Mohon tunggu...
Geraldo Evan Theodorus Bessie
Geraldo Evan Theodorus Bessie Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Freelancer Musician, Editor, Conten Creator

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Upacara Adat Suku Mori, Sulawesi Tengah

9 Januari 2024   14:07 Diperbarui: 9 Januari 2024   17:38 1519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada saat pemimpin atau tamu kehormatan tiba di pintu gerbang atau titik yang ditentukan, maka Dewan Adat Wita Mori atau Lembaga Adat Mori Molongkuni akan mengenakan topi adat pada kepala pemimpin atau tamu kehormatan tersebut. selain topi adat, dikenakan selendang berwarna merah atau hitam atau kuning. Kuning adalah warna khas Mori Molongkuni sesuai dengan arti Namanya kekuning-kuningan. Benda adat lainnya adalah menyerahkan ayam Jantan putih yang sehat dan segar, telur ayam kampung yang bersih dan baik, serta air saguer manis yang dituangkan ke dalam potongan bambu yang disebut Suke, sebagai tempat minum tradisional suku Mori Molongkuni. Setelah pemimpin yang disambut selesai meminum air saguer manis dari bambu, rombongan memasuki ruangan. Di dalam ruangan akan ditampilkan tarian Molaemba dengan ayunan tangan dan kaki secara pelan, dengan lagu pada tarian Molaemba yang dinyanyikan dalam bahasa Mori Molongkuni. Lagu tersebut adalah lirik lagu berpantun, bersahut-sahutan satu dengan yang lain di dalam kelompok penari tersebut.

Setiap artefak yaitu barang atau benda adat yang digunakan memiliki makna tersendiri. Topi adat adalah lambing kehormatan suku Mori Molongkuni, selendang yang dikenakan kepada pemimpin merupakan sambutan ketulusan. Sedangkan ayam jantan putih merupakan simbol keperkasaan, diharapkan pemimpin akan memimpin dengan tegas, disiplin, dan dapat diandalkan. Telur ayam kampung berwarna putih dan bersih adalah simbol dari ketulusan; suku Mori Molongkuni menerima pemimpin dengan ketulusan hati dan mengharapkan pemimpin pun akan memimpin dengan ketulusannya. Demikian juga kepada tamu kehormatan disambut dengan hati yang tulus dengan kepercayaan bahwa tamu kehormatan pun akan bersikap tulus dalam menjalin hubungan dengan suku Mori Molongkuni. Saguer manis adalah air dari pohon enau atau pohon nira jika di tempat lain, rasanya manis. Ini adalah simbol bahwa suku Mori Molongkuni mengharapkan bahwa pemimpin akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Demikian juga kepada tamu kehormatan bahwa kehadirannya akan membara damai Sejahtera. Perlu diketahui bahwa saguer manis ini jika disimpan dalam beberapa waktu akan menjadi minuman dengan kandungan alkohol yang tinggi sehingga dapat memabukkan.

Pada akhir upacara adat Gau Mompelangkai Petewawa ini, perwakilan suku Mori Molongkuni akan memberikan benda adat kepada pemimpin atau tamu kehormatan, yaitu dulang kuning yang pada saat ini sangat sulit mendapatkannya, dan sawungkere yaitu kelewang panjang sebagai perlengkapan senjata perang. Pemimpin diharapkan akan bersama-sama dengan masyarakat suku Mori Molongkuni membangun, menjaga, melindungi, dan membela Wita Mori.

Mengadakan artefak yaitu barang-barang atau benda-benda adat yang diperlukan tidaklah mudah. Terlebih pada saat ini sudah sangat jarang tukang kuningan yang mmebuat dulang kuning, dan sawungkere. Sedangkan untuk perlengkapan adat lainnya seperti topi adat bahkan baju adat lengkap, sudah banyak yang mengadakannya sebagai salah satu bidang bisnis, disewakan atau diperjualbelikan secara komersil. Untuk keperluan upacara adat seperti Gau Mompelangkai Petewawa, biasanya Dewan Adat Wita Mori dan Lembaga Adat Mori Molongkuni memiliki persediaan yang cukup agar tidak terkendala pada saat harus melakukan upacara adat tersebut.

Upacara adat ini memiliki nilai-nilai luhur yang tinggi, dan dapat menjadi perekat masyarakat suku Mori dengan seluruh masyarkat di sekitarnya. Upacara ini dilaksanakan dengan artefak yang menarik dan sarat makna, sehingga harus terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Itulah sebabnya perlu dipublikasikan agar dikenal oleh masyarakat luas dan dijaga kelestariannya.

Paper ini mengeksplorasi Upacara Adat Mori Gau Mompelangkai Petewawa yaitu Upacara Penghormatan Terhadap Pemimpin atau Tamu Kehormatan. Upacara ini sangat penting dilestasikan dan diperkenalkan kepada masyarakat luas, untuk membangun kesatuan dan persatuan bangsa dan meneladankan karakter saling menghormati serta menghargai di berbagai lapisan masyarakat. Disamping itu dapat mendekatkan masyarakat umum dengan para pemimpin sehingga menjadi kekuatan untuk membangun bangsa Indonesia. Secara khusus wujud kebudayaan ini bermanfaat untuk membangun masyarakat berkarakter sesuai nilai-nilai Pancasila.

Beberapa penulisan terdahulu tentang suku Mori telah membahas tentang pesta panen suku Mori yang dilakukan setiap tahun, upacara perkawinan adat suku Mori Molongkuni dengan wujud kebudayaannya upacara perkawinan adat suku Mori Molongkuni dalam tinjauan Pendidikan Agama Kristen, dan meneliti kedudukan upacara adat perkawinan suku Mori Ngusumbatu dengan terbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yang diperbarui dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2019.  Terdapat beberapa berita yang memuat tentang Upacara Adat Mori Gau Mompelangkai Petewawa namun belum menyajikannya sebagai tulisan ilmiah seperti pada paper ini, dengan mengeksplor seluruh bagian secara terinci dan mengungkap nilai-nilai yang termuat di dalamnya.

Bidang penulisan yang perlu dikembangkan terkait Upacara Adat Mori Gau Mompelangkai Petewawa  adalah penulisan etnografi dan semiotik, yang tidak hanya mengekspor kekayaan budaya secara etnografik tetapi juga secara semiotis mengangkat nilai-nilai setia artefak dalam budaya tersebut. Oleh karena itu, makalah dengan judul Upacara Adat Mori Gau Mompelangkai Petewawa menjadi tulisan pertama yang mendeskripsikan, menguraikan, dan menganalisis nilai-nilai yang terkandung dalam upacara tersebut.

Perkembangan zaman pada masa kini menggiring manusia menjadi insan yang cenderung mengutamakan diri sendiri, mencari kesenangan diri sendiri (hedon), sehingga dapat melahirkan generasi yang hanya bergaul dengan komunitas tertentu. Tidak hanya sampai di situ, manusia lebih cenderung mencurigai orang lain ketimbang peduli. Banyaknya permasalahan yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah, sehingga dapat membawa masyarakat pada sikap apatis dan tidak peduli terhadap pemerintah. Memperkenalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Upacara Adat Mori Gau Mompelangkai Petewawa diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk membangun masyarakat yang berkarakter Pancasila, saling menghormati dan memelihara persatuan bangsa.

Kesimpulan

Upacara adat suku Mori Molongkuni, Gau Mompelangkai Petewawa merupakan upacara adat yang menggambarkan ketulusan hari masyarakat suku Mori Molongkuni dalam menerima raja, pemimpin, tamu kehormatan, yang disambut dengan gendang dan kemeriahaan. Itu sebabnya upacara ini sangat mengagungkan pemimpin atau tamu kehormatan. Upacara adat Gau Mompelangkai Petewawa mengajarkan nilai-nilai luhur yang mulia, yaitu ketulusan, kepercayaan, pengharapan, penghormatan, kebenaran, dan saling menghargai. Nilai-nilai yang sangat penting untuk membangun kehidupan masyarakat yang berkarakter Pancasila, dan bersatu dalam satu kepemimpinan, serta tunduk atau menaati pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun