Gheo masih menutup matanya, ia telah berhenti meniup serulingnya, biru pucat memenuhi permukaan bibirnya. Wanita itu sendiri, masih tertidur di dasar. Semenit kemudian, dalam desiran hening suara pendaran kedua gelang itu, Gheo mulai membuka matanya perlahan, menatap wanita di dasar danau itu.
- Bulan ingin menjemput pagi, tapi malam mencuri hatinya -
5 detik kemudian, Laynapun turut membuka matanya. Kekuatannya mulai terkumpulkan kembali, ia seperti pulang dari menjelajah dunia keajaiban, letih tapi bahagia. Tiba-tiba ia teringat, Gheo tak ada di dekatnya ! Ia berdiri sambil berpegangan pada tepian balkon, mencari-cari Gheo, "Gheo.. Gheo ?". Sementara pagi masih jauh, membiarkan gelap menyelimuti villa di tepi danau itu. Danau itu sendiri, sudah nampak seperti semula, air telah memenuhi dirinya.
Kesana kemari, Layna tak berhasil mendapatkan Gheo, ia cemas. Sesaat ia menoleh, melihat ke arah meja kecil bergaya victoria yang ada di sudut balkon. Seruling Gheo tergeletak di atasnya. Seruling yang terbuat dari batang pohon Remu itu.. tergeletak begitu saja. Layna tahu, Gheo tak pernah meninggalkan seruling kesayangannya seperti itu. Bergegas ia mendekat.. tapi langkahnya tertahan saat melihat yang fiksi di atas realita.. ia keheranan. Seruling itu bercahaya.. biru di tepian, merah menyala di intinya. Ia mulai mengeluarkan nada riang meski tanpa ada yang memainkannya. Nada yang mendamaikan hati Layna meski ia tahu Gheo tak ada disana.
Seruling itu terus dan terus mengeluarkan nada.Dan kali ini.. tanpa Gheo yang memainkannya..
Y.G.S ( 3 Jan 2015, untuk seseorang yang terpisah, ketahuilah rindu itu abadi.. R.R)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H