Mohon tunggu...
Nada Cutyasmin
Nada Cutyasmin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belum Menikah

Tugas UTS Mata Kuliah Strategi Pengembangan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bukan Demam Biasa

13 Maret 2022   23:31 Diperbarui: 13 Maret 2022   23:37 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penyebaran virus Covid-19 saat ini sedang menjadi kekhawatiran berbagai negara di dunia. Diperkirakan jumlah total kasus yang terkena infeksi virus corona di dunia mencapai 378.287 kasus. Saat ini, World Health Organization (WHO) sudah menetapkan Covid-19 ini sebagai pandemi yang telah menyebar ke 114 negara. Di Indonesia sendiri, jumlah yang terkena virus corona semakin hari makin bertambah jumlahnya. Ditemukan 686 kasus positif Covid-19 di Indonesia hingga tanggal 24 Maret 2020.

Pandemi merupakan epidemi penyakit yang menyebar dengan wilayah yang luas. Dampak dari pandemi sangat dirasakan oleh masyarakat, mulai dari ekonomi, sosial, kesehatan fisik, dan kesehatan mental. Orang tua menjadi cemas tentang kesehatan keluarganya, para pencari nafkah khawatir dengan keberlangsungan hidupnya dalam situasi tidak menentu, tenaga kesehatan mengalami burn out atau kelelahan secara mental dengan panjangnya jam kerja serta minimnya interaksi dengan social support mereka, dan lain sebagainya.

Ditemukannya kasus positif yang semakin meningkat, membuat individu pada akhirnya memunculkan perasaan cemas dan takut, atau menjadikan pandemi sebagai sumber stres tersendiri. 

Kecemasan pada dasarnya merupakan respon umum yang terjadi pada diri manusia. Kecemasan adalah sebuah reaksi dari insting manusia untuk dapat bertahan hidup. 

Ketika seseorang merasa cemas, maka sebenarnya ia sedang menghadapi hal yang ia persepsikan sebagai sesuatu yang membahayakan atau mengancam kehidupannya. 

Munculnya perasaan cemas ini memengaruhi kondisi kita secara biologis. Tubuh memberikan berbagai macam reaksi yang memperingatkan bahwa ada sesuatu yang sifatnya mengancam. Reaksi-reaksi fisik yang dapat dirasakan secara wajar ketika seseorang berada dalam keadaan cemas adalah jantung berebar, berkeringat, dan lain sebagainya.

Ketika rasa cemas ini muncul, kita kemudian akan mencari cara-cara agar dapat mengantisipasi kecemasan, menghindari, atau meminimalisir dampak yang dapat mengganggu keberlangsungan hidup. Respon untuk meredakan perasaan tidak menyenangkan yang dilakukan setiap orang pun bervariasi, mulai dari respon adaptif hingga respon panik. 

Respon yang tergolong adaptif seperti tetap tenang, melaksanakan protokol pembersihan diri, atau mengikuti anjuran untuk membatasi aktivitas berkelompok. Respon yang tergolong panik seperti membeli barang dalam kuantitas yang besar, denial atau melakukan penolakan terhadap fakta-fakta yang ada, tetap melakukan aktivitas dan bahkan menentang beberapa anjuran kesehatan.

Dibutuhkan tindakan-tindakan positif untuk dapat mengatasi berbagai perasaaan tidak menyenangkan yang muncul sebagai dampak dari pandemi ini. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan secara mandiri untuk dapat bereaksi secara adaptif terhadap situasi yang sedang kita hadapi saat ini, seperti:

1. Mengedukasi diri

Bekali diri dengan informasi-informasi yang tepat untuk membantu kita memahami situasi. Informasi yang tepat akan membantu kita untuk menemukan cara-cara yang baik untuk dapat mengatasi perasaan-perasaan akan ketidakpastian yang sedang kita hadapi. Pastikan bahwa informasi tersebut kita dapatkan melalui sumber yang tepat dan terpercaya. Batasi diri dari segala informasi yang sekiranya hanya akan membuat perasaan kita tidak nyaman.

2. Mengembangkan pola hidup yang sehat

Pola hidup sehat tidak hanya memberikan dampak secara fisik, tetapi juga berdampak positif secara psikologis. Mengembangkan pola hidup sehat akan memberikan perasaan bahwa diri kita memiliki kekuatan untuk dapat mengendalikan situasi penyebaran pandemi yang tidak menentu serta memberikan dampak positif secara langsung pada kondisi fisik.

3. Mengembangkan pola pikir positif dan adaptif

Coba temukan banyak hal-hal menarik di sekitar kita agar tidak hanya terfokus pada buruknya situasi saat ini. Temukanlah hal-hal yang dapat disyukuri di dalam kehidupan kita sampai saat ini. Berusaha tersenyum dan yakinkan diri bahwa terdapat jalan keluar untuk setiap persoalan.

4. Menciptakan ‘lingkungan’ yang sehat

Mulailah menciptakan lingkungan yang sehat bagi diri dan keluarga. Gunakan kesempatan yang ada untuk dapat memperdalam interaksi dengan orang-orang terdekat seperti keluarga, melakukan berbagai aktivitas yang mungkin sebelumnya sudah pernah ingin dilakukan tapi tidak memiliki kesempatan untuk melakukan hal tersebut, mendalami berbagai hobi yang mungkin sempat terlupakan, dan berbagai hal yang kita rasa mungkin akan membuat diri kita merasa lebih baik.

5. Berkonsultasi dengan ahli

Jika kita sudah merasakan perubahan-perubahan yang signifikan dan sangat memengaruhi kehidupan serta performa kita dalam menjalani aktivitas keseharian, berbicara dengan ahli akan membantu kita untuk memahami kondisi yang sedang terjadi pada diri serta menemukan cara mengatasi hal tersebut. 

Dalam situasi pandemi, ada banyak layanan-layanan penanganan psikologis berbentuk daring/online yang dapat kita manfaatkan untuk setidaknya membantu kita dalam meluapkan perasaan serta kecemasan akan situasi yang terjadi.

Kondisi ini bukan yang kita harapkan di dalam hidup kita. Namun, seperti kejadian-kejadian buruk yang terjadi dalam kehidupan kita lainnya, akan ada titik dimana kehidupan akan berubah menjadi lebih baik. Pada akhirnya semua yang kita alami akan menjadi bagian dari pengembangan diri untuk dapat menjadi seseorang yang lebih baik di kemudian hari.

Beberapa tips menjaga kesehatan dimasa pandemi Covid-19 : 

  • Konsumsi makanan sehat untuk meningkatkan imunitas tubuh.
  • Kurangi konsumsi alkohol dan minuman bergula.
  • Usahakan aktivitas fisik 30 menit/hari.
  • Jika bekerja di rumah setiap duduk 30 menit, istirahatlah.
  • Dan yang terakhir adalah stop merokok.

Lalu pada saat pandemi bagaimana dengan keadaan lansia? Lansia di masa pandemi Covid-19 adalah kelompok masyarakat yang paling rentan terdampak kesehatan fisiknya. Tak hanya itu, lansia juga rentan menghadapi dampak kesehatan mental akibat adanya kebutuhan untuk jaga jarak.

KESIMPULAN :

Dalam menghadapi situasi yang terdampak Covid-19 seperti saat ini, alangkah baiknya jika kita tetap waspada dalam melakukan segala kegiatan maupun rutinitas seperti seharusnya. Apalagi sekarang Indonesia sendiri sudah menghadapi era New Normal dengan beberapa syarat yaitu mengikuti protokol kesehatan. New Normal adalah tahapan baru setelah kebijakan stay at home, work from home dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah secara masif penyebaran virus Corona.

DAFTAR PUSTAKA :

Putsanra, Dipna Videlia. 2020. ”Apa itu New Normal dan Bagaimana Penerapannya saat Pandemi Corona”, https://tirto.id/apa-itu-new-normal-dan-bagaimana-penerapannya-saat[1]pandemi-corona-fCSg

Utomo, Ardi Priyatno. 2020. "10 Persen penduduk dunia mungkin terkena Covid-19",

https://www.kompas.com/global/read/2020/10/05/232606270/who-10-persependuduk[1]dunia-mungkin-sudah-terkena-covid-19?page=all

Buana, Dana Riksa, "Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesejahteraan Jiwa" Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Volume 7, No. 3 (2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun