Tapi-tunggu-sebentar, wajarkah jika ia merasa seperti ini? Atau tunggu, mungkin ada kesalahan tentang makna sabar yang ia pahami. Bila seperti itu, bukankah yang ia lakukan tidak lain hanyalah menjajah dirinya sendiri. Jadi siapa yang sebenarnya memborbardir mental, perasaan, bahkan fisiknya jika bukan dirinya sendiri? Tolong katakan siapa yang harus bertanggung jawab atas kondisinya yang semakin menurun ini.
Tapi serba salah memang hadir disini, bagaimana ia terjebak dalam tanggung jawab yang tidak bisa diwakilkan bahkan pada bayangannya sendiri, jika kau tahu, gambarannya seperti saat bobotoh hendak melakukan penukaran tiket untuk menonton pertandingan. Maka ternyata menjadi sabar dan dewasa adalah hal yang kompleks.
Tidak bisa kau dalami sesingkat dua bulan atau bahkan selama kau hidup, kau akan mendapatkan tahap demi tahap pelajaran yang berbeda tentang makna sabar yang hakiki. Dan mungkin sabar yang ia lakukan selama ini menjadi benar, tapi apakah sabar seperti itu menjadi langkah yang baik? Kurasa tidak.Â
Lantas mengapa ia tidak mencoba untuk bernegosiasi pada pemegang kendali kekuasaan? Ada hal yang ia takutkan dan begitu malas ia perdebatkan. Ia tidak bisa berpikir positif dalam situasi seperti ini, itu membuat pemikirannya semakin menjadi-jadi "Tidak perlu lah meminta maklum dari orang lain, toh semua orang juga terlihat tega."Â
Akhirnya ia lebih memilih untuk salah pada serba yang tadi kubilang, mengorbankan dirinya dengan dalih sabar yang ia dewakan. Jika itu menjadi pilihannya, kumohon beritahu ia bahwa ada konsekuensi besar yang akan ia dapatkan bila terus menerus seperti ini.Â
Hal yang justru menjadi gerbang bagi orang lain untuk bersikap seenaknya kan? Maka ini bukan lagi tentang sabar, tapi tentang pemikiran dewasa dan pengambilan keputusan yang tepat.Â
Tidak ada salahnya untuk meminta izin dan mengambil jeda, manusia punya batas dalam bertugas karena ia punya maksimum kapasitas, meski sebenarnya aku tau, alasan terbesar adalah: bukan kalimat positif yang ingin ia dapatkan dari orang lain, tapi ada kalimat negatif yang ingin ia hindari dari orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H