Mohon tunggu...
Getha Dianari
Getha Dianari Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Tunggu sesaat lagi, saya akan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

3 Hari 2 Malam di Malaysia

10 Maret 2019   15:24 Diperbarui: 11 Maret 2019   06:13 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena satu rumpun dengan Indonesia, rasanya wajar kalau penduduk Malaysia didominasi keturunan Melayu atau Tionghoa. Lantas kenapa orang-orang India juga mendominasi negara ini?

Komoditas Malaysia mulanya adalah karet, minyak bumi, dan timah. Anda pernah menonton film Barfi!? Orang-orang India terkenal akan pengelolaan tanaman karet, dari mulai tanam, panen, dan pengolahan getah. Jadi orang-orang India dahulu didatangkan atas tujuan itu hingga beranak-cucu. Namun sayangnya berangsur-angsur industri karet lenyap dan sekarang Malaysia menjadikan kelapa sawit sebagai komoditas alternatif.

Barangkali karena penggusuran pekerjaan itu, keturunan India di Malaysia saat ini lebih mendominasi pekerjaan-pekerjaan seperti sopir transportasi, satpam, dan pelayan-pelayan. Sedangkan keturunan Tionghoa dikatakan sebagai penduduk paling tekun dan cukup superior secara materiil, mereka bisa ditemui dari mulai sektor bisnis kecil hingga besar.

Mengenai hiburan tanah air, alih-alih mengonsumsi karya dalam negeri, generasi muda Malaysia malah lebih menggemari musik-musik dan perfilman Indonesia atau Korea. Tak saya sangka, Korean Wave juga menyapu Malaysia (baca artikel: Drama Korea dalam Satu Dekade).

Selama di Malaysia, saya mendengar lagu Poco Poco diputar pada Odong-odong, Surat Cinta Untuk Starla dilantunkan pemain sexophone, dan Lagi Syantik dinyanyikan band jalanan. Sedangkan mall-mall memutar lagu-lagu K-Pop sebagai musik latar dan memajang poster boyband dimana-mana.

Sebagai warga Indonesia, saya bangga negara ini menyebar pengaruh besar terhadap kebudayaan negara lain. Tapi ada satu budaya yang seharusnya dipelajari semua masyarakat Indonesia dari Malaysia, yakni budaya disiplin menjaga kebersihan. Boleh jadi suku dan karya seni Indonesia lebih beragam dan kreatif dibanding Malaysia, tempat-tempat wisata Indonesia lebih banyak dan cantik dibanding Malaysia, tapi apa gunanya jika sampah selalu bisa ditemui dantara keindahan-keindahan itu? Karena nila setitik rusak susu sebelanga.

Have a nice trip!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun