Mohon tunggu...
Getha Dianari
Getha Dianari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Tunggu sesaat lagi, saya akan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Supaya Hidup Gak Gini-gini Aja ala Desi Anwar

30 Maret 2019   10:02 Diperbarui: 30 Maret 2019   10:47 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desi Anwar dalam acara LCBigClass 19 Februari 2019| Dokumentasi pribadi

Wah rasanya sudah cukup lama mangkir dari Kompasiana! Belakangan saya mengikuti beberapa seminar singkat. Dari mendengarkan pelajaran hidup orang lain, saya jadi berpikir ulang tentang hidup saya sendiri, yang sedang dan seharusnya dijalani. Hal itu sedikit banyak mengurai konsentrasi saya untuk menulis. Daripada jadi pikiran yang melayang-layang, bagaimana jika saya tumpahkan saja sekalian dalam artikel ini?

Tanggal 19 Februari 2019 bertempat di 1ParkAvenue Jakarta, saya diundang seorang kerabat untuk hadir pada event bertajuk LCBigClass Ngobrol Bareng Silverius Onte & Desi Anwar.

Apa yang terbesit di pikiran Anda ketika mendengar Desi Anwar? Seorang jurnalis kawakan, super pintar, berkharisma, pokoknya semua predikat keren melekat pada dirinya, bukan? Dibalik kesuksesannya, ternyata ada proses yang tidak instan dan tentu kisah itulah yang tak banyak orang ketahui.

Karena sang ayah berkarir di Inggris, Desi Anwar tumbuh dewasa di Negeri Raja itu. Lantaran sama sekali tak terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia sebagai pengantar, saat memulai karirnya di RCTI ia mendapat banyak sekali kritik dari rekan kerja hingga pemilik perusahaan. 

Ia seperti dikucilkan oleh satu lingkungan kerja karena dianggap sombong (kebule-bulean). Sedang saat tampil di layar kaca, ia mendapat sentimen dari pejabat perusahaan karena dianggap tak pantas membawakan acara Indonesia dengan logat asing.

Tak menyerah dengan kondisi tersebut, Desi Anwar malah bersemangat untuk melakukan pembuktian. Di tengah kesibukannya, ia belajar Bahasa Indonesia, kosa kata dan pelafalannnya. Sembari belajar, mengingat kekurangannya saat itu, ia meminta kepada tim agar diijinkan mengisi acara tengah malam saja dimana rating penonton rendah. Jika jam 11 malam selesai siaran, lanjut belajar hingga jam 1 dini hari, jam 7 pagi sudah harus kembali lagi di kantor.

Hingga pada satu hari, Desi Anwar berhasil mempelopori sebuah program berita unggulan di Indonesia yang disiarkan secara live, Seputar Indonesia. Program ini menurutnya menjadi awal kemunduran TVRI. Menawarkan berita dengan nuansa berbeda, pengemasan laporan lebih atraktif, dan informasi variatif. 

Program berita ini memiliki sisi entertain dan diminati masyarakat. Di samping itu, kritik tentang pelafalan Bahasa Indonesia seorang Desi Anwar sudah tak terdengar lagi.

Kiprah Desi Anwar melejit, tak lengkap jika event-event kenegaraan tak diliput olehnya. Pejabat atau tokoh mana yang tak mau diinterview oleh Desi Anwar? 

Desi Anwar tak lantas berpuas diri. Kian hari ia malah makin tertantang untuk mengaktualisasi diri. Tak hanya menteri dan presiden di Indonesia, Desi Anwar acap kali mewawancarai public figure dunia. Ada saja interview yang didapat setelah perjuangan keras karena banyak tokoh dunia yang memiliki pengamanan ketat dan sangat menjaga ruang gerak media.

Tidakkah gerogi mewawancara tokoh-tokoh besar di Indonesia, apalagi dunia? Kalau soal ini, Desi Anwar tak memungkiri itulah tantangan yang selalu ia coba taklukan. Pada dasarnya semua manusia, berlatar belakang apapun, seterkenal apapun, sekaya apapun, atau seadigdaya apapun, mereka tetaplah manusia, sama seperti kita. 

Disamping kelebihannya, mereka punya kelemahan dan emosi untuk tertawa atau bersedih sama seperti kita. Ini persoalan bagaimana kita memandang lawan bicara sebagai sama-sama manusia sehingga muncul keintiman, keterbukaan, dan komunikasi yang mengalir.

Desi Anwar juga tetap mempertahankan style bercelana panjang dan rambut pendek. Enggan memakai rok atau berambut panjang seperti halnya pembawa acara atau jurnalis wanita lain, bahkan saat menghadiri acara kenegaraan sekalipun. Ia adalah seorang yang aktif bergerak dan tangkas sehingga tidak mau hal neko-neko seperti rok atau dandan berlebihan malah menghambat geraknya. Rachel Zoe berkata, "Style is a way to say who you are without having to speak."

Belajar dari Desi Anwar

So, pelajaran apa yang bisa dimaknai dari seorang Desi Anwar?

1. Bertahan di Lingkungan Kerja yang Tidak Kondusif

Untuk kita-kita para postmillenial yang baru memulai karir, saya sering mendengar keluhan dari sobat-sobat yang tidak suka dengan pekerjaannya karena lingkungan kerja tidak kondusif alias tidak menyenangkan. Atau sebaliknya, ada juga sobat-sobat yang suka dengan pekerjaannya karena lingkungan kerjanya asyik.

Jika mendapati lingkungan kerja tidak menyenangkan, lantas harus bagaimana? Bawaannya ingin cepat-cepat dapat jalan keluar bukan? Jalan keluar dari pekerjaan alias resign. Hehehehe...

Ya betul, itu termasuk pilihan dan Anda berhak menentukannya. Namun berbeda dengan Desi Anwar, ia lebih memilih untuk bertahan dan membuktikan. Seperti keyakinan Sabari dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, Tuhan berhitung dan suatu saat akan berhenti berhitung, kita manusia perlu bersabar hingga timbal balik kesabaran itu datang.

Mendapat pekerjaan yang sesuai dengan passion atau berpotensi menunjang pengembangan diri adalah sebuah prestasi. Jika dalam perjalanannya ada banyak hal kurang menyenangkan datang, ingat kembali anugerah itu, fokus pada tujuan awal dan apa yang harus dikerjakan. 

Pada tahap selanjutnya, ukur kelebihan dan kekurangan, belajar menaklukan kekurangan-kekurangan yang ada, dan tunjukkan progress belajar kita melalui ide, project inisiatif maupun kesempatan-kesempatan yang datang saat berdiskusi atau menyelesaikan permasalahan dalam tim.

2. Menyeberangi Api

Jika kerja keras kita dalam belajar dan mengerjakan project sudah membuahkan hasil, berpuas dirilah tapi hanya boleh sebentar. Di sela-sela seminar, Desi Anwar juga berkata, jika ada hal yang tidak menyenangkan menimpa diri kita, bersedihlah tapi hanya boleh sebentar. 

Dalam Qur'an Surah Al-Insyirah ayat tujuh dikatakan, "Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)". That's the point, Kawan!

Tantanglah diri kita untuk memikirkan ide apa lagi, menemukan masalah apa lagi, mengerjakan project apa lagi, belajar apa lagi. Harus lebih tinggi tingkat kesulitannya dari tempo hari. 

Hal ini sama dengan menantang diri sendiri menyeberangi api. Ketika kita berada di tengah kobaran api, maka kita akan berpikir dengan segala cara, menetapkan amunisi yang cukup seperti kain basah atau sekujur tubuh yang telah diguyur air, serta keberanian maksimal untuk menaklukan api di depan mata daripada harus dilahap api dan mati.

3. Apa Salahnya Menjadi Berbeda?

Sejak awal, Desi Anwar adalah orang yang berbeda, ia menggunakan logat asing dalam berbahasa Indonesia. Meski begitu, perbedaan tersebut malah membuat ia selalu dipercaya meliput dan mewawancarai event-event berskala internasional atau kunjungan tokoh-tokoh mancanegara. Kalaupun ternyata perbedaan itu disudutkan, malah seharusnya di titik inilah kita memiliki tekad lebih dari siapapun untuk melakukan pembuktian.

Dalam perjalanannya, Desi Anwar juga memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai bagaimana seharusnya berita dikemas untuk masyarakat sehingga siapapun mau nonton berita. Coba bandingkan, bagaimana pengalaman Anda saat menonton Dunia Dalam Berita dan Seputar Indonesia?

Malu mengungkapkan ide disaat kita berpikir akan sia-sia saja karena semua orang tidak akan menerimanya, adalah lebih sia-sia daripada ide itu sama sekali tidak disampaikan atau tidak dicoba. Charles Swindoll, "Life is 10% what happens to me and 90% of how I react to it."

Dalam masalah penampilan pun begitu, Desi Anwar punya kepercayaan diri untuk menunjukkan ia apadanya meski berbeda dari kebanyakan orang di bidangnya. Inilah cara untuk menunjukkan siapa diri kita dan eksistensi kita. 

Jadi, apa salahnya menjadi berbeda? Sesuatu yang indah dikatakan namun tak mudah dilakukan, kita selalu membutuhkan keyakinan dan keberanian untuk menjadi berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun