Mohon tunggu...
Gerry Mahendra
Gerry Mahendra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demam Kata Effect

11 April 2014   23:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:47 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat setelah deklarasi Jokowi sebagai capres PDIP, banyak kalangan yang berpendapat bahwa PDIP akan memperoleh lonjakan perolehan suara pada Pileg 2014. Hal ini didasarkan pada efek magis seorang Jokowi atau lebih sering disebut Jokowi Effect.

Namun kenyataan yang terjadi di lapangan berkata lain, PDIP walapun berdasarkan perhitungan cepat dari beberapa lembaga survey selalu menduduki peringkat teratas nyata nya tidak menang secara telak. Perolehan suara mereka juga tidak begitu jauh jika dibandingkan dengan perolehan partai Golkar dan Gerindra di peringkat kedua dan ketiga.

Jokowi Effect yang digadang-gadang akan menimbulkan pengaruh yang luar biasa, nyata nya hal tersebut juga tidak benar-benar terjadi. Hal yang menarik dari Jokowi Effect bukan karena kegagalan Jokowi sebagai vote getter, melainkan kata effect yang tiba-tiba sering digunakan dalam pelaksanaan pemilu legislatif 2014.

Hampir semua media, termasuk kompasiana juga tidak luput dari virus effect yang menjangkit. Dalam beberapa hari terakhir, headline kompasiana didominasi oleh kata Jokowi effect. Namun tidak sedikit juga ada yang menulis mengenai Rhoma Irama effect untuk menggambarkan meningkatnya perolehan suara PKB, ataupun Sapi effect yang menggambarkan turunnya perolehan suara PKS. Substansi tulisan yang dibuat juga masih berkutat pada efek tokoh ataupun kasus yang mempengaruhi perolehan suara suatu partai.

Opini yang ditampilkan juga tidak jauh-jauh dari efek tokoh sangat berpengaruh namun ada juga yang berpendapat efek tokoh justru menurunkan perolehan suara partai. Menurut pendapat penulis, sebenarnya efek yang ditimbulkan tokoh dalam pemilu legislatif kali ini tidaklah begitu besar.

Patut diingat bahwa, ini pemilu legislatif. Caleg masing-masing tentu memiliki kepentingan yang besar demi mendapatkan jatah kursi di DPR. Mana ada caleg yang tidak tergiur dengan jumlah gaji ketika nanti mereka berhasil menduduki kursi DPR.

Banyak caleg, yang meskipun berada di nomor urut buncit rela mengelurakan uang ratusan juta agar dapat terpilih. Berbagai cara pun mereka lakukan untuk mendapatkan suara sebanyak-banyaknya. Cara yang halal maupun haram pun tidak segan untuk mereka lakukan.

Sesungguhnya inilah efek yang paling besar terhadap perolehan suara partai. Sebesar apapun tokoh yang diajukan sebagai capres, namun bila mesin politik yang yang dekat dengan masayarakat ini tidak berjalan dengan baik maka hasil yang didapatkan pun tidak akan maksimal.  Hal ini yang akhirnya bisa disimpulkan bahwa pemilu 2014 ini lebih mengarah kepada Caleg effect.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun