Mohon tunggu...
Inovasi

Meninjau Hompage Dua Organisasi Lingkungan Berbasis Global

19 April 2016   23:53 Diperbarui: 20 April 2016   04:06 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya, interaksi antara lingkungan dan manusia selalu bersifat resiprokal. Di mana lingkungan selalu memberikan kontribusinya kepada manusia dalam hal menyediakan kebutuhan hidup, dan manusia juga memberikan kontribusinya terhadap lingkungan dalam campur tangannya menjaga keseimbangan alam.

Namun, dengan meningkatnya kebutuhan manusia yang didukung dengan sifat konsumtif. Maka eksploitasi alam pun semakin menuju ke arah pengrusakan. Yang di mana hal ini mengganggu kesimbangan alam dan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan. Hilangnya keseimbangan alam pun berimplikasi terhadap seluruh makhluk hidup. 

Misalnya pemanasan global, rusaknya lapisa Ozone, langka atau hilangnya spesies hewan tertentu, polusi udara, mencairnya lapisan es di kutub utara dan kutub selatan, pencemaran air sungai dan laut, dan terjadinya berbagai bencana alam.

Dalam usaha mengurangi dan mencegah permasalahan lingkungan tersebut, terdapat beberapa individu yang tergerak untuk membentuk atau tergabung dalam sebuah organisasi lingkungan bahkan dalam lingkup global, untuk ikut serta menjaga keseimbangan alam dan mengkampanyekan kritik dan pesan-pesan tentang lingkungan.

Organisasi lingkungan adalah organisas yang bekerja melindungi, menganalisis dan memantau perubahan lingkungan terhadap penyalah gunaan atau degradasi. Dalam kaidah ini, lingkungan mungkin merujuk pada lingkungan biosofik, lingkungan hidup atau lingkungan buatan. Organisasi dapat berupa suatu yayasan, perusahaan nirlaba, LSM ataupun lembaga pemerintah. Dan organisasi lingkungan juga dapat bekerja secara lokal, regional, nasional bahkan global. Ada beberapa organisasi lingkungan di dunia, di antaranya World Wildlife Fund for Nature (WWF) dan Greenpeace.

World Wildlife Fund (WWF)

Sebuah organisasi non-pemerintah internasional yang menangani masalah-masalah tentang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan, dulunya bernama World Wildlife Fund dan masih menjadi nama resmi di Kanada dan Amerika Serikat. WWF adalah organisasi konservasi independen terbesar di dunia dengan lebih dari 5 juta pendukung di seluruh dunia yang bekerja di lebih dari 100 negara, mendukung sekitar 1.300 proyek konservasi dan lingkungan. 

WWF adalah sebuah yayasan yang pada tahun 2010 mendapatkan 57% pendanaannya dari pihak perorangan dan warisan, 17% dari sumber-sumber internasional (seperti Bank Dunia, DFID, USAID) dan 11% dari berbagai perusahaan.

Organisasi ini memiliki misi "menghalangi dan memutarbalikkan penghancuran lingkungan kita". Saat ini, sebagian besar tugas mereka terfokus pada konservasi tiga bioma yang berisikan sebagian besar keragaman hayati dunia, yaitu hutan, ekosistem air tawar, dan samudera dan pantai. Selain itu, WWF juga menangani masalah spesies terancam punah, polusi dan perubahan iklim.

WWF juga memiliki cabang di Indonesia atau disebut WWF-Indonesia. WWF-Indonesia merupakan yayasan independen yang terdaftar sesuai hukum Indonesia. Dikelola oleh Dewan Penyantun yang terdiri dari Dewan Penasihat, Dewan Pengawas dan Dewan Pelaksana. Dewan ini berfungsi sebagai lembaga penentu arahan strategis dan kredibilitas WWF-Indonesia. Para anggota dewan berbagi tanggung jawab secara kelembagaan melalui komite operasional. Dua komite yang sedang dalam tahap pengembangan adalah Komite Pendanaan dan Investasi serta Komite Program.

WWF mulai berkiprah di Indonesia pada1962 sebagai bagian dari WWF Internasional dan pada tahun 1996, WWF resmi berstatus yayasan, menjadi sebuah entitas legal, yang berbadan hukum sesuai ketentuan di Indonesia. Adalah Prof. Emil Salim, Pia Alisjahbana dan Harun Al Rasjid (alm) yang menjadi pendorong berdirinya Yayasan WWF Indonesia, menempatkannya sebagai organisasi nasional dalam Jaringan Global WWF, yang memiliki Dewan Penyantun sendiri, independen dan fleksibel dalam penggalangan dana dan pengembangan program.

Di Indonesia sendiri pada rentang tahun 2004-2011, WWF pernah mengadakan suatu program yang berupaya untuk melindungi pelestarian harimau sumatera di Indonesia dengan melakukan berbagai kegiatan dibidang advokasi, monitoring, fasilitator dan konsultan.  Peran WWF dalam advokasi, monitoring, fasilitasi dan konsultasi dikerahkan untuk mencapai kemajuan dalam mewujudkan visi dan misi keselarasan manusia dan lingkungannya. Tantangan WWF dalam membawa misi pelestarian yang merupakan kawasan perlindungan bagi habitat harimau Sumatera adalah masih kurangnya kesadaran manusia sebagai aktor paling penting dalam perubahan dan keberhasilan untuk menyeimbangkan kehidupannya dengan lingkungannya.

Selain program tersebut, WWF Indonesia juga melakukan kampanye tentang menjaga kelestarian harimau Sumatera dan bekerjasama dengan sebuah pengembang applikasi pesan instan atau media sosial. Kerjasama tersebut dalam bentuk WWF menawarkan gagasan tentang penyediaan fitur sticker atau icon harimau pada media sosial tersebut. Dengan asumsi masyarakat bisa memahami bahwa harimau Sumatera sangat terancam punah dan ikut mendukung program yang dilakukan WWF dalam melakukan konservasi harimau Sumatera.

Organisasi Greenpeace

Greenpeace bermula dari sekelompok kecil orang yang memutuskan untuk bersama-sama memprotes pengujian nuklir di Amchitka, lepas pantai bagian barat Alaska. Setelah itu mereka melanjutkankan untuk membentuk Greenpeace dan kemudian melakukan kampanye dengan mengutamakan isu lingkungan. Salah satu prinsip dasar Greenpeace adalah "bearing witness" - atau menjadi saksi dan merekam pengrusakan lingkungan. Prinsip aksi langsung ini bersama dengan konfrontasi damai merupakan patokan dari tiap kampanye Greenpeace.

Greenpeace sudah banyak bekerja di banyak wilayah di Asia, khusunya di Asia Tenggara. Di Asia Tenggara sercara resmi didirikan pada tanggal 1 Maret, tahun 2000. Pekerjaan Greenpeace di wilayah ini termasuk menghentikan importasi limbah berbahaya, menentang pengiriman radioaktif, berkampanye melawan terhadap pembinasaan hutan, melobi pemerintah mengenai isu-isu energi berkelanjutan dan menyoroti bahaya limbah pembakaran.

Seringkali bersama dengan kelompok-kelompok lokal lainnya, Greenpeace telah menggalang kampanye sukses di Filipina, Taiwan, India, dan Indonesia. Greenpeace telah berkomitmen untuk mengembangkan keberadaannya di Asia pada akhir tahun 80an dan awal 90an, dan Greenpeace membuka kantor pertamanya di Jepang (1989) dan kemudian di China (1997). Penjajakan awal juga dilakukan di Asia Tenggara dengan fokus utama pada Indonesia dan Filipina.

Asia Tenggara merupakan posisi kunci untuk menentukan keamanan lingkungan global. Selama 30 tahun terakhir, Greenpeace telah suskes berkampanye di negara-negara industri untuk mengurangi dan menghapuskan polusi dan degradasi lingkungan. Tetapi, usaha-usaha dan capaian ini dapat dengan mudah diputarbalikkan pada saat perusahaan-perusahaan multinasional tersebut tetap mengekspor teknologi kotor yang mengakibatkan penurunan dampak lingkungan di wilayah ini. Dengan demikian, setelah penjajakan bertahun-tahun dan berkampanye di negara-negara kunci, akhirnya Greenpeace berhasil membuka kantor di wilayah ini.

Selain di Asia Tenggara, Greenpeace juga pernah melakukan kritik dan kampanye besar-besaran di Eropa pada awal 1994 dan melibatkan atau mengajak banyak organisasi lingkungan lainya, bahkan melibatkan masyarakat di negara-negara yang berkaitan. Di mana Greenpeace melakukan kampanye dan kritik terhadap pembuangan pelampung penyimpanan minyak bernama Brent Spar ke laut dalam di perairan Inggris. Pelampung penyimpanan minyak atau Brent Spar ini merupakan milik dua perusahaan minyak terbesar di dunia yaitu Sell dan Exxon. Kemudian hal ini menjadi Kontroversi pada masa itu. Di mana hal yang ditentang oleh Greenpeace, beberapa organisasi lingkungan dan masyarakat lokal yaitu pembuangan Brent Spar di laut dalam berpotensi mengganggu keseimbangan alam dan mengakibatkan pencemaran laut yang signifikan.

Aksi penolakan tidak hanya sebatas kampanye dan kritik teerhadap tindakan yang akan dilakukan dua perusahaan minyak besar tersebut, melainkan masyarakat di beberapa Negara-negara yang bersangkutan (di antaranya Jerman, Belanda dan Negara-negara Scandinavia) melakukan pemboikotan terhadap produk-produk dua perusahaan besar ini, bahkan pembakaran terhadap beberapa stasuin pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan pengrusakan gedung-gedung pusat milik Shell dan Exxon. Aksi kampanye yang digagas oleh Greenpeace ini terbilang efektif di Negara-negara tersebut. Ditambah lagi perempuan-perempuan di Jerman mengirimkan gambar anak-anak mereka untuk Shell Inggris dan mendesak ketuanya, Dr Chris Fay, untuk menghentikan rencana penenggelaman demi kepentingan generasi mendatang.

Evaluasi Organisasi Lingkungan

  • Fokus Perhatian Organisasi
  1. Greenpeace menaruh perhatian yang penuh terhadap pengrusakan lingkungan. Di mana pengrusakan tersebut disebabkan oleh uji coba nuklir atau pembuangan limbah industri dalam bentuk bahan-bahan yang bersifat kimiawi dan potensi dampak lingkungan lainnya yang dihasilkan oleh industri-industri. Hal ini dinilai sangat berbahaya bagi lingkungan karena dapat mengganggu keseimbangan alam. Di antaranya polusi udara, pencemaran air laut dan/atau sungai, radiasi nuklir, matinya ikan-ikan dalam jumlah besar karena pencemaran air, pemanasan global danl lain-lain. Jadi, dampak lingkungan inilah yang berusaha dicegah oleh organisasi Greenpeace.
  2. Berbeda dengan Greenpeace, meskipun WWF notabenenya adalah organisasi lingkungan, tapi ia justru lebih menaruh  fokus perhatiannya pada berbagai jenis hewan. Namun hubungannya adalah organisasi ini memandang bahwa tidak terjaganya kesetabilan alam akan memberi dampak yang besar terhadap berkurang, langka atau hilangnya spesies hewan tertentu di dunia. Sehinngga untuk mencegah atau menghentikan hal ini terjadi, mereka melakukan kampanye. Dalam melakukan kampanye, WWF tidak seekstrem Greenpeace.
  • Proses Kampanye Lingkungan
  1. Greenpeace dalam melakukan kampanye lingkungan, melibatkan Negara atau massa dalam jumlah besar. Hal ini didukung karena Greenpeace memiliki banyak pendukung dari berbagai Negara. Keberhasilan Greenpeace saat mengkampanyekan permasalahan lingkungan di Eropa pada awal 1994 secara besar-besaran, tentang pembuangan pelampung penyimpanan minyak atau disebut Brent Spar. Menjadikannya organisasi lingkungan yang disegani dan dinilai memiliki kredibilitas yang tinggi dalam mencegah atau menghentikan pengrusakan lingkungan.
  2. WWF dalam melakukan aksi kampanyenya, cenderung menggunakan cara yang lebih mudah untuk diterima masyarakat dan bersifat holistik atau mencakup semua golongan masyarakat. Misalnya dalam mengkampanyekan konservasi dan perlindungan Harimau Sumatera di Indonesia, WWF melakukan kerjasama dengan sebuah pengembang applikasi pesan instan atau media sosial. WWF menilai bahwa kampanye dengan menggunakan media sosial akan lebih efektif. Karena penggunaan media sosial menjadi trend di Indonesia, sehingga kampanye melalui media sosial memiliki potensi untuk mencakup massa dalam mendukung programnya dengan jumlah yang lebih besar.

 

Daftar Pustaka

Zannah, 2014. Peran WWF (World Wide Fund For Nature) Dalam Upaya Konservasi Harimau Sumatera Di Indonesia. FISIP, Universitas Mulawarman.

Ratna Puspita, Ajeng. 2014. A Study of Semiotics On Connotative Meaning In The World Wide Fund For Nature (WWF) Advertising Campaign On Climate Changes. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya.

Kurnianto dan Kusumalestari, 2016. Studi Kasus Mengenai Penerapan Jurnalisme Lingkungan Dalam Akun Youtube Greenpeace Indonesia Sebagai Media Kampanye Penyelamatan Hutan Di Indonesia. Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Bandung.

Farokatarina, F. Anastasia, 2014. Line Sebagai Media Penyampaian Pesan (Studi Deskriptif Mengenai Efektivitas Jejaring Sosial Line Sebagai Media Penyampaian Pesan Kampanye WWF Tiggy Tiger Berdasarkan Perhitungan Customer Response Index Pada Pengguna Line). FISIP, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Loefstedt, R.E and O. Renn (1997). The Brent Spar Controversy. An Example of Risk Communication gone wrong. Risk Analysis 17 (2): 131-136

www.wwf.or.id (diakses pada 15 April 2016).

www.greenpeace.or.id (diakses pada 15 April 2016).

Wikipedia, 2016. World Wide Fund for Nature. https://id.wikipedia.org/wiki/World_Wide_Fund_for_Nature (diakses pada 15 April 2016).

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun