Mohon tunggu...
Linus Gersim Jehuni
Linus Gersim Jehuni Mohon Tunggu... -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Caci di Manggarai Flores Nusa Tenggara Timur: Sebuah Budaya yang Kaya akan Nilai

6 November 2014   06:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:30 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Caci di ManggaraiFlores Nusa Tenggara Timur:

Sebuah Budaya yang Kaya akan Nilai

Caci adalah salah satu budaya Manggarai yang merupakan ekspresi tradisional budaya Manggarai. Di Manggarai Flores NTT, Tarian Caci merupakan suatu permainan adu ketangkasan antara dua orang laki-laki dalam mencambuk dan menangkis cambukan lawan secara bergantian. Tarian Caci terlihat begitu heroik dan indah karena merupakan kombinasi antara Lomes (keindahan gerak tubuh dan busana yang dipakai), Bokak (keindahan seni vokal saat bernyanyi) , dan Lime (ketangkasan dalam mencambuk atau menangkis cambukan lawan). Caci secara etimologis berasal dari dua kata yaitu Ca yang berarti satu, dan Ci yang berarti lawan. Jadi Caci berarti tarian seorang melawan seorang yang lain. Tarian ini menggambarkan suka cita masyarakat Manggarai. Caci adalah tarian kesatriaan para pria. Caci atau tari Caci adalah sebuah tari perang di mana sepasang lelaki bertarung di sebuah lapangan dengan menggunakan cambuk dan perisai. Penari yang memegang cambuk bertindak sebagai penyerang dan penari lainnya yang memegang perisai bertindak sebagai seorang yang bertahan. Para pemain Caci dibagi menjadi dua kelompok yang secara bergantian bertukar posisi sebagai kelompok penyerang dan sebagai kelompok bertahan. Caci selalu dimainkan oleh kelompok tuan rumah (ata one) dan kelompok pendatang dari desa lain (ata peang). Beberapa pernak-pernik dalam Caci dalam bahasa Manggarai adalah, panggal, lalong ndeki, nggororng, nggiling, aging, larik, sapu dan songke. Dalam Caci, tidak boleh menyerang bagian tubuh dari pinggang ke bawah. Para pemain hanya diperbolehkan menyerang baginan tubuh dari pinggang ke atas. Bila pukulan lawan tidak dapat ditangkis, maka pemain akan terkena pecutan dan mendapatkan luka cambukan. Dan jika mata terkena cambukan maka pemain dinyatakan kalah (beke), dan kedua pemain langsung segera diganti. Tari Caci hanya dilaksanakan apabila ada acara penting. Misalnya pada upacara penti, ritual tahun baru, upacara pembukaan lahan, dan upacara besar lainnya.

Dilihat secara sepintas, Caci adalah sebuah tontonan hiburan yang mengandung unsur kekerasan di dalamnya. Namun jika kita melihat lebih dalam, kita akan menyadari bahwa tarian ini merupakan budayatradisional Manggarai yangmerupakan ekspresi budaya Manggarai. Caci bukan sekedar hiburan belaka. Ia merupakan budaya, dan seperti budaya pada umumnya, ia mempunyai nilai-nilai yang berharga dan bermanfaat. Caci bukanlah tarian aksi yang berbau kekerasan, melainkan tarian yang menggambarkan keakraban dan persaudaraan. Prisnsipnya adalah sporting dan kreatif dalam aksi. Ia penuh dengan nilai dan simbolisme. Yang ingin ditampilkan di sana adalah seni bertanding secara sehat dan sportif. Sportifitas yang tinggi antara lain ditunjukkan lewat pengendalian diri untuk tidak harus menerapkan prinsip sama rasa sama rata. Pihak yang memukul tidak harus mendapat giliran menangkis. Posisinya bisa diganti orang lain. Pihak lawan biasanya tidak memprotes. Di sini terlihat aspek lain yakni kerelaan untuk berkorban. Semuanya dihayati dalam suasana penuh kekeluargaan dan kebersamaan. Tarian ini jugamengandung makna kepahlawanan dan keperkasaan. Dimana keperkasaan itu tidak harus dilakoni lewat kekerasan melainkan juga lewat kelembutan yang ditunjukan dalam gerakan-gerakan yang bernuansa seni. Sedangkan nilai kepahlawanan tampak ketika seorang pemain Caci rela menerima cambukan sebagai wakil dari kampungnya. Hal ini dijalani oleh pemain Caci bukan sebagai suatu beban melainkan sebagai suatu kebanggaan. Selain itu, budaya Caci juga mengajarkan tentang nilai keakraban dan sikap menerima kekalahan. Dalam arena pertarungan, seringkali para pemain terkena pukulan cambuk dan menimbulkan luka yang cukup serius. Namun para pemainnya tidak menyimpan dendam akan hal itu. Justru sebaliknya, pertarungan yang terjadi di arena akan menambah keakraban baik diantara para pemain maupun di antara masyarakat kampung yang menyaksikan acara tersebut. Orang yang kalahpun tidak berkecil hati. Ia mampu menerima kekalahan dengan lapang dada serta tidak menyimpan dendam atas kekalahannya.

Seperti yang dituliskan pada awal tadi, Caci adalah salah satu budaya Manggarai yang merupakan ekspresi tradisional budaya Manggarai. Jadi dapat dikatakan bahwa Caci ini sendiri merupakan ekspresi atau sarana untuk menyalurkan karakteristik budaya Manggarai. Jika kita menonton tarian Caci dan mampu memetik nilai-nilai di dalamnya, maka kita akan menemukan bahwa Caci merupakan gambaran dari budaya Manggarai, karena pengungkapan nilai-nilai budaya Manggarai salah satunya adalah tarian Caci ini. selain itu, kita akan mampu memahami sifat orang-orang Manggarai. Karena budaya memppengaruhi sifat seseorang ataupun sekelompok orang.

Ada banyak hal menarik yang bisa kita dapatkan ketika kita menonton Caci. Selain kita mendapatkan hiburan, kita juga dapat mengetahui budaya Masyarakat Manggarai, dan yang paling penting adalah dalam Caci ada nilai kehidupan yang bisa diambil dari padanya. Jadi tarian Caci adalah tarian yang patut untuk disaksikan serta harus dilestarikan. Ia adalah budaya bangsa yang bernilai tinggi serta patut mendapat perhatian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun