Thailand
Thailand merespons pembentukan AUKUS dengan hati-hati dan tidak ingin mengambil posisi terkait AUKUS yang berisiko menyinggung Amerika Serikat atau China. Sepuluh hari setelah pembentukan AUKUS diumumkan, Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-o-Cha, menyampaikan pidato yang direkam sebelumnya di Perserikatan Bangsa-Bangsa di mana ia menjanjikan dukungan Thailand untuk Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir dan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT). Dengan mengacu pada dua perjanjian tersebut, muncul anggapan bahwa Thailand memiliki keraguan terhadap AUKUS.
Negara-negara Asia Tenggara yang belum memberikan respons secara resmi terhadap AUKUS yaitu Brunei Darussalam, Myanmar, dan Laos. Brunei Darussalam belum membicarakan atau mengadakan konsultasi informal terkait AUKUS. Sedangkan, Myanmar dan Laos telah abstain untuk mengomentari pembentukan AUKUS.
Berbagai respons yang diberikan negara-negara Asia Tenggara terhadap AUKUS membuat ASEAN menghadapi keraguan dari masyarakat global karena dianggap tercerai-berai dan tidak mampu mengambil tindakan nyata dalam memberikan respons yang mewakili semua anggotanya. Guna menjaga sentralitasnya, tindakan nyata ASEAN dalam menyikapi AUKUS dan menjaga soliditas dapat dimulai dengan mengambil sikap melalui pernyataan bersama ASEAN yang dilakukan secara kolektif. Sebagai organisasi regional di Asia Tenggara, ASEAN harus mampu menginisiasi terbentuknya rasa saling percaya antara negara anggota ASEAN, AUKUS, dan China melalui meja perundingan multilateral. Dengan menempuh jalur diplomatik, ASEAN diharapkan dapat mengurangi ketegangan di kawasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H