Dua tiga kali disurati, namun tetap nir-solusi. Perwakilan dari pemerintah yang menjanjikan revitalisasi sungai pun belum menemui tanda-tanda eksekusi. Lantas bagaimana saya harus menyampaikan keluhan berikut permohonan bantuan? Hal ini dua tahun belakangan menjadi salah satu yang hinggap dikepala. Sementara untuk kejadian-kejadian 'bertaraf nasional' pemerintah seakan begitu sigap merespon dan bertanggung jawab dalam tajuk mitigasi bencana.
Pertanyaan yang kemudian muncul seketika, sebegitukah pemerintah 'pilih kasih'? Terakhir sekitar dua minggu lalu terdapat longsoran baru diseberang bagian selatan, kali ini dibelakang rumah tinggal saya. Namun karena jenuhnya menunggu, kami sesama masyarakat terdampak seperti bermain kode 'tahu sama tahu'. Ketika ditanya pun saya yakin jawabannya sama, ingin cepat mendapat perhatian pemerintah guna pemecahan solusi atas longsoran yang kian menggerus bagian demi bagian tempat tinggal kami.
Seketika pula saya berpikir mengenai kinerja wakil rakyat terdekat, yang sejatinya masuk dalam kriteria anggota dewan. Ya, mereka yang termasuk jajaran Dewan Perwakilan Daerah. Sejauh mana mereka turut andil dalam pemecahan masalah yang kasat mata diseputaran Jogja? Pertanyaan demikian agaknya mulai jamak ditemui selain permasalahan kemacetan akibat kendaraan yang jumlahnya bertambah. Juga tentang menjamurnya hotel di Jogja yang terkesan begitu mudahnya ijin diberikan. Ahh jangan jauh-jauh dulu, mari berkeliling digang-gang sekitar kota saja. Silahkan lihat mana yang perlu dibenahi, terutama akibat cuaca ekstrem yang belakangan terjadi.
Bukankah wakil rakyat semestinya Ngayomi, Ngayemi, Ngayani ? seperti yang konstan disuarakan salah satu kandidat Bambang Soepijanto. Beliau secara lebih detail menyuarakan demikian seperti tertuang dalam website pribadinya http://bambangsoepijanto.com/ sebagai lebih dari upaya persuasi. Sebagai pengayom, sebagai pemberi rasa nyaman, serta sebagai pelayan masyarakat; kurang lebih demikian maksud Bambang Soepijanto menggambarkan situasi peran pemerintahan ketika diemban. Sudah saatnya pula wakil rakyat memang berasal dari wong cilik. Sehingga minimal early warning system yang memang berhulu pada masyarakat akar rumput dapat dilakukan. Secara khusus menyoal persiapan menghadapi cuaca ekstrem yang diprediksi masih akan terus terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H