"Selamat ulang tahun, gesthi." Terus, terus dan berulang kali dia mengucapkannya.
Aku terdiam sejenak. Ini lucu kan.
“Ayo tiup lilinnya.” Katanya lagi.
Aku meniup lilin itu dari jauh, dari kota Malang ke Bogor. Entah tiupanku sampai atau tidak, tapi lilin itu mati karna dia membantuku meniupnya. “Apa aku boleh menangis?” Pikirku. Ini sebuah kejutan yang amat tidak ternilai jika dibandingkan dengan apapun. Dia membeli sebuah cake, yang bahkan tidak mungkin aku bisa menyentuhnya, meniup lilin yang ada diatasnya, apalagi untuk memotong dan memakannya bersama.
Saat itulah, aku kembali terdiam. Berpikir sejenak, dia tidak melupakanku. Dia masih menganggap aku berharga untuknya. Kejutan itu, sederhana, konyol, tapi itulah bunga bunga yang membuat hubungan jarak jauh dengannya ini semakin pantas untuk dipertahankan.
“Makasih, sayang.” Bisikku padanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H