana dan Rama tidak terelakkan lagi, sekali lagi kebenaran akan menang atas diri kejahatan, panah Guwawijaya yang dilepaskan Rama membuat nyali Rahwana menjadi ciut, panah tepat mengenai Rahwana dan membuat dia roboh ketanah, dengan secepat kilat Anoman datang dengan membawa puncak Maliawan dan dilemparkannya ke arah Rahwana, dengan terkuburnya Rahwana dengan puncak Maliwan, maka ajian Pancasona yang dicurinya dari Subali tidak bisa berfungsi. 

Rama dan Rahwana berhadapan
Rama dan Rahwana berhadapan
Anoman menimpakan puncak Maliawan
Anoman menimpakan puncak Maliawan
Rama kemudian menjemput Sinta di taman Argasoka, pertemuan dua pasangan cinta ini disaksikan oleh bala tentara kera. Namun keberadaan Sinta di tanah Alengka membuat Rama tidak yakin akan kesucian belahan jiwanya ini. Maka demi membuktikan kesuciannya, Sinta rela dibakar hidup-hidup.

Sinta dijemput Rama
Sinta dijemput Rama
Sinta Obong
Sinta Obong
Dalam penderitaanpun Sinta tersenyum manis
Dalam penderitaanpun Sinta tersenyum manis
Selesai, kemudian semua penari muncul dipanggung.

Selesai
Selesai
Ketika dalam perjalan pulang ke Yogya, ada yang menggelitik. Ini tentang rasa, ini tentang jalan hidup, ini tentang ketetapan, ini tentang perasaan, ini  tentang cinta. Cerita Dewi Sukesi, cerita dan kisah tiga dewi, Sukasalya, Kekayi dan Sumitra, kisah tentang Dewi Windradi, kisah tentang Retna Anjani, ini kisah Dewi Tara, Dewi Sinta, dan Trijata, ini kisah Sarpakenaka, bertemu dengan jalan Prabu Danareja, jalan Begawan Wisrawa, jalan Prabu Dasarata, jalan Begawan Gotama, Guwarsa, Guwarsi yang kemudian dikenal dengan Sugriwa dan Subali, ini jalan Anoman, ini jalan Ramawijaya, ini jalan Barata dan Saudaranya Laksmana, jalan Kumbakarna dan adiknya Wibisana, jalan para wanara, kapi Menda, dan kapi Jembawan sang abdi yang setia, Anila, Anggada, Trigangga, jalan prajineman saudara empat(halus) Anoman, Diyta Kilatmeja, Ditya Ramadaya dan kembarannya Ditya nDayapati, Ditya Kala Garba Ludira, dan Diya Pulasio, ini juga tentang para dewata yang menjaga dan merestui, Dewa Bayu, Dewa Surya, Dewa Baruna, Dewa Narada, Dewa Wisnu, Dewi Uma, dan Batara Guru. Kesemuanya hanya menjalankan titah, menurut ketetapan ilahi. 

Pertanyaan saya yang kedua, apakah Rama pantas menyandang titisan Wisnu sang penjaga keharmonisan dunia bila dia adil hanya terhadap angkara murka tapi lalai terhadap belahan jiwanya, Sinta dan bahkan terhadap anak kembarnya Lawa dan Kusya. Mulai dari pati obong, pembuangan Sinta hingga hampir melepaskan panah sakti Guwawijaya kepada dua anaknya. Liontin Sinta hanya hanya menyala redup saat dikenakan Rama, sangat kontras dengan cincin yang dia berikan kepada Sinta melalui anoman saat ditawan di taman Argasoka, nyala batu cincinnya begitu kemilau bahkan menyilaukan Trijata dan Anoman yang melihat. Pantaskah Rama sebagai titisan Wisnu, saat melepaskan Guwawijaya ke samudra karena kalut tidak dapat menyebrang ke Alengka, hingga di tegur Dewa Baruna, kemudian kali kedua saat kalut melepaskan panah Guwawijaya ke bumi, ketika pertiwi memeluk erat Dewi Sinta karena pembuangannya di hutan hingga Dewa Siwa turun menegur Rama, karena tugas pelebur adalah Siwa bukan Wisnu. Ini hanya gelitikan pikiran saya sebagai manusia. Ah ternyata sudah sampai di rumah. 

Rama dan Sinta, bagi saya lebih indah kisahnya dari Romeo dan Juliet
Rama dan Sinta, bagi saya lebih indah kisahnya dari Romeo dan Juliet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun