Mohon tunggu...
Djendoel Gesti
Djendoel Gesti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang gadis yang selalu haus dan lapar tentang ilmu kehidupan..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

ini hari

15 September 2012   10:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:25 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini hari,  anda memandang saya dengan bosan.

Ini hari,  anda benar-benar meninggalkan saya di tengah-tengah kaum adam yang bergelayut dalam bis yang berderak-derak. Jika memang itu karena ucapan saya, maka memang anda sungguh tega. Jika anda merasa telah melakukan segalanya untuk saya, maka memang benar adanya.

Dan ini hari, anda benar-benar meninggalkan saya, tanpa menoleh ke belakang. Sedikitpun.

Saya tidak lebih dari seekor nyamuk yang anda tepuk dan meninggalkan noda di kulit anda. Bukan, bukan kulit tangan anda, mungkin kulit sepatu anda.

Keheningan anda itu sungguh membuat nyeri.

Tapi saya tahu, saya akan kuat melawan nyeri ini. Saya perempuan desa yang kuat, saya kokoh, saya sanggup berdiri sendiri tanpa uluran tangan anda. Dan janganlah anda mengasihani saya karena saya tidak butuh itu.

Anda mungkin sudah tidak sabar lagi dalam menghadapi saya, dan tidak mengharap saya lagi. Tentu anda sudah lelah mengingat saya selalu menggantung keinginan-keinginan anda. Ya sudah, jika anda tidak menerima keadaan saya lagi, ya sudah. Ya sudah. Ya sudah. Mau apalagi saya?

Percuma.

Anda hanya akan memaki sunyi, memukul tembok, melampiaskan amarah anda yang menyebabkan saya makin nyeri.

Tak bisakah, anda menunggu? Tolonglah. Anda adalah alasan saya bertahan, namun saya hanya butuh waktu.  Itu saja, waktu.

Tentu tidak. Untuk apa seorang seperti anda menunggui rakyat jelata seperti saya.

Tapi cara anda meninggalkan saya kali ini benar-benar pilu. Setelah sekian hari saya menahan rindu.

Ketahuilah wahai penguasa,

saya benar-benar mencintai anda.

Peduli anda seorang amoral, kaum aristrokat, borjuis atau apalah. Sungguh, cinta ini telah membutakan diri saya. Hingga semuanya menjadi gelap, pekat, buram.

Seperti ini hari,

ketika anda meninggalkan saya.

Ya, ini hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun