Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mengintip Koleksi Dr Yap

2 Maret 2019   00:04 Diperbarui: 2 Maret 2019   00:16 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkeliling di Jogja memang selalu berkesan. hampir pada tiap sudut kota ini elok dipandang mata. memang sepertinya daerah ini sudah ditakdirkan menjadi yang istimewa. Bentang alam, lanskap yang memesona hingga fasad bangunan-bangunan di Jogja memang menyimpan sejarah panjang. Banyak yang kemudian sengaja diabadikan dalam rupa tugu, sampai dengan museum-museum guna mengingat tentang memoir terkait apa yang pernah menjadi manis pada masanya.

Kali ini sepulang dari berkeliling dari kampus UGM dan sekitarnya, saya menuju ke selatan. Sepanjang jalan Cik Di Tiro hingga Stadion Kridosono bangunannya berparas majemuk. Salah satu yang kemudian mencuri perhatian adalah bangunan Rumah Sakit Mata "Dr.Yap". Bentuk yang lawas hingga keterangan lokasi rumah sakit ini sepertinya sengaja dibiarkan berbentuk seperti aslinya. Memang beberapa kali dijumpai warna yang kerap berganti -- diperbarui. Namun selebihnya tetap asli saya pikir.

Benar saja, ternyata "Dr. Yap" bukan sekedar rumah sakit, namun terdapat museum jadi satu dengan kompleks rumah sakit ini. dilansir dari jogjaupdate.com, Museum ini dibawah Yayasan Dr. Yap. Berdirinya Museum tersebut atas prakarsa direktur RS. Mata Dr. Yap , dr. Tri Sutartin Radjiman, didukung oleh Magdalena Indrawati, Ki Nayono, Ir. Anna Ismudianto, dan Ira Masri Singarimbun.

Mereka adalah cikal bakal ide pendirian museum Rumah Sakit Mata Dr Yap. Awalnya, museum ini didirikan karena banyaknya alat-alat kesehatan yang dulu dipakai oleh Dr. Yap Hong Tjoen, terbengkalai dan hanya tersimpan di gudang.

Karena hal tersebut maka direktur RS. Mata pada waktu itu mempunyai inisiatif untuk didirikan museum untuk mengenang jejak perjalanan Dr Yap Hong Tjoen dan memberikan wawasan pengetahuan terhadap masyarakat secara umum dan dunia kedokteran mata pada khususnya.

Museum RS Mata Dr. Yap memberikan alternatif wisata ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran dan kesehatan mata, serta mempunyai peranan yang besar terhadap perkembangan ilmu kedokteran mata.

Karena koleksi di dalam museum menunjukkan sejarah panjang perjalanan Dr. Yap Hong Tjoen berkiprah di Indonesia khususnya selama menangani kesehatan mata masyarakat sejak zaman penjajahan belanda, sekitar tahun 1923.

Wisata museum ini buka setiap hari Senin-Sabtu pada jam 08.00-14.00 dan tidak dipungut biaya untuk mengunjungi museum tersebut, pengunjung hanya diwajibkan mengisi buku pengunjung dan dipersilakan menikmati seluruh koleksi di ruang museum dan perpustakaan yang ada.

Sayangnya, museum ini belum begitu akrab ditelinga. Padahal ditilik dari sejarah hingga objek yang ditawarkan menurut saya menarik. Saya pikir pemerintah perlu andil dalam menyebarluaskan perilah salah satu kekayaan dalam keistimewaan Jogja ini. Seperti Bambang Soepijanto, yang dalam komitmennya senantiasa menjaga keistimewaan Jogja berdasarkan aspek kewilayahannya. Sehingga kekayaan ini tak lantas pupus diterpa masa, Lewat jargon ngayemi, ngayani, ngayomi sepertinya akan menjadi andil yang positif jika kelak caleg nomor 24 ini terpilih jadi wakil rakyat. Situasi kolaboratif yang mumpuni, sehingga Jogja makin bisa kita nikmati dalam konsistensi yang positif. Menarik!

bambangsoepijanto.com
bambangsoepijanto.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun