Hutan yang berfungsi sebagai sistem paru-paru kehidupan, tidak dapat dipisahkan sebagai sumber kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia.Â
Rusaknya hutan dapat memutus rantai kehidupan dan sewaktu-waktu akan mendatangkan bencana serta kerugian. Kerusakan hutan dengan seluruh komponen biofisiknya pun secara tidak langsung telah berkontribusi dalam peningkatan pemanasan global. Salah satu isu lingkungan yang menjadi perhatian banyak pihak selama enam dekade terakhir adalah deforestasi.Â
Deforestasi merupakan penggundulan hutan yang biasanya dilakukan untuk mengubah fungsi lahan menjadi fungsi lain, seperti pertanian, peternakan, atau permukiman, sehingga grafik terkait deforestasi pun  berubah secara fluktuatif.Â
Bisa terlihat pada grafik dibawah ini, bahwasannya data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan luas deforestasi Indonesia pada periode 2019-2020 mengalami penurunan sampai 75 persen, atau sebesar 115,5 ribu hektar, dibandingkan periode 2018 -1029 yang mencapai 462,5 ribu hektar. Angka ini meningkat jika dibandingkan periode 2017-2018 yang sebesar 439,4 ribu hektar.Â
Sedangkan pada tahun 2016-2017 angkanya mencapai 480 ribu hektar. Lalu pada periode 2015-2016, yang memiliki angka deforestasi tertinggi dalam enam tahun terakhir, sebesar 629,2 ribu hektar. Secara total, dalam kurun waktu 6 tahun, angka deforestasi mencapai 2,1 juta hektar.
(Sumber Gambar: Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Lingkungan dan Kehutanan)Â
Data tersebut seharusnya bisa menjadi dorangan untuk kita, agar terus melestarikan dan melindungi hutan, supaya nantinya grafik yang berubah secara fluktuatif tersebut bisa terus menurun.Tuhan menciptakan segala sesuatu yang ada, kehindahan yang begitu besar, tentunya bukanlah untuk kita rusak, tetapi haruslah kita jaga dan cintai sebagaimana kita mencintai sesama manusia, karena siapa lagi yang akan melestarikan itu semua jika bukan kita.
Ada beberapa upaya, yang tentunya dapat mencegah deforestasi itu sendiri, misalnya melakukan rehabilitasi dan penanaman kembali pada lahan yang sudah terdegradasi, menncari alternatif untuk pembukaan lahan khususnya yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan, serta melakukan pengolahan lahan secara tepat dan menghindari kerusakan.
Tuhan berikan kita jiwa, pemikiran, emosi, tentunya untuk bisa menikmati kesempurnaan alam dengan jutaan eksotika. Coba sejenak kita renenungkan apabila dunia ini kosong, tidak adanya hutan, tidak adanya laut, gunung, danau, maupun sungai, seolah-olah kita hanya bisa membayangkan betapa sengsaranya manusia, karena tidak adanya sumber pangan dan kehidupan, yang semsetinya bisa didapatkan dari berbagai ciptaan Tuhan tersebut.
Tuhan sudah menyiapkan segalanya, tinggal upaya manusianya saja bagamaina, apakah kita mau merusak demi kepentingan pribadi, atau menjaga dan mencintai demi kepentingan banyak orang.
Cinta terhadap alam merupakan bagian dari bentuk kesyukuran kita terhadap nikmat Tuhan. Dan bersyukur tentunya harus dimulai dengan mengetahui dan merasakan nikmat itu sendiri. Untuk cinta terhadap alam kita harus tau dan mengerti apa saja keindahan yang ada di dalamnya.Â
Sebagai remaja yang sangat diharakan menjadi generasi penerus, perlu bagi kita untuk menamkan dalam diri bahwa berjuta pesona telah menebar di penjuru dunia, alam menjadi devisa yang luar biasa.
Tak perlu bersikeras melawan dan merusak alam, biarkanlah kehidupan dan ketenangan selalu bersanding. Jangan biarkan anak cucu kita menikmati pesona alam hanya melalui lukisannya saja, karena tidak ada yang bisa ditunjukkan dan diceritakan, biarkan mereka menyatu dengan alam dalam ayunan kakinya, agar tidak terjebak dalam kemalangan  harapan.
Hindari penyesalan tentang kehingan alam.Bersama cegah deforestasi, dan cintai alam dengan sepenuh hati.
Reference:
Hutan Indonesia Berkurang 2,1 Hektar Sepanjang 2015-2020
Deforestasi: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Pencegahan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H