Â
Di tengah zaman yang semakin berkembang dan maju ini, tentu membawa dampak-dampak yang baik dan buruk dalam setiap aspek kehidupan manusia. Salah satu bidang yang berkembang pesat di tengah zaman ini adalah bidang teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini dapat kita lihat dari yang dulunya manusia saling bertukar pesan dengan menulis surat, sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menerima pesan. Namun, pada zaman sekarang dengan teknologi yang semakin canggih manusia hanya perlu waktu beberapa detik untuk mengirim dan menerima pesan. Hal ini menunjukkan bahwa sekarang dunia semakin maju dan canggih. Telepon seluler merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk saling bertukar pesan atau berkomunikasi dengan orang lain. Pesan yang dikirim tidak hanya dapat melalui SMS (Surat Masa Singkat), melainkan dapat melalui berbagai aplikasi yang ada di dalam telepon seluler. Aplikasi-aplikasi yang digunakan untuk melakukan pengiriman pesan singkat, pesan suara, telepon jarak jauh, bahkan video call biasa disebut dengan media sosial.
Media sosial merupakan sebuah platform yang digunakan untuk berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Di zaman sekarang ini, bukan kalangan orang dewasa saja yang dapat menggunakan telepon seluler dan mengakses media sosial, melainkan kalangan anak-anak pun sudah mulai menggunakan telepon seluler dan mengakses media sosial. Bahkan tidak mengejutkan lagi apabila anak-anak lebih pandai menggunakan media sosial dibandingkan dengan orang dewasa. Anak-anak di zaman sekarang sangat hebat dalam menggunakan media sosial. Dilansir dari kompasiana.com, penggunaan aplikasi media sosial mengharuskan sebagian besar penggunanya harus berusia minimal 13 tahun. Akan tetapi, dari data Cleveland Clinic mengatakan bahwa 50% anak-anak berusia 10-12 tahun dan 30 persen merupakan anak-anak berusia 7-9 tahun yang telah mengakses media sosial. Hal ini membuktikan bahwa di kalangan anak-anak sendiri sudah banyak mengakses media sosial. Apalagi di saat pandemi sekarang yang menuntut anak-anak untuk belajar dari rumah dengan menggunakan metode pembelajaran daring (dalam jaringan). Hal ini membuat anak-anak harus memiliki telepon seluler untuk mendukung kegiatan belajar mereka di tengah pandemi covid-19 agar dapat berjalan efektif.
Penelitian terbaru yang dipublikasi oleh Cleveland Clinic (Kompasiana.com, 2021) mengatakan bahwa anak-anak yang usianya dibawah 11 tahun dan kini sudah menggunakan media sosial (Instagram dan Snapchat) lebih cenderung memiliki perilaku digital yang bermasalah sehingga tidak memiliki teman di dunia nyata dan lebih sering mengunjungi situs negatif. Dilihat dari segi ini, menunjukkan bahwa karena terlalu keseringan menggunakan media sosial, anak-anak sampai tidak peduli akan sesama yang ada di sekitar mereka. Sesuai umurnya, seharusnya anak seusia ini mempunyai banyak waktu untuk bermain bersama dengan teman-teman seusia mereka. Disisi lain, dengan selalu mengunjungi situs yang tidak baik (Negatif) di usia anak seperti ini, tentunya dapat mengganggu mental mereka kedepannya.
Aplikasi tiktok juga sedang ramai dimainkan oleh setiap kalangan masyarakat di saat sekarang ini. Aplikasi tiktok menampilkan berbagai video yang dapat ditonton oleh setiap kalangan masyarakat, bahkan setiap orang juga dapat melakukan video-video apa saja yang nantinya dapat diunggah di Tiktok. Tiktok tidak terlepas dari kalangan anak-anak. Akan tetapi, dari penelitian yang juga dilakukan oleh Cleveland Clinic (Kompasiana.com, 2021) mengatakan bahwa anak-anak yang memainkan aplikasi tiktok sering melakukan gerakan berulang yang diluar kesadarannya. Hal ini diakibatkan anak merasa stress dan kecemasan. Dengan begitu, fungsi kognitif dan eksekutif pada anak tidak dapat berjalan dengan baik dan membuat anak tidak mengenal lingkungan sekitarnya. Penyebabnya adalah anak lebih sering menggunakan telepon seluler untuk memainkan media sosial dan tidak memperdulikan kehidupan sosial di sekitarnya.
Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk menjaga anak-anaknya agar tidak selalu untuk memainkan media sosial. Orang tua sebagai guru pertama bagi anak-anaknya harus mampu mengontrol dan membatasi aktivitas anak dalam memainkan media sosial. Dengan membatasi penggunaan media sosial, orang tua dapat menolong anak agar dapat berinteraksi dengan kehidupan sosial secara nyata yang ada di lingkungan sekitarnya serta mengajari anak tentang budaya-budaya yang ada di sekitarnya. Hal ini dilakukan demi kebaikan anak agar anak dapat mengetahui mengenai budaya yang baik dan buruk ditengah lingkungan sosialnya serta berinteraksi di kehidupan nyata.
Di satu sisi, media sosial dapat membantu anak untuk mengenal masyarakat dari berbagai daerah serta budaya yang lain. Misalnya saja aplikasi tiktok dimana video-video atau konten yang dibagikan kadang memberikan pelajaran bagi anak. Dari tiktok anak-anak dapat melihat bagaimana pariwisata, tarian, atau budaya dari tempat yang lain. Dengan adanya telepon seluler, anak dapat bermain game online dengan anak-anak lain dari berbagai daerah, hingga akhirnya ada yang saling bertukar pesan setiap harinya. Hal ini menunjukkan adanya komunikasi antar budaya yang berbeda. Seorang anak juga memainkan media sosial facebook, instagram, WhatsApp, dan Telegram yang mana terdapat kemungkinan besar untuk dapat berkomunikasi dengan anak-anak dari daerah lain dan menonton banyak video-video yang di posting di media sosial mengenai kondisi budaya suatu daerah. Sehingga, dengan adanya media sosial juga dapat membantu anak untuk memahami dan mempelajari budaya luar.
Daftar Pustaka :
Kompasiana. (2021). Bahaya Sosial Media untuk Anak, Orangtua Wajib Tahu. Retrieved Desember 9, 2021, from www.kompasiana.comÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H