[caption caption="Surat Cinta Untuk Kartini, diambil dari cdn.klimg.com/muvila.com"][/caption] Sutradara Azhar Kinoi Lubis bersama para pemeran film Surat Cinta Untuk Kartini dalam pers conferencenya.
“Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. kehidupan manusia serupa alam” ~ RA. Katini - Habis Gelap Terbitlah Terang
Premiere film Surat Cinta Untuk Kartini, 11 April 2016, Gedung Epicentrum, Kuningan, Jakarta.
A Movie By AZHAR KINOI LUBIS
The Kartini Paper.. ah, mengapa saya memilih judul ini ? Sebelum saya menuliskan artikel ini, saya pribadi bertanya-tanya korelasi antara film berlatar kehidupan Kartini dengan keadaan masa kini. Terkadang bisa dipahami mengapa beberapa film bertema kepahlawanan menjadi kurang diminati di Indonesia dan menurut opini saya, bisa jadi dikarenakan penonton merasa tidak menemukan korelasi antara film tersebut dengan nafas jamannya. Sebelum membahas lebih jauh, berikut sinopsisnya dari versi saya.
SINOPSIS :
Surat Cinta Untuk Kartini sendiri merupakan film kisah cinta berlatar belakang kehidupan Kartini. Catat yah, Kartini disini hadir sebagai latar belakang, bukan sebagai tokoh utama. Adalah seorang pengantar surat bernama Sarwadi (Chicco Jerikho) yang menjadi tokoh utama kisah ini, ia jatuh cinta terhadap wanita pujaannya yaitu R.A.A. Kartini (Rania Putri Sari). Duda beranak satu ini, kesengsem dengan kerendahan hati, pemikiran, cita-cita dan kecantikan Kartini. Untuk menanggapi rasa cintanya, ia berusaha mati-matian membantu keinginan Kartini mengajar anak-anak, khususnya anak anak perempuan di desanya agar mereka bisa belajar membaca dan menulis. Ningrum, anak Sarwadi adalah murid pertama yang dibawanya kepada Kartini untuk diajar. Kegiatan ini berkembang hingga jumlah murid terus bertambah.
Cerita berlanjut dengan konflik batin tokoh utama kita Sarwadi, di satu sisi ia mencintai Kartini tetapi ia juga menyadari bahwa derajatnya jauh di bawah Kartini. Pada masa itu, perbedaan antara kaum bangsawan dengan rakyat jelata ibarat bumi dengan langit. Konflik demi konflik berlanjut antara pergumulan cinta Sarwadi maupun impian Kartini akan pendidikan yang ditentang keluarganya, ia sudah dipingit dan hendak dinikahkan.
Hingga tibalah saatnya kedua tokoh ini bertemu dengan “Tuhan kecil” segala jaman yang terepresentasikan dalam bentuk ADAT ISTIADAT. Menentangnya berarti bisa disebut kurang ajar, bahkan durhaka. Menyerah padanya, berarti kalah dan mengubur impian mereka. Apakah impian Sarwadi dan Kartini gugur, ini bisa dijawab lewat surat yang ditulis oleh masing masing. Surat Sarwadi kepada Kartini dan surat Kartini kepada Sarwadi. Seperti apa jawaban itu ? Maaf, untuk part yang satu ini, harus saya simpan dahulu, selengkapnya dapat anda simak setelah menonton filmnya pada tanggal 21 April 2016 ini.
Jadi sejauh ini kita melihat bahwa keberadaan Kartini sendiri merupakan latar belakang dari kisah cinta Sarwadi yang mendorongnya untuk membantu Kartini mewujudkan cita citanya.